Monday 13 June 2016

Laporan Pengabdian Masyarakat



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari Pembangunan Nasional yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena itu pembangunan kesehatan menempati peran penting dalam Pembangunan Nasional. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
Dalam pembangunan kesehatan, pemerintah telah mengupayakan suatu program kesehatan yang berkesinambungan dalam sistem kesehatan nasional dimana semua kegiatan yang secara bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan utama berupa peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (prasetyani, 2011).
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan dan tidak memerintah, untuk meningatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalan menentukan, merencanakan, memecahkan masalah. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan dukungan masyarakat secara aktif dan dinamis berbagai upaya kesehatan masyarakat dan mendorong ke arah kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan dengan penuh tanggung jawab.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2006). Usia lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang ‚ terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun‚ namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. (Siti Bandiyah‚ 2009).
Balita adalah bayi dan anak yang berusia 5 tahun ke bawah. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya ( Supartini, 2004). Pada masa balita kesehatan anak sangat perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi pertumbuhan balita. Untuk dapat menjaga kesehatan balita kita perlu memperhatikan asupan makanan yang didapatkan, dan kebutuhan imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh balita.
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan di rumah sakit. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat diwilayah kerja tertentu.
Dari hasil pendataan yang dilakukan di RW II Desa Blaru pada tanggal 2-5 Desember‚ didapatkan data Jumlah penduduk di RW II sebanyak 267 jiwa‚ yang terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut terdapat 20 lansia dan 19 balita. Beberapa lansia mengalami masalah kesehatan yang terdiri dari Hipertensi‚ Diabetes Mellitus, katarak, osteoporosis dan Asam Urat. Di RW II terdapat 5 lansia menderita hipertensi, 2 lansia yang menderita Diabetes Mellitus, 1 lansia menderita asam urat, 1 lansia menderita katarak, dan 1 lansia menderita osteoporosis. Dari 19 balita terdapat satu balita yang menderita penyakit muntaber.
Rata-rata pengetahuan lansia dan orang tua balita tentang kesehatannya kurang, dilihat dari kurangnya pemahaman tentang penyakit yang terjadi pada lansia dan balita. Namun perilaku lansia  sudah baik, karena para lansia sudah mulai memeriksakan kesehatan ke tenaga kesehatan. Dan perilaku orang tua balita sudah baik, karena orang tua rajin membawa balitanya ke posyandu dan sudah mengimunisasikan anaknya secara lengkap.
Oleh karena itu perlu dilaksanakan sebuah kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia dan balita di wilayah RW II. Diharapkan dengan  dilakukan penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan sebagai strategi dalam memberi bekal pengetahuan dalam mengatasi masalah kesehatan.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Meningkatkan‚ memberdayakan‚ dan membangun kemandirian masyarakat di bidang kesehatan pada lanjut usia (lansia) dan balita di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati.                      
2.      Tujuan Khusus 
a.      Mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di RW II.
b.      Mengimplementasikan proses pendekatan masyarakat melalui pendekatan yang sistematis mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
c.      Menginformasikan hasil pelaksanaan kepada masyarakat.
d.     Merekomendasikan atau melaksanakan program lanjutan.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.     Kebidanan Komunitas
1.      Konsep dasar
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata dari “bidan” yang menururt kesepakatan WHO,ICM dan IFGO pada tahun 1993 mengatakan bahwa : bidan adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktik kebidanan.
Komunitas adalah kelompok sosial yang ditentukan dengan batas-batas wilayah,nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan berintereksi antara anggota satu dengan yang lainnya.(WHO, 1974)
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat diwilayah kerja tertentu.( Ratna Dewi, 2011)
Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas.Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya dari sudut biologis.Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan  disekelilingnya.
Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarga dan masyarakat. Hubungan bidan dengan ibu dan anak balita cukup erat. Tugas bidan terutama adalah menolong ibu dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu sesuai fungsinya dalam keluarga lebih banyak memperhatikan masalah sosial keluarga termasuk kesehatan, sehingga ibu yang banyak memperhatikan kesehatan keluarga akan menghindari keluarga dari masalah kesehatan
Peningkatan kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga sehat dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat. Masalah kesehtan dapat timbul pada siapa saja baik keluarga miskin atau kaya. Faktor lain yang sangat penting mempengaruhi kesehatan keluarga adalah lingkungan. Keadaaan lingkungan yang tidak sehat seperti daerah kumuh cepat timbul masalah kesehatan, perilaku keluarga terhadap kesehatan juga mempengaruhi kehidupan mereka. Perilku ini erat hubungannya dengan adat budaya.( Ambarwati, 2011)
2.      Manajemen Kebidanan Komunitas
Strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah, mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan, mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat dan mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka( transparan).
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dengan demikian pergerakan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dilingkungannya, kemudain merencanakan dan melakukan cara pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar.
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan dan tidak memerintah, untuk meningatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalan menentukan, merencanakan, memecahkan masalah. Pembianaan lokal merupakan serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.(Ambarwati, 2011).

B.     Teori Kesehatan Masyarakat
1.      Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
b.      Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
c.        Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
d.      Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.
2.      Menurut Teori Lawrence Green
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
a.       Faktor predisposisi (Predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang di anut masayarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
b.      Faktor pemungkin (Enambling factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi,dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
c.       Faktor penguat (Reinforcing factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini UU, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja melainkan di perlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu UU juga diperlukan untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoadmodjo, 2007).
C.    Lansia
1.      Pengertian
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupidirinya (Ineko, 2012).
Usia lanjut adalah salah satu tahap dalam kehidupan manusia atau proses menjadi tua atau menua merupakan proses alami dalam hidup setiap manusia.
Usia lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2006).
2.      Kategori
a.       Kelompok usia dimana manusia sudah dapat dikategorikan menua/tua, yaitu :
1)      Kelompok pertengahan umur 45-54 tahun
Tanda-tandanya :
a)      Keriput-keriput halus mulai tampak, rambut mulai menipis dan berubah.
b)      Persendian mulai terasa kaku.
c)      Tanda-tanda rabun jauh mulai terasa, sehingga kalau memegang benda agak jauh dari mata tidak dapat melihat dengan jelas.
2)      Kelompok usia lanjut dini (55-64 tahun)
Tanda-tandanya :
a)      Kulit mulai kurang elastisitasnya.
b)      Mulai tumbuh bintik-bintik coklat agak kehitaman.
c)      Kekuatan otot menurun.
d)     Tulang menipis.
e)      Wanita mencapai menopause.
f)       Laki-laki lama untuk bereaksi.
3)      Kelompok usia lanjut (65-70 tahun)
Tanda-tandanya :
a)      Alat-alat perasa mulai berubah.
b)      Penglihatan mulai kabur.
c)      Pendengaran tidak lagi prima.
d)     Lutut terasa kaku-kaku.
e)      Langkah kaki mulai ragu
f)       Cepat lelah
4)      Kelompok usia lanjut resti (resiko tinggi, 70 tahun ke atas)
Tanda-tandanya :
a)      Pencernaan mulai lambat
b)      Kerja jantung tidak efektif lagi
c)      Pembuluh darah kaku
d)     Daya ingat menurun terutama kejadian-kejadian akhir memburuk.
e)      Suara dan keinginan masih ada tetapi tenaga sudah loyo.

3.      Masalah-Masalah Pada Lansia
a.       Mudah jatuh
b.      Mudah lelah
c.       Kekacauan mental akut
d.      Nyeri dada
e.       Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik
f.       Bedebar-debar
g.      Pembengkakkan kaki bagian bawah
h.      Nyeri pinggang atau punggung
i.        Nyeri pada sendi pinggul
j.        Berat badan menurun
k.      Sukar menahan buang air seni (sering ngompol)
l.        Gangguan tidur (sulit tidur)
m.    Keluhan pusing-pusing

D.    Balita
1.         Pengertian
Balita adalah bayi dan anak yang berusia 5 tahun ke bawah. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya ( Supartini, 2004).
Pada masa balita kesehatan anak sangat perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi pertumbuhan balita. Untuk dapat menjaga kesehatan balita kita perlu memperhatikan asupan makanan yang didapatkan, dan kebutuhan imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh balita.
2.         Karakteristik Balita
Karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu :
a)   Anak usia 1-3 tahun
b)  Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah, sehingga diperluka jumlah makanan yang relatif besar. Tetap perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh sebab itu pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup. Pada fase ini anak mencapai fase gemar memprotes. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak, dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan (Septiari, 2012).
E.     Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah tekanan darah yang selalu terbaca di atas 140/90 mmHg. Cenderung diturunkan dari keluarga dan lebih banyak terdapat pada orang tua. Keadaan ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup sehat dan obat-obatan.
1.      Gejala-gejala
Biasanya tidak ada gejala-gejala sampai timbul komplikasi
2.      Komplikasi 
a.       Stroke (disebabkan oleh pecahnya/sumbatan dari arteri pada otak, menyebabkan kelumpuhan pada satu sisi tubuh).
b.      Kegagalan jantung
c.       Kerusakan ginjal
3.      Penyebab umum
Penyebab umum hipertensi adalah penyakit jantung/ginjal yang berat, diabetes atau tumor dari kelenjar adrenal (kelenjar penghasil adrenalin) yang cukup jarang. (Kadar garam yang tinggi dalam darah akan memperburuk keadaan darah tingg, tetapi bukan penyebab merupakan faktor penyebab).
4.      Penanganan
a.       Jangan merokok/minum alkohol
b.      Diet rendah garam dan rendah lemak
c.       Latihan olahraga secara teratur (olahraga akan mengurangi stress, membantu menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak darah dan membuat jantung lebih kuat).
d.      Minumlah obat secara teratur sesuai petunjuk dokter).
e.       Periksa dokter secara teratur untuk memeriksa apakah tekanan darah terkontrol dengan baik, sehingga akan mencegah timbulnya komplikasi.
f.       Pelajari cara-cara mengendalikan stress

F.      Diabetes Mellitus
1.       Pengertian
Diabetes adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi .
2.       Penyebab diabetes militus
a.        Kelainan genetika
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi resikonya terkena diabetes juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan stres dan kurang bergerak.
b.       Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan setresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko terkenan diabetes.
Semakin bertambah usia
Semakin bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes. Resiko yang tiggi di mulai pada usia 40 tahun
a.        Keturunan
Adanya riwayat diabetes dalam keluarga, terutama orang tua dan saudara kandung. Keturunan merupakan faktor yang paling berperat sebagai diabetes.
b.       Obesitas
Tentu saja tidak semua orang yang kegemukan menderita diabetes, tetapi pemyakit ini mungkin muncul 10-20 tahun kemudian. Dinyatakan obesitas jika seseorang kelebihan 20% dari berat badan normal
3.       Tanda dan gejala
a.        Kencing dalam jumlah yang banyak siang dan malam.
b.       Rasa lapar yang berlebihan
c.        Berat badan meskipun tetap enak makan
d.       Lemah,lesu.
e.        Luka sukar sembuh(luka iris/ serut), infeksi kulit berulang, gatal-gatal di sekitar alat kalamin luar.
f.        Kesemutan,kehilangan rasa terutama daerah kaki.
4.      Klasifikasi diabetes miletus
Ada bebeberapa tipe diabetes melitus yang berbeda, penyakit ini di bedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya klasifikasi yang utama adalah sebagai berikut :
a.        Diabetes tipe 1 adalah bila tubuh perlu pasukan insulin dari luar, karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Kerusak an sel beta tersebut dapt terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa. Penderitanya harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya, sehingga itu di kenal dengan istilah Insulin-dependent Diabetes Melitus (IDDM). Penderita diabetes  tipe I sangat rentan trhadap komplikasi jangka pendek yang berbahaya dari penyakit ini, yakni dua komplikasi yang erat berhubungan dengan perrubahan kadar gula darah, yaitu terlalu banyak gula darah (hiperglikemia) atau kekurangan gula darah (hipoglikemia). Resiko lain penderita diabetes tipe I ini adalah keracunan senyawa keton yang berbahaya dari hasil samping metabolism tubuh yang menumpuk ( ketoasidosis), dengan resiko mengalami koma diabetic.
b.       Diabetes tipe II adalah tipe diabetes yang paling umum di jumpai, juga sering di sebut diabetes yang di mulai pada masa dewasa, di kenal sebagai NIDDM (Non-Insulin-dependent diabetes melitus). Diabetes ini terjadi jika insulin hasil produksi pancreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes tipe II ini dapat menurun dari orang tua yang penderita diabetes. Pada diabetes tipe II, yang di anggap sebagai pencetus utama adalah faktor obesitas(gemuk berlebihan).
5.      Komplikasi
Tidak diketahui dengan pasti penyakit diabetes timbul karena pangkreas tidak menghasilkan /terlalu sedikit memproduksi insulin atau bila kerja insulin tidak normal .Insulin adalah  suatu hormone yang berguna bagi pengangkutan zat gula dari darah kedalam sel sel tubuh.Dengan insulin yang kurang jumlahnya atau kurang efektif,zat gula tetap berada diperedaran darah dan meluap kedalam urin.kecenderungan untuk menderita diabetes tergantung faktor keturunan.Bagi mereka yang mempunyai faktor keturunan tersebut ,maka makan terlalu banyak gula, kelebihan berat badan ,tekanan batin dan bahkan kehamilan dapat menjadi faktor pencetus timbulnya diabetes. ( Sustrani dkk, 2004)
6.       Terapi
a.       Insulin
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya hormon insulin disekresikan oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Hormon ini bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah post prandial dengan mempermudah pengambilan serta penggunaan glukosa oleh sel-sel otot, lemak dan hati selama periode puasa, insulin menghambat pemecahan simpanan glukosa protein dan lemak.
b.       Agens Antidiatik Oral
Agens antidiabrtik oral mungkin berkhasiat bagi pasien diabetes tipe II yang tidak dapat diatasi hanya dengan diet dan latihan meskipun demikian obat ini tidak dapat digunakan pada kehamilan.
7.       Pencegahan
a.      Menghindari kegemukan terutama pada seseorang dengan resiko tinggi terhadap kemungkinan timbulnya diabetes.
b.     Bila seseorang telah didiagnosa menderita Diabetes Melitus maka ia harus dapat mengontrol gula darahnya dengan baik untuk memperkecil timbulnya komplikasi misalnya dengan :
1)      Berhenti merokok
2)      Menurunkan berat badan (bila terlalu gemuk)
3)      Mencegah sedapat mungkin infeksi pada kaki terutama yang dapat
menyebabkan gangren.

G.    Muntaber
1.      Pengertian
Penyakit Muntaber atau Vibrio Parahaemolyticus Enteritis adalah keadaan di mana seseorang menderita muntah-muntah disertai buang air besar berkali-kali. Kejadian itu dapat berulang tiga sampai lebih sepuluh kali dalam sehari. Terjadi perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, melembek sampai mencair, yang kadang juga mengandung darah atau lendir. Lazimnya, penyakit muntaber memang menyerang anak-anak, terutama pada usia dua hingga delapan tahun. Mereka mudah tertular karena daya tahan tubuhnya belum sekuat orang dewasa.
2.      Penyebab
Penyebab utama penyakit muntaber adalah peradangan usus oleh bakteri, virus, parasit lain (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia serta kurang gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein. Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri Escherichia coli ini dapat mewabah akibat lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang bersih serta makanan yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan baik juga memudahkan kuman untuk berkembang biak. Hujan yang terus menerus sehingga menimbulkan banjir dan lingkungan yang kotor, sangat potensial menimbulkan wabah muntaber. Selain itu, penyakit muntaber juga dapat disebabkan oleh virus Vibrio parahaemolyticus yang termasuk jenis vibrio halofilik dan telah diidentifikasi ada 12 grup antigen “O” dan sekitar 60 tipe antigen “K” yang berbeda. Strain patogen pada umumnya (tetapi tidak selalu) dapat menimbulkan reaksi hemolitik yang khas (fenomena Kanagawa). Masa inkubasi Vibrio parahaemolyticus biasanya antara 12 – 24 jam, tetapi dapat berkisar antara 4 – 30 jam.
3.     Cara penularan Muntaber
Cara penularan muntaber adalah melalui infeksi kuman penyebab, terjadi bila mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja atau muntahan penderita muntaber. Tinja atau muntahan tersebut dikeluarkan oleh penderita atau pembawa kuman (carrier) yang buang air besar atau muntah di sembarang tempat. Tinja dan muntahan tadi kemudian mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai dan air sumur. Orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari kemudian dapat menderita muntaber. Penularan langsung juga dapat terjadi apabila tangan kotor atau tercemar kuman dipergunakan untuk menyuap makanan. Muntaber lebih sering menyerang anak-anak karena cara makan dan minum mereka yang umumnya belum dapat menjaga kebersihan. Mereka mengonsumsi makanan atau minuman tanpa memperhatikan kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri, merangsang asam lambung yang akhirnya menimbulkan muntaber. Karenanya, perhatian orang tua sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya penyakit muntaber pada anak-anak. Setelah terkontaminasi makanan yang mengandung bakteri, perut penderita terasa perih, nyeri, mual-mual hingga muntah, dan tak lama kemudian menderita muntaber. Nyeri di perut biasanya timbul pada perut bagian bawah, diikuti kekejangan otot yang serupa.
Suhu badan penderita biasanya menaik tajam dan kurang nafsu makan. Setelah beberapa hari mengalami muntah-muntah dan diare, penderita akhirnya mengalami kekurangan cairan tubuh atau lazim disebut dehidrasi.
4.      Tanda gejala Muntaber
Tanda gejala Muntaber adalah sebagai berikut :
a.       Sakit perut yang hebat
b.      Kembung pada perut, mual dan muntah-muntah
c.       Terjadi demam tinggi (yang bisa mencapai 38°C atau leih)
d.      Kepala terasa pusing dan berat
e.       Kurang atau hilangnya nafsu makan
f.       Lemas
g.      Elastisitas kulit menurun, bahkan halusinasi
5.      Pencegahan Muntaber
a.       Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan dalam jumlah yang cukup.
b.      Penggunaan air bersih untuk minum
c.       Mencuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum makan
d.      Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya
e.       Menjaga kebersihan rumah, terutama kamar madi, WC, dan dapur
f.       Menjaga kebersihan peralatan makan
g.      Mencuci sayuran, buah, dan bahan makanan sebelum dimasak
h.      Jika mempuyai bayi, maka berikan ASI Eksklusif sampai dengan 6 bulan dan melanjutkan pemberian sampai 2 tahun pertama kehidupan serta sebisa mungkin menghindari penggunaan susu botol. 
6.      Penanganan Muntaber
a.       Minumlah cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih bagus dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam satu gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan gula garam.Ambil air masak satu gelas, lalu masukkan dua sendok gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum.
b.      Penderita sebaikya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang lambung.
c.       Memberikan makanan ekstra yang bergizi sesudah muntaber
d.      Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak berhenti dalam sehari atau keadaannya parah.
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA LANSIA

A.    Data Kuantitatif
1.      Data demografi
1.1.      Diagram Jumlah penduduk
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas data penduduk di RW II sebanyak 267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.

1.2.      Diagram proporsi Jumlah lansia menurut umur
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas di RW II terdapat 20 lansia terdiri dari umur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan lansia umur 65-70 tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8 orang (40%).

1.3.      Diagram proporsi lansia berdasarkan pendidikan
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas di RW II terdapat 20 lansia dengan tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 14 orang (70%), sedangkan yang tidak tamat SD sebanyak 6 orang (30%).



2.      Data Sosial Ekonomi Lansia
2.1.      Proporsi Penghasilan Lansia
Analisa
Berdasarkan diagram di atas di RW II terdapat 20 lansia dengan tingkat penghasilan < 100.000 sebanyak 14 orang (70%), penghasilan 100.000 – 400.000 sebanyak 3 orang (15%), penghasilan 500.000 – 1.000.000 sebanyak 3 orang (15%), dan >1.000.000 tidak ada (0%).

2.2.      Proporsi pekerjaan Lansia
Analisa
Berdasarkan diagram di atas di RW 02 terdapat 20 lansia dengan aktifitas sebagai pamong sebanyak 1 orang (5%), swasta sebanyak 2 orang (10%), buruh sebanyak 2 orang (10%), pedagang sebanyak 1 orang (5%) dan tidak bekerja sebanyak 14 orang (70%).

3.      Data Sarana Prasarana Pendukung Kesehatan
3.1.      Diagram Proporsi Sarana Keluarga Lansia Menerima Informasi Kesehatan.

Analisa
Berdasarkan diagram di atas di RW II terdapat 20 lansia yang menerima informasi kesehatan dari TV sebanyak 18 jiwa (90%), Koran/majalah sebanyak 2 jiwa (10%), radio sebanyak 0 jiwa (0%), penyuluhan di puskesmas / posyandu 0 jiwa (0%), dan papan pengumuman desa / RW 0 jiwa (0%).




3.2.       Diagram Proporsi cara Keluarga Lansia ke fasilitas kesehatan

Analisa
Berdasarkan diagram di atas di RW II terdapat 16 jiwa (80%) lansia pergi ke fasilitas kesehatan dengan menggunakan kendaraan sendiri dan 4 jiwa (20%) pergi ke fasilitas kesehatan dengan menggunakan angkutan.

3.3.      Diagram Proporsi Tanggapan Lansia mengenai Petugas Kesehatan.
Analisa
Berdasarkan diagram diatas tanggapan baik lansia terhadap tenaga kesehatan sangat tinggi  sejumlah 20 orang (100%) petugas kesehatan sudah dianggap baik.

3.4.      Diagram Proporsi keinginan Lansia Mendapatkan pengarahan penyuluhan atau informasi kesehatan

Analisa
Berdasarkan diagram diatas 3 lansia (15%) merasa perlu mendapatkan informasi tentang kesehatan secara individu, dan 15 lansia (75%) merasa perlu mendapatkan informasi secara kelompok sedangkan 2 lansia (10%) merasa tidak perlu mendapat informasi tentang kesehatan.


3.5.      Diagram Proporsi Sarana Pengobatan Lansia Saat Sakit
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas sarana pelayanan kesehatan yang digunakan lansia terdiri dari bidan/pearawat sebanyak 1 orang (5%), di dokter 16 orang (80%), di Rumah sakit 1 orang (5%), dan di puskesmas 2 orang (10%).

4.      Data Kesehatan
4.1.      Proporsi Status kesehatan lansia setahun terakhir
Analisa:
Berdasarkan diagram diatas, status kesehatan lansia setahun terakhir ini dalam kondisi baik sebanyak 10 orang (50%), dan kondisi tidak baik 10 orang (50%).

4.2.      Jumlah proporsi masalah kesehatan pada lansia
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas proporsi masalah kesehatan yang dialami lansia dari 20 lansia terdiri dari Hipertensi  sebanyak 5 orang (25%), Diabetes Militus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%), Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang (50%).

4.3.      Distribusi cara lansia mengatasi masalah kesehatan
Analisa
Berdasarkan diagram diatas lansia yang mengatasi masalah kesehatan dengan berobat di Tenaga Kesehatan sebanyak 17 orang (85%), diobati sendiri sebanyak 2 orang (10%), dan dibiarkan saja sebanyak 1 orang (5%).

B.     Data Kualitatif
1.      Hipertensi
a.       Pengetahuan
 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada lansia di RW II  didapatkan data  5 orang  yang  menderita penyakit Hipertensi. Rata-rata menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk Hipertensi.
b.      Sikap
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada lansia rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Hipertensi ingin mengokonsumsi makanan yang rendah garam dan baik untuk kesehatan.
c.       Perilaku
Perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari kurangnya kesadaran diri untuk memeriksakan atau sekedar melakukan pengecekan tekanan darah ke tenaga kesehatan secara rutin, serta jarangnya melakukan olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi.
d.      Genetik
Dua dari 5 orang yang menderita Hipertensi mengatakan bahwa sudah memiliki riyawat Hipertensi dari keluarga.

2.      Diabetes Mellitus
a.       Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada lansia di RW II  didapatkan data  2 orang  yang  menderita penyakit Diabetes Mellitus. Rata- rata  menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman  lansia tentang penyakit Diabetes Mellitus.
b.      Sikap
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada lansia rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus ingin mengkonsumsi makanan yang rendah gula dan baik untuk kesehatan.
c.       Perilaku
Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari jarangnya melakukan olahraga untuk kebugaran tubuh yang dapat menstabilkan kadar gula dalam tubuh, dan tidak adanya kesadaran diri untuk memeriksakan atau melakukan pengecekan kadar gula secara rutin.
d.      Genetik
Satu dari 2 orang yang menderita Diabetes Melitus mengatakan bahwa sudah memiliki riyawat penyakit Diabetes Mellitus dari keluarga.

ANALISIS DATA
DATA
MASALAH KESEHATAN
1.      Jumlah penduduk di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati terdiri dari 267 warga. Yang terdiri dari: umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
2.      Jumlah lansia di RW II desa Blaru sejumlah 20 orang.
3.      Lansia berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan lansia umur 65-70 tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8 orang (40%).
4.      Tingkat pendidikan lansia terbanyak di RW II adalah tamatan SD sejumlah 14 orang (70%).
5.      Tingkat pekerjaan lansia di RW II Desa Blaru tertinggi adalah sudah tidak bekerja sejumlah 14 orang (70%).
6.      Sejumlah 14 lansia (70%) berpenghasilan < 100.000, penghasilan 100.000 – 400.000 sebanyak 3 orang (15%), penghasilan 500.000 – 1.000.000 sebanyak 3 orang (15%), dan >1.000.000 tidak ada (0%).
7.      Sejumlah  20 lansia yang menerima informasi kesehatan dari TV sebanyak 18 jiwa (90%), Koran/majalah sebanyak 2 jiwa (10%), radio sebanyak 0 jiwa (0%), penyuluhan di puskesmas / posyandu 0 jiwa (0%), dan papan pengumuman desa / RW 0 jiwa (0%).
8.      Dari 20 lansia terdapat 16 jiwa (80%) lansia pergi ke fasilitas kesehatan dengan menggunakan kendaraan sendiri dan 4 jiwa (20%) pergi ke fasilitas kesehatan dengan menggunakan angkutan.
9.      Sejumlah 20 lansia (100%) menganggap petugas kesehatan sudah baik.
10.  15 lansia (75%) merasa perlu mendapatkan informasi tentang kesehatan secara kelompok. Sebanyak 3 lansia (15%) perlu mendapatkan informasi tentang kesehatan secara individu. Dan terdapat 2 lansia (10%) yang merasa tidak perlu mendapat informasi kesehatan.
11.  Sarana pelayanan kesehatan yang digunakan lansia terdiri dari bidan/pearawat sebanyak 1 orang (5%), di dokter 16 orang (80%), di Rumah sakit 1 orang (5%), dan di puskesmas 2 orang (10%).
12.  Masalah kesehatan yang dialami lansia terdiri dari Hipertensi  sebanyak 5 orang (25%), Diabetes Militus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%), Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang (50%).
13.  Lansia yang mengatasi masalah kesehatan berobat di Tenaga Kesehatan sebanyak 17 orang (85%), diobati sendiri sebanyak 2 orang (10%), dan dibiarkan saja sebanyak 1 orang (5%).
14.  Rata-rata lansia yang menderita hipertensi menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk Hipertensi.
15.  Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Hipertensi ingin mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik untuk kesehatan.
16.  Lansia dengan hipertensi jarang melakukan pengecekan tekanan darah ke tenaga kesehatan, serta jarangnya melakukan olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi.
17.  Dua lansia yang menderita Hipertensi mengatakan bahwa sudah memiliki riwayat Hipertensi dari keluarga.
18.  Rata- rata lansia yang menderita Diabetes Mellitus menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman  lansia tentang penyakit Diabetes Mellitus.
19.  Rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus ingin mengkonsumsi makanan yang rendah gula dan baik untuk kesehatan.
20.  Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari lansia yang menderita Diabetes mellitus jarang melakukan olahraga
21.  Lansia penderita Diabetes Melitus tidak melakukan pengecekan kadar gula secara rutin.
22.  Satu lansia penderita Diabetes Mellitus mengatakan dalam kelurga memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus
1.      Resiko meningkatnya Hipertensi di kalanganan  lansia di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati.
2.      Resiko meningkatnya Diabetes Mellitus di kalangan  lansia di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati.


Skala Prioritas Masalah
a.   Hipertensi pada Lansia
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
2/3x1
2/3
Hipertensi dapat menyebabkan ancaman kesehatan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Tidak dapat diubah =0
1/2x2
1
Kondisi hipertensi dapat di ubah dengan pola makan
3
Potensi masalah untuk dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
2/3x1
2/3
Hipertensi  dapat di cegah dengan mengatur pola makan
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
Hipertensi  harus segera di tangani agar tekanan darah dapat stabil

Jumlah skor

3 1/3


b. Diabetes Mellitus pada Lansia
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
2/3x1
2/3
DM masuk dalam situasi ancaman kesehatan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Tidak dapat diubah =0
1/2x2
1
Kondisi diabetus millitus hanya sebagian dapat di ubah dengan pola makan
3
Potensi masalah untuk dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
2/3x1
2/3
DM dapat di cegah dengan mengatur pola makan
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
DM harus segera di tangani agar kadar gulanya dapat stabil

Jumlah skor

3 1/3


1.      Resiko tinggi terjadinya komplikasi Hipertensi
2.      Resiko peningkatan penderita Diabetes mellitus



BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA BALITA

A.    Data Kuantitatif
1.      Data demografi
1.1.      Diagram Jumlah penduduk
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas jumlah bayi dan balita di RW II Desa Blaru sebanyak 2 bayi (10%) dan 19 balita (90%).

1.2.      Diagram proporsi orangtua balita berdasarkan pendidikan
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas di RW II terdapat ibu balita dengan tingkat pendidikan tamat PT sebanyak 2 orang (10%), tamat SMA sebanyak 14 orang(74%) dan tamat SMP sebanyak 3 orang (16%).

2.      Data Sosial Ekonomi Keluarga Balita
2.1.      Proporsi  Pendapatan Keluarga Balita
Analisa
Berdasarkan diagram di atas di RW II keluarga balita dengan tingkat penghasilan 500.000 – 1.000.000 sebanyak 17 orang (89%), dan >1.000.000 sebanyak 2 orang (11%).

2.2.      Diagram Proporsi Pekerjaan Ibu Balita
Analisa
Berdasarkan diagram di atas di RW II terdapat ibu balita yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 1 orang (5%), PNS sebanyak 1 orang, swasta sebanyak 8 orang (48%) dan tidak bekerja sebanyak 9 orang (70%).

3.      Data Sarana Prasarana Pendukung Kesehatan
3.1.      Diagram Proporsi Sarana Keluarga Balita Menerima Informasi Kesehatan

Analisa
Berdasarkan diagram di atas di RW II terdapat keluarga balita yang menerima informasi kesehatan dari TV sebanyak 9 jiwa (47%), penyuluhan di puskesmas/posyandu sebanyak 2 jiwa (11%), serta TV dan penyuluhan di puskesmas/posyandu sebanyak 8 keluarga (42%).

3.2.      Diagram Proporsi Jarak rumah balita dengan pelayanan kesehatan
Analisa:

Berdasarkan diagram di atas di RW II terdapat keluarga balita yang menerima informasi kesehatan dari TV sebanyak 9 jiwa (47%), penyuluhan di puskesmas/posyandu sebanyak 2 jiwa (11%), serta TV dan penyuluhan di puskesmas/posyandu sebanyak 8 keluarga (42%).

4.      Data Kesehatan
4.1.      Proporsi Keadaan kesehatan balita 3 bulan terakhir
Analisa:
Berdasarkan diagram diatas, keadaan kesehatan balita 3 bulan terakhir ini dalam kondisi sehat sebanyak 18 orang (95%), dan sakit sebanyak 1 orang (5%).

4.2.      Proporsi masalah kesehatan pada Balita
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas proporsi masalah kesehatan yang dialami balita terdapat 1 balita menderita Muntaber dan 18 balita dalam kondisi sehat (95%).

4.3.      Proporsi Kunjungan Balita ke Posyandu
Berdasarkan diagram diatas proporsi kunjungan balita ke posyandu setiap 1 bulan sekali sebanyak 19 balita (100%).



4.4.      Distribusi Imunisasi Pada Balita
Analisa
Berdasarkan diagram diatas di RW II proporsi balita yang sudah diimunisasi lengkap sebanyak 19 balita (100%).

B.     Data Kualitatif
1.      Muntaber
a.       Pengetahuan
 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada keluarga Balita di RW II  didapatkan data  1 balita yang  menderita penyakit muntaber. Rata-rata keluarga kurang memahami tentang penyakit muntaber.
b.      Perilaku
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada orang tua balita rata-rata menggambarkan perilaku orang tua balita sudah baik, karena orang tua rajin membawa balitanya ke posyandu dan sudah mengimunisasikan anaknya secara lengkap.


ANALISIS DATA
DATA
MASALAH KESEHATAN
1.      Jumlah bayi dan balita di RW II Desa Blaru sebanyak 2 bayi (10%) dan 19 balita (90%).
2.      Ibu balita dengan tingkat pendidikan tamat PT sebanyak 2 orang (10%), tamat SMA sebanyak 14 orang(74%) dan tamat SMP sebanyak 3 orang (16%).
3.      Keluarga balita dengan tingkat penghasilan 500.000 – 1.000.000 sebanyak 17 orang (89%), sedangkan penghasilan >1.000.000 sebanyak 2 orang (11%).
4.      Ibu balita yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 1 orang (5%), PNS sebanyak 1 orang, swasta sebanyak 8 orang (48%) dan tidak bekerja sebanyak 9 orang (70%).
5.      Keluarga balita yang menerima informasi kesehatan dari TV sebanyak 9 jiwa (47%), penyuluhan di puskesmas/posyandu sebanyak 2 jiwa (11%), serta TV dan penyuluhan di puskesmas/posyandu sebanyak 8 keluarga (42%).
6.      Jarak rumah balita ke pelayanan kesehatan yang berjarak < 1 Km sebanyak 5 balita (26%), sedangkan  yang berjarak 1-5 Km sebanyak 14 balita (74%).
7.      Keadaan kesehatan balita 3 bulan terakhir ini dalam kondisi sehat sebanyak 18 orang (95%), dan sakit sebanyak 1 orang (5%).
8.      Masalah kesehatan yang dialami balita yaitu terdapat 1 balita menderita Muntaber dan 18 balita dalam kondisi sehat (95%).
9.      Kunjungan balita ke posyandu setiap 1 bulan sekali sebanyak 19 balita (100%).
10.  Balita yang sudah diimunisasi lengkap sebanyak 19 balita (100%).
11.  Rata-rata keluarga balita kurang memahami tentang penyakit muntaber.
12.  Rata-rata perilaku orang tua balita sudah baik, karena orang tua rajin membawa balitanya ke posyandu dan sudah mengimunisasikan anaknya secara lengkap.
Resiko meningkatnya Muntaber di kalangan  Balita di RW II Desa Blaru, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati.


Skala Prioritas Masalah
Muntaber Pada Balita
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
3/3x1
1
Muntaber merupakan penyakit yang berbahaya untuk balita
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Tidak dapat diubah =0
1/2x2
1
Muntaber dapat diubah dengan menerapkan PHBS
3
Potensi masalah untuk dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
2/3x1
2/3
Muntaber  dapat di cegah dengan mengatur perilaku hidup sehat
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
Muntaber harus segera di tangani agar tidak terjadi dehidrasi

Jumlah skor

3        2/3


Resiko meningkatnya penderita muntaber pada Balita


BAB IV
PLANING OF ACTION

No
Data
Masalah Kesehatan
Tujuan
Rencana
Waktu/ tempat
Metode
Sasaran
Sumber Dana
PJ
Pelaksanaan
1.
1.  Jumlah penduduk di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati terdiri dari 267 warga. Yang terdiri dari: umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
2.   Jumlah lansia di RW II desa Blaru sejumlah 20 orang.
3.  Lansia berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan lansia umur 65-70 tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8 orang (40%).
4.  Tingkat pendidikan lansia terbanyak di RW II adalah tamatan SD sejumlah 14 orang (70%).
5.  Tingkat pekerjaan lansia di RW II Desa Blaru tertinggi adalah sudah tidak bekerja sejumlah 14 orang (70%).
6.  Sejumlah 14 lansia (70%) berpenghasilan < 100.000, penghasilan 100.000 – 400.000 sebanyak 3 orang (15%), penghasilan 500.000 – 1.000.000 sebanyak 3 orang (15%), dan >1.000.000 tidak ada (0%).
7.  Sejumlah  20 lansia yang menerima informasi kesehatan dari TV sebanyak 18 jiwa (90%), Koran/majalah sebanyak 2 jiwa (10%), radio sebanyak 0 jiwa (0%), penyuluhan di puskesmas / posyandu 0 jiwa (0%), dan papan pengumuman desa / RW 0 jiwa (0%).
8.  Dari 20 lansia terdapat 16 jiwa (80%) lansia pergi ke fasilitas kesehatan dengan menggunakan kendaraan sendiri dan 4 jiwa (20%) pergi ke fasilitas kesehatan dengan menggunakan angkutan.
9.  Sejumlah 20 lansia (100%) menganggap petugas kesehatan sudah baik.
10.   15 lansia (75%) merasa perlu mendapatkan informasi tentang kesehatan secara kelompok. Sebanyak 3 lansia (15%) perlu mendapatkan informasi tentang kesehatan secara individu. Dan terdapat 2 lansia (10%) yang merasa tidak perlu mendapat informasi kesehatan.
11.   Sarana pelayanan kesehatan yang digunakan lansia terdiri dari bidan/pearawat sebanyak 1 orang (5%), di dokter 16 orang (80%), di Rumah sakit 1 orang (5%), dan di puskesmas 2 orang (10%).
12.   Status kesehatan lansia setahun terakhir ini dalam kondisi baik sebanyak 10 orang (50%), dan kondisi tidak baik 10 orang (50%).
13.   Masalah kesehatan yang dialami lansia terdiri dari Hipertensi  sebanyak 5 orang (25%), Diabetes Militus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%), Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang (50%).
14.   Di RW 02 terdapat 20 lansia mengatasi masalah kesehatan berobat di Tenaga Kesehatan sebanyak 17 orag (85%), diobati sendiri sebanyak 2 orang (10%), dan dibiarkan saja sebanyak 1 orang (5%).
15.   Rata-rata lansia yang menderita hipertensi memiliki pemahaman kurang tentang pola makan yang baik untuk Hipertensi.
16.   Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Hipertensi ingin mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik untuk kesehatan.
17.   Lansia dengan hipertensi jarang melakukan pengecekan tekanan darah ke tenaga kesehatan, serta jarangnya melakukan olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi.
18.   Dua lansia yang menderita Hipertensi mengatakan bahwa sudah memiliki riwayat Hipertensi dari keluarga.
19.   Rata- rata lansia yang menderita Diabetes Mellitus menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman  lansia tentang penyakit Diabetes Mellitus.
20.   Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari lansia yang menderita Diabetes mellitus jarang melakukan olahraga
21.   Lansia penderita Diabetes Melitus tidak melakukan pengecekan kadar gula secara rutin.
22.   Satu lansia penderita Diabetes Melitus mengatakan dalam kelurga memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus

Resiko terjadinya peningkatan penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus yang diderita oleh lansia.







Setelah dilakukan program kegiatan diharapkan terpeliharanya status kesehatan secara optimal pada lansia diwilayah RW II Desa Blaru.
Dilakukan program kegiatan yaitu :
1.   Melakukan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus pada lansia
2.   Melakukan pemeriksaan kesehatan  dasar yaitu penimbangan BB, pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan gula darah.


Sabtu, 19    Desember  2015 di RW II
Ceramah

Lansia di RW II Desa Blaru
Swadana

1.   Kepala Desa, Desa Blaru
2.   Ketua RW II Desa Blaru
3.   Ketua RT 05, Ketua RT 06, ketua RT 07 dan ketua RT 08 Desa Blaru
4.   Mahasiswa kelompok II
Kelompok II
2.
1.      Jumlah bayi di RW II Desa Blaru sebanyak 2 bayi (10%) dan jumlah balita sebanyak 19 balita (90%).
2.      Di RW II terdapat ibu balita dengan tingkat pendidikan tamat PT sebanyak 2 orang (10%), tamat SMA sebanyak 14 orang(74%) dan tamat SMP sebanyak 3 orang (16%).
3.      Keluarga balita dengan tingkat penghasilan 500.000 – 1.000.000 sebanyak 17 orang (89%), sedangkan penghasilan >1.000.000 sebanyak 2 orang (11%).
4.      Di RW II terdapat ibu balita yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 1 orang (5%), PNS sebanyak 1 orang, swasta sebanyak 8 orang (48%) dan tidak bekerja sebanyak 9 orang (70%).
5.      Di RW II terdapat keluarga balita yang menerima informasi kesehatan dari TV sebanyak 9 jiwa (47%), penyuluhan di puskesmas/posyandu sebanyak 2 jiwa (11%), serta TV dan penyuluhan di puskesmas/posyandu sebanyak 8 keluarga (42%).
6.      Jarak rumah balita ke pelayanan kesehatan yang berjarak < 1 Km sebanyak 5 balita (26%), sedangkan  yang berjarak 1-5 Km sebanyak 14 balita (74%).
7.      Keadaan kesehatan balita 3 bulan terakhir ini dalam kondisi sehat sebanyak 18 orang (95%), dan sakit sebanyak 1 orang (5%).
8.      Masalah kesehatan yang dialami balita terdapat 1 balita menderita Muntaber dan 18 balita dalam kondisi sehat (95%).
9.      Kunjungan balita ke posyandu setiap 1 bulan sekali sebanyak 19 balita (100%).
23.   Di RW II balita yang sudah diimunisasi lengkap sebanyak 19 balita (100%).
24.   Rata-rata keluarga balita kurang memahami tentang penyakit muntaber.
25.   Rata-rata perilaku orang tua balita sudah baik, karena orang tua rajin membawa balitanya ke posyandu dan sudah mengimunisasikan anaknya secara lengkap.
Resiko peningkatan penyakit Muntaber pada balita
Setelah dilakukan program kegiatan diharapkan terpeliharanya status kesehatan secara optimal balita diwilayah RW II Desa Blaru.
Dilakukan program kegiatan yaitu :
1.      Melakukan Penimbangan BB  dan pemberian makanan tambahan
2.      Melakukan penyuluhan tentang penyakit muntaber

