Monday 22 February 2016

Imunisasi Dasar Lengkap

a.   Definisi
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Dep. Kes, 2005). Imunisasi Dasar Lengkap adalah Suatu kekebalan yang harus di berikan pada bayi usia 0-12 bulan meliputi imunisasi HB, BCG, Polio, DPT, dan campak.
Istilah kekebalan biasanya dihubungkan dengan perlindungan terhadap suatu penyakit tertentu. Imunitas atau kekebalan terdiri atas imunitas pasif, yaitu tubuh tidak membentuk imunitas, tetapi menerima imunitas, sedangkan pada imunitas aktif tubuh membentuk kekebalan sendiri (Supartini, 2004).
Macam-macam kekebalan tubuh manusia (Depkes RI, 2002 ) yaitu:
1)   Kekebalan pasif
Kekebalan pasif adalah Kekebalan yang diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolak sehingga prosesnya cepat tetapi tidak bertahan lama. Kekebalan pasif dibedakan menjadi 2, yaitu :
a)    Kekebalan pasif alamiah
Kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari bayinya,kekebalan ini berlangsung lama (± 6 bulan segera setelah bayi lahir). Misalnya: Difteri, Morbili dan tetanus.
b)    Kekebalan pasif buatan
Kekebalan yang diperoleh / diproses setelah mendapatkan suntikan zat penolak. Misalnya: ATS (Anti Tetanus Serum )
2)   Kekebalan aktif
Kekebalan aktif dibagi menjadi 2, yaitu :
a)   Kekebalan aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah sembuh dari suatu penyakit. Contoh: Penyakit campak setelah sembuh tidak akan terserang campak lagi karena tubuhnya terbuat dari zat penolak terhadap penyakit.
b)   Kekebalan aktif buatan
Dimana kekebalan didapat setelah mendapatkan vaksin (Imunisasi). Contoh: Anak yang di imunisasi BCG, POLIO, DPT, Campak
b.   Tujuan Imunisasi
1)     Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
2)     Tujuan Khusus
a)     Tercapainya target Universal Child Imunization (UCI) yaitu cakupan imuniasi lengkap minimal 80 % secara merata pada bayi di 100% kelurahan.
b)     Tercapainya eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) yaitu insiden dibawah 1 per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun.
c.   Syarat Pemberian Imunisasi
Menurut Depkes RI (2002) dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu :
1)   Diberikan pada bayi / anak yang sehat
2)   Vaksin yang diberikan harus baik , disimpan di lemari es
3)   Pemberian imunisasi haris denagan teknik yang benar
4)   Mengetahui jadwal pemberian imunisasi denagan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima.
5)   Meneliti jenis vaksin yang di berikan
6)   Memberi dosis yang akan diberikan
d.   Penyimpanan Vaksin Imunisasi
1)    Semua vaksin disimpan pada suhu +2˚C - +8˚C.
2)    Bagian bawah lemari es di letakan kotak dingin cair (cool pack) sebagai penahan dingin dan kesetabilan suhu.
3)    Penempatan vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakan dekat evaporator.
4)    Penempatan Vaksin FS (DPT, TT, DT, Hept. B, DPT/HB) diletakan lebih jauh dari evaporator.
5)    Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau sayu jari tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik.
6)    Letakan satu buah termometer Muller dibagian tengah lemari es dan letakan 1 buah freeze tag di antara vaksin B dan DPT
7)    Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar ultra violet.
8)    Pelarut Vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar, pelarut tidak boleh beku.
e.   Jenis Imunisasi Dasar Lengkap
Jenis imunisasi ini mencakup vaksinasi terhadap 7 penyakit utama, yaitu vaksin BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B harus menjadi perhatian dan kewajiban orang tua untuk memberi kesempatan kepada anaknya mendapat imunisasi lengkap, sehingga sasaran pemerintah agar setiap anak mendapat imunisai dasar terhadap 7 penyakit utama yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat dicapai.
1)      Imunisasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin)
a) Pengertian
Imunisasi BCG adalah pemberian vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah dilemahkan. (Atikah, 2009).
b) Manfaat
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah dilemahkan. (Atikah, 2009).
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis complex. Pada manusia, TBC terutama menyerang sistem pernafasan (TB paru), meskipun organ tubuh lainnya juga dapat terserang (penyebaran atau ekstraparu TBC). Mycobacterium tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paru-paru dan terdapat bakteria didahaknya. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab juga mendukung terjadinya penularan. Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung bakteri tuberkulosis. Bakteri ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput selaput otak (yang terberat). Infeksi primer terjadi saat seseorang terjangkit bakteri TB untuk pertama kalinya. Bakteri ini sangat kecil ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berkembang.
Komplikasi pada penderitaan TBC, sering terjadi pada penderita stadium lanjut. Berikut, beberapa komplikasi yang bisa dialami:
(1)    Hemomtasis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipofolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
(2)    Lobus yang tidak berfungsi akibat retraksi bronchial.
(3)    Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat) pada proses pemulihan atau retraksi pada paru.
(4)    Pneumotorak spontan (adanya udara di dalam rongga pleura): kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
(5)    Penyebaran infeksi ke organ lainnya seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
(6)    Insufiensi kardio pulmoner.
Menurut Nufareni (2003), Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi TB tetapi mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB atau TB miliar. Faktor-faktor yang mempangaruhi efektifitas BCG terhadap TB adalah perbedaan vaksin BCG, lingkungan, faktor genetik, status gizi dan faktor lain seperti paparan sinar ultraviolet terhadap vaksin.
c) Waktu Pemberian
Imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi berumur 0-2 bulan. Hasil yang memuaskan terlihat apabila diberikan menjelang umur 2 bulan. BCG disuntikkan dilengan kanan atas.(Depkes RI, 2005)
d) Syarat Pemberian
Syarat pemberian imunisasi BCG yaitu tidak boleh diberikan pada anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun ,seperti eksim, furunkolis, dan sebagainya. Imunisasi tidak boleh di berikan pada orang atau anak yang sedang menderita TBC. (Atikah,2009)
e) Cara Pemberian
Pemberian imunisasi BCG dilakukan secara Intra Cutan (IC) dengan dosis 0.05 cc menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm,ukuran 26). Sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Hasil yang memuaskan terlihat apabila diberikan menjelang umur 2 bulan. BCG disuntikkan dilengan kanan atas. (Depkes RI, 2005).

f)  Efek samping
Biasanya setelah suntikan BCG setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm akan sembuh sendiri dengan meninggalkan jaringan parut dengan garis tengah 3-7 mm. (Atikah,2009).
g) Kontra Indikasi
Kontraindikasi imunisasi BCG sebagai berikut  :
(1)    Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun ,seperti eksim, furunkolis, dan sebagainya.
(2)    Imunisasi tidak boleh di berikan pada orang atau anak yang sedang menderita TBC. (Atikah,2009)
h) Tempat Pemberian
Pemberian imunisasi BCG dapat dilakukan di :
(1)    Puskesmas
(a)    KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
(b)    UKS (Usaha Kesehatan Masyarakat)
(c)    Posyandu
(d)    Balai Pengobatan
(2)    Non Puskesmas, meliputi :
(a)    Rumah Sakit
(b)    Rumah Sakit Bersalin
(c)    Rumah Bersalin
(d)    Dokter Praktek Anak
(e)    Dokter Umum Praktek
(f)     Dokter Spesialis Kebidanan
(g)    Bidan Praktek
(h)    Balai Kesehatan Masyarakat
i)  Upaya Penanganan Paska Imunisasi
Penanganan apabila terjadi bengkak atau demam setelah diberikan imunisasi BCG yaitu dengan mengompres bagian yang bengkak dengan air hangat, dan tidak boleh dipegang-pegang. Bila anak terjadi panas beri obat penurun panas atau bahwa ke pelayanan kesehatan
2)      Imunisasi DPT ( Difteri, Pertusis dan Tetanus)
a)   Vaksin dan jenis vaksin
Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus yang dilemahkan serta kuman Bordetella Pertusi yang dimatikan. Vaksin ini dapat mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT dilakukan pada usia 3 bulan dan diulang pada usia 1,5 tahun dan 5 tahun. Setelah disuntik bayi kan demam, nyeri dan bekas suntikan akan bengkak selama 1-2 hari.(Atikah,2009).
b)   Cara Imunisasi
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi Intramuskular. Suntikan diberikan di paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian vaksin DPT diberikan tiga kali mulai bayi berumur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu.(Depkes RI,2005).

c)   Efek samping
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari.(Atikah,2009).
d)   Kontra indikasi
Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal pada penyakit gangguan kekebalan. Bila suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berta maka sebaiknya suntukan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja. Sakit batuk, filek dan demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak (Atikah, 2009)
3)      Imunisasi Polio
a)   Vaksin dan jenis Vaksin
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah poliomyelitis. Pemberian vaksin volio dapat di kombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio:
(1)  Inactivated Polio Vaccine (IPV=Vaksin Salk), mengandung virus polio yang sudah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
(2)  Oral Polio Vaccine (OPV= Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan di berikan dalam bentuk pil atau cairan. ( Atikah, 2009)
b)   Cara Imunisasi
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6 minggu. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan sendok yang menggunakan larutan gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes( dopper) yang baru.(Depkes RI, 2005)
c)   Efek samping
Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek samping. Bila ada, mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak seperti pada penyakit polio sebenarnya (Atikah, 2009)
d)   Kontra Indikasi
Pada anak-anak dengan diare berat (kemungkinan terjadi diare lebih parah) atau yang sedang sakit parah, imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan. Demikian pula pada anak yang mengalami gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio (Atikah,2009).
4)      Imunisasi Campak ( Morbilli )
a)   Vaksin dan jenis vaksin
Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam bentuk kemasan kering dikombinasikan dengan vaksin gondong/bengok (mumps) dan rubella (campak Jerman). Di Amerika Serikat kemasan terakhir terkenal dengan nama vaksin MMR (Measles Mumps Rubella vaccine) (Atikah,2009).
b)   Cara Imunisasi
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 cc. Sebelum di suntikan vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut.Kemudian disuntikan lengan kiri atas secara subkutan (Depkes RI, 2005).
c)   Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Atikah, 2009).
d)   Kontra Indikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia,dan limfoma (Atikah, 2009).
5)      Imunisasi Vaksin Hepatitis B
a) Vaksin dan jenis vaksin
Jenis vaksin ini baru dikembangkan setelah diteliti bahwa virus hepatitis B mempunyai kaitan erat dengan terjadinya penyakit lever. Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang dinamakan HBsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit (Atikah, 2009).

b) Cara Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Cara pemberian imunisasi dasar disesuaikan dengan rekomendasi pabrik pembuatnya. Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus dilakukan imunisasi pasif memakai imunoglobulin khusus anti hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah kelahiran (Atikah, 2009).
c) Efek Imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini kan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan (Atikah, 2009).
d) Kontra Indikasi

Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir (Atikah, 2009).