Saturday 11 March 2017

Perawatan Luka (Wound Care)



1. Definisi
Wound Care merupakan perawatan pada luka dengan menerapkan teknik-teknik tertentu sesuai dengan jenis luka.
2. Macam
Ä  Open method
Merupakan teknik perawatan luka terbuka. Kekurangan pada metode ini adalah paparan mikroorganisme eksternal yang dapat menyebabkan infeksi pada luka.
Ä  Closed method
Merupakan perawatan luka tertutup dengan teknik dressing (mengganti balutan). Tujuan dari teknik perawatan tertutup adalah:
Þ    Menyerap drainage dan menghilangkan jaringan mati atau debris
Þ    Melindungi luka dari kontaminasi microbial eksternal
Þ    Memfasilitasi homeostasis saat pembalutan
Þ    Mengurangi mobilitas dan trauma pada luka
Þ    Menjaga dari agen eksternal yang mengganggu penyembuhan luka
3. Tipe balutan
Ä  Dry Dressing
Merupakan teknik perawatan luka steril pada luka dengan drainage dan kerusakan jaringan minimal, serta penyembuhan luka primer. Contoh pada luka post operasi.
Keuntungan: melindungi luka, absorbsi drainase dan estetik bagi pasien serta memberikan tekanan (jika diperlukan)
Ä  Wet Dressing
Perawatan pada luka yang mengalami kerusakan jaringan ekstensif dan penyembuhan luka sekunder. Contoh pada luka baker, ulser, dan dekubitus.
Dibagi menjadi 2, yaitu:
·         Basah-Kering
ü  Digunakan untuk luka yang tidak teratur atau terinfeksi yang harus di debridement dan ditutup dengan penyembuhan sekunder.
ü  Kasa dibasahi dengan normal saline atau larutan antimicrobial, ditutupkan pada luka yang menghilangkan rongga mati.
ü  Kassa basah ditutup dengan kassa kering. Jika telah kering, jaringan nekrotik akan terabsorbsi oleh kassa.
·         Basah-Basah
ü  Digunakan pada luka terbuka yang bersih atau permukaan yang sedang bergranulasi. Normal saline dan agen mikrobial dapat digunakan untuk membasahi luka.
ü  Memberikan lingkungan yang fisiologis, yang dapat membantu proses penyembuhan lokal dan meningkatkan rasa nyaman pada klien.
ü  Kerugian: jaringan di sekitarnya menjadi lecet, risiko infeksi semakin tinggi.
3. Hal-hal yang diperhatikan pada saat perawatan luka:
  • Inspeksi luka terhadap adanya drainage, panjamg luka, keadaan luka, dan adanya tanda-tanda infeksi (RKTDF). Macam drainage antara lain:
ü  Serous : serum dari pembuluh darah dan membrane serous seperti peritoneum, pleura, dan meningen. Bentuk seperti gelembung blister.
ü  Eksudat  : material seperti cairan dan sel dari pembukuh darah selama proses inflamasi yang tertumpuk dalam jaringan atau permukaan jaringan.
ü  Serousanguineous : biasanya terdapat pada luka post pembedahan (serous dan eksudat)
ü  Purulent : berisi leukosit, jaringan debris , dan bakteri hidup maupun mati.
  • Gunakan teknik pembalutan luka yang tepat. Tujuan dari pembalutan:
ü  Support pada luka, contoh luka pada fraktur
ü  Immobilitas pada luka
ü  Penerapan tekanan pada luka
ü  Securing wound
ü  Mengurangi nyeri
ü  Retaining warmth
  • Gunakan prinsip pencegahan pada luka.
The Center for Diesase Control (CDC) prinsip yang harus diterapkan dalam pencegahan luka:
ü  Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan luka
ü  Menyentuh peralatan steril hanya sesudah memakai sarung tangan steril atau menggunakan forceps
ü  Gunakan teknik perawatan luka yang benar dalam perawatan luka
ü  Mengambil specimen drainage jika dicurigai adanya infeksi
Pencegahan HIV AIDS dalam perawatan luka:
ü  Menggunakan sarung tangan jika menyentuh darah atau cairan tubuh dan membrane mukosa
ü  Cuci tangan setelah melepas sarung tangan atau ketika terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
ü  Gunakan perlindungan untuk mencegah needles injury atau benda-benda tajam
ü  Jangan menggunakan teknik direk jika menutup lesi dan dermatitis
ü  Gunakan sarung tangan, masker, atau kaca mata untuk mrnghindari percikan darah atau cairan tubuh
§  Lakukan irigasi luka jika diperlukan.
Irigasi luka merupakan tindakan mengalirkan cairan pada luka dengan menerapkan prinsip steril. Tujuan dari irigasi luka adalah:
ü  Membersihkan area yang luka
ü  Penghangatan daerah luka yang dapat mempercepat proses penyembuhan
ü  Medikasi dengan menggunakan cairan antimicrobial
§  Gunakan tipe cairan yang sesuai dengan kondisi luka dan tujuan dari perawatan luka.
No.
Tipe Cairan
Efek
1.
Normal Salin
Menghilangkan  jaringan nekrotik
2.
Betadin 10%
Pada luka yang terinfeksi Staphylococcus atau bakteri aerobic
Dapat berefek membakar dan alergi
3.
Asam asetik 0,25%
Pada luka dengan infeksi pseudomonas
Bakteri gram positif dan negatif
4.
Hidrogen Peroksida (3%)
Tidak digunakan
Digunakan untuk jaringan mati
Menghambat pertumbuhan pseudomonas

Perubahan Fisik Menopause



a.       Pengertian
Seiring dengan peningkatan usia, banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan, itu akan terhenti pada suatu tahapan, sehingga berikutnya akan terjadi banyak perubahan yang terjadi pada fungsi tubuh manusia. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada proses menua, karena pada proses ini banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase menopause.
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti. “Men” dan “pauseis” adalah kata yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhantinya haid. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary mendefinisikan menopause sebagai periode behentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45-50 tahun (Kadus, 2004).
Menopause adalah berhentinya siklus haid terutama karena ketidakmampuan sistem neurohumoral untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada sistem endokrin (potter dan Perry, 2005).
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono P, 2008).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menopause adalah masa berhentinya haid yang disebabkan oleh menurunnya produksi hormon estrogen dan progestron di ovarium sehingga masa reproduksi wanita menjadi berakhir.
b.      Tahapan Periode Menopause
Menopause merupakan  masa berhentinya haid. Menurut Manuaba (2005) menopause di bagi dalam beberapa tahap atau periode yaitu sebagai berikut:
1)      Pre menopause (klimakterium)
Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan psikologi, terjadi perubahan fisik berlangsung selama antara 4-5 tahun pada usia 48-55 tahun.
2)      Fase menopause
Terhentinya menstruasi, perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun pada usia 56-60 tahun.
3)      Pasca menopause (senium)
Terjadi pada usia diatas 65 tahun, wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologi dan fisik, keluhan makin berkurang.
Usia dari hari kehari akan terus berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia tidak akan lepas dari masa tua. Bertambahnya usia maka tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk tubuh mengalami perubahan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa nonproduktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Sehubungan dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya hal itu diikuti dengan berbagai gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologi yang dapat mempengaruhi barbagai aspek kehidupan lansia tersebut.
c.       Perubahan Fisik Wanita Menopause
Ketika seseorang memasuki masa menopause fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar. Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
1)      Perubahan organ reproduksi
Ovarium dan uterus lambat laun mengecil dan endometrium mengalami atrofi. Walaupun demikian, uterus masih tetap dapat bereaksi terhadap estrgen. Epitel vagina menipis dan mamae mulai menjadi lembek. Proses ini berlangsung terus sampai masa senium.
2)      Perubahan Hormon
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kamampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian, turunya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin ini, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.
3)      Perubahan vasomotorik
Perubahan ini dapat muncul sebagai gejolak panas(hot flushes), keringat banyak, rassa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, perubahan tekanan darah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus.
4)      Perubahan emosi
Perubahan emosi sering muncul dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang, dan susah tidur.

Konsep Diri



a.       Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuanya berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen(1998) dalam Abdul Muhith 2015).
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan bagaiman kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian dalam percakapan sehari-hari. Dengan konsep diri ini, kita bisa membayangkan bagaimana kita bercermin untuk mengetahui siapa sesungguhnya diri kita. (Keliat, B.A, 1994 dalam Abdul Muhith 2015).
Konsep diri dipelajari mulai kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri terdiri dari berbagai komponen yaitu citra diri, ideal diri, harga diri, dan penampilan peran, dan identitas peersonal. Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaktif sampai maladaktif. Stain (dalam Stuard and Sunden 1995) mengatakan bahwa konsep diri memiliki peran penting dalam pembentukan pola kepribadian seseorang karena konsep diri merupakan inti pola kepribadian, konsep ini mempengaruhi berbagai sifat dalam diri seseorang.
b.      Komponen Konsep Diri
Konsep diri mempunyai beberapa komponen, komponen tersebut ada lima yaitu:
1)      Gambaran Diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart & Sudeen, 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1994).
Gambaran diri (body image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak penting pada aspek psikologinya. Citra tubuh adalah sikap, persepsi keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu: ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keteratasan, makna objek yang kontak secara terus menerus dari masa lalu maupun sekarang. Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1994).
Perubahan tubuh yag berhubungan dengan tumbuh kembang, dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan pertumbuhan usia. Tidak jarang seseorang menanggapi dengan repon positif dan negatif. Ketidak puasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. Umpan balik iterpersonal yang negatif berarti ada anggapan yang tidak baik berupa celaan dan makian sehingga dapat menjadikan seseorang menarik diri.
Gambaran diri adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
a)      Stresor yang terjadi pada gambaran diri
(1)   Perubahan ukuran tubuh: penurunan atau kenaikan berat badan.
(2)   Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif (oprasi atau daerah pemasangan infus) atau perubahan pada mamae yang semula kencang menjadi kendur dan lain sebagainya
(3)   Perubahan struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan alat dalam tubuh.
(4)   Perubahan fungsi: beberapa penyakit yang dapat merubah sistem tubuh.
(5)   Keterbatasan gerak: makan serta kegiatan.
b)      Tanda dan gejala gangguan gambaran diri
(1)   Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
(2)   Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.
(3)   Menolak penjelasan perubahan tubuh.
(4)   Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
(5)   Persepsi negatif terhadap tubuh.
(6)   Mengungkapkan keputusan.
(7)   Mengungkapkan ketakutan.
2)      Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen,1995 dalam Abdul Muhith (2015)). Gangguan ideal diri adalah ideal diri terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis, ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan nilai-nilai yang ingin dicapai dalam hidup. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting dalam dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja, ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, dan teman (Keliat, 1994 dalam Abdul Muhith, 2015).
3)      Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai berbagai fungsi peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat, 1994 dalam Abdul Muhith). Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
Posisi di masyarakat dapat merupakan stessor terhadap peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari:
a)      Konflik peran
Dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
b)      Peran yang tidak jelas
Terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam masa transisi merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi tidak ada waktu untuk menyelesaikan. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran harus dilakukan (stuart dan sundeen, 1991 dalam Abdul Muhith, 2015) :
(1)   Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai peran.
(2)   Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
(3)   Kesesuaian dan keseimbangan.
(4)   Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
(5)   Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku peran.
4)      Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari obserfasi dan penelitian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (stuart dan sundeen, 1995 dalam Abdul Muhith 2015).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya  berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, kemampuan, dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri.
5)      Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1995). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi.jikaa individu sering gagal, maka cenderrung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Biasanya harga diri sangat rentan teganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Gangguan harga diri dapat digambarkan sabagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama) dan dapat diekspresian secara langsung atau tidak langsung (keliat 1994, dalam Abdul Muhith 2015).