Sabtu, 19   Desember 2015 di RW II
Ceramah
Balita di RW II
Swadana
5.   Kepala Desa, Desa Blaru
6.   Ketua RW II Desa Blaru
7.   Ketua RT 05, Ketua RT 06, ketua RT 07 dan ketua RT 08 Desa Blaru
8.   Mahasiswa kelompok II
Kelompok II




BAB V
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

1.      Penyuluhan  Kesehatan
Rata- rata lansia memiliki pengetahuan yang kurang ditandai dengan kurangnya pemahaman lansia tentang penyakit Diabetes Melitus dan hipertensi serta kurangnya pengetahuan orang tua tentang Muntaber pada balita. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan kesehatan dengan harapan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat.
Pada tanggal 19 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT VII, telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita. Kegiatan ini dihadiri oleh 22 Lansia dan 13 Balita.
Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan ini yang menjadi kendala adalah dalam menyampaikan materi penyaji merasa gugup sehingga  penyampaian materi  kurang maksimal dan tempat pelaksanaan kegiatan yang sempit dan terbuka, lansia dan ibu balita menjadi kurang memperhatikan materi penyuluhan yang disampaikan, disamping itu banyaknya orang yang tidak bersangkutan ikut serta dalam kegiatan sehingga menimbulkan gaduh selama kegiatan penyuluhan berlangsung.

2.      Pelayanan kesehatan dasar
Dari hasil wawancara dengan lansia dan ibu balita di RW II. Beberapa lansia mengatakan menderita penyakit Diabetes Melitus dan hipertensi serta ada balita yang menderita muntaber. Beberapa lansia khawatir apabila ada kenaikan kadar gula darah, dan kenaikan tekanan darah. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi  komplikasi. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan dasar pada balita berupa penimbangan berat badan dan pemberian makanan tambahan serta pada lansia berupa penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah. Dari hasil pemeriksaan ada lansia yang kadar gula darahnya melebihi normal‚ dan  ada yang tekanan darahnya tinggi.
 Kegiatan ini kendalanya adalah alat pemeriksaan yang kurang memadai karena persediaan alat yang terbatas sehingga lansia harus mengantri lama untuk menunggu gilirannya diperiksa.



BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.       Kesimpulan
Masalah kebidanan komunitas sebagai salah satu penerapan dari praktik kebidanan dan kesehatan komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Kegiatan peningkatan kesehatan Lansia dan balita dilakukan melalui penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan pertama telah dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2015 dengan jenis kegiatan penyuluhan kesehatan pada lansia tentang Diabetes Mellitus dan Hipertensi serta pada Ibu balita tentang Muntaber. Dalam kegiatan ini dihadiri oleh  22 lansia dan 13 Balita. Rata-rata lansia dan balita yang hadir mengikuti kegiatan dengan baik dan cukup antusias sampai berakhirnya acara tersebut.
Setelah dilakukan penyuluhan dilanjutkan acara pelayanan kesehatan dasar pada balita berupa penimbangan berat badan dan pemberian makanan tambahan, serta pelayanan kesehatan dasar pada lansia berupa penimbangan berat badan dan pemeriksaan tekanan darah, serta pemeriksaan gula darah. Pemeriksaan ini dilakukan karena didapatkan dari hasil pendataan terdapat 5 lansia yang mengalami hipertensi dan 2 lansia mengalami diabetes mellitus, dengan diadakan  kegiatan ini lansia merasa senang karena keluhan yang dirasakan mendapatkan respon dan tindak lanjut dari petugas kesehatan.
Keberhasilan kegiatan yang dicapai merupakan tanda peningkatan peran serta masyarakat melalui penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar di RW II Desa Blaru Pati dan di sertai dukungan penuh dari masyarakat dan perangkat desa setempat.



B.     Saran
a.       Dalam Kegiatan penyuluhan terdapat kendala, untuk selanjutnya sebaiknya penyaji lebih menguasai materi dan mempersiapkan diri sehingga tidak terlihat gugup dan kegiatan dilaksanakan di tempat yang lebih luas dan tertutup sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan kondusif.
b.      Dalam kegiatan pelayanan kesehatan dasar  masih terdapat kendala untuk selanjutnya apabila mengadakan kegiatan serupa lebih diperhatikan untuk kelengkapan dan ketersediaan alat-alat dalam melakukan pemeriksaan.



DAFTAR PUSTAKA

Bandiah‚Siti. 2009. Lanjut Usia Dan Perawatan Gerontik. Yogjalarta:Nuha Medika.

Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Prasetyani‚Eka. 2011. Ilmu KesehatanMasyarakat.Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sudarti dan Endang khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yantini.2010. Kiat Sehat Saat Lansia. Banyumas:Nusa Indah



No comments:

Post a Comment