Thursday 6 November 2014

Contoh Penerapan Siklus PDCA pada Pelayanan Kebidanan Persalinan

Kasus
Di Desa Sukarame banyak ibu yang meninggal. Bahkan pada tahun ini mengalami peningkatan terutama pada ibu bersalin. Salah satu penyebab ibu meninggal karena saat ingin melahirkan anak, harus ke Puskesmas yang ada di kecamatan. Jarak Desa Sukarame ke Puskesmas ± 15 km. Di Desa Sukarame terdapat seorang bidan dan kader – kadernya yang aktif. Sebagai bidan, langkah – langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah melalui siklus PDCA.

Pembuatan Siklus PDCA
1.      P (Planning/perencanaan)
Unsur rencana kerja
a.       Judul Rencana
Menurunkan angka kematian ibu di Desa Sukarame.
b.      Rumusan Pertanyaan/Uraian Masalah
Angka kematian ibu (AKI) di Desa Sukarame pada tahun ini mengalami peningkatan terutama pada masa persalinan. Kematian ibu bisa disebabkan karena 3 terlambat, 4 terlalu, yaitu :
3 terlambat :
1)      Terlambat dalam mencapai fasilitas (transportasi ke rumah sakit/puskesmas jauh)
2)      Terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat difasilitas pelayanan (kurang lengkap atau tenaga medis kurang)
3)      Terlambat dalam mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan
4 terlalu :
1)      Terlalu muda (usia dibawah 16 tahun)
2)      Terlalu tua (usia diatas 35 tahun)
3)      Terlalu sering (perbedaan usia antara anak sangat dekat)
4)      Terlalu banyak (memiliki lebih dari 4 orang anak)
c.       Rumusan tujuan
Menurunkan angka kematian ibu di Desa Sukarame
d.      Uraian Kegiatan
1)      Melakukan pendataan ibu hamil yang mendekati masa persalinan
2)      Mengantisipasi pilihan ibu
3)      Melakukan screning pada ibu hamil yang resiko tinggi
4)      Melakukan penyuluhan tentang P4K dan pengenalan tanda bahaya persalinan
e.       Metode atau kriteria penilaian
1)      Metode Peyuluhan, yaitu :
-          Ceramah
-          Tanya jawab
2)      Materi penyuluhan, yaitu :
-          Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).
-          Pengenalan tanda bahaya pada persalinan.
f.       Waktu
1)      Saat posyandu
2)      Saat ada kegiatan kelas hamil atau senam hamil.
g.      Pelaksana
1)      Bidan
2)      Kader
h.      Biaya
1)      Konsumsi                                            Rp. 150.000,00
2)      Sarana dan prasarana                          Rp. 100.000,00
3)      Lain-lain                                              Rp. 200.000,00
2.      D (DO/Pelaksanaan)
1)      Melakukan pendataan ibu hamil yang mendekati masa persalinan.
2)      Mangantisipasi pilihan pasien
Pada masyarakat yang pendapatannya sedikit (miskin) dan jarak pelayanan kesehatannya jauh, kemungkinan orang tersebut akan memilih bersalin ke dukun. Jadi, jauh-jauh hari bidan harus menyarankan untuk tabulin (tabungan ibu bersalin) agar ibu memiliki cukup dana dan menyarankan kepada mereka untuk bersalin di tenaga kesehatan bukan ke dukun, terutama minta bantuan TOMA atau anggota keluarga yang biasa berwewenang dalam mengambil keputusan.
3)      Melakukan screening pada ibu hamil yang resiko tinggi. Ibu yang termasuk golongan beresiko tinggi adalah :
a.       Umur terlalu muda (<16 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun).
b.      Tinggi badan <145 cm
c.       Jarak antara kehamilan terlalu dekat (<2 tahun) atau terlalu lama (> 10 tahun) .
d.      Hamil dengan anemia
e.       Ibu dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dll)
4)      Memberikan penyuluhan tentang P4K dan pengenalan tanda bahaya persalinan :
Tanda bahaya persalinan antara lain:
a.       Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mules
b.      Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
c.       Ibu tidak kuat mengejan/ mengalami kejang
d.      Air ketuban keruh atau berbau
e.       Plasenta tidak keluar setelah bayi lahir
f.       Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
5)      Menyuruh ibu dan keluarga untuk mempersiapkan hal-hal seperti BAKSOKUDA untuk mengantisipasi jika diperlukan rujukan
B : bidan
A : alat
K : keluarga
S : surat
O : obat
K : kendaraan
U : uang
DA : darah
6)      Meminta keluarga untuk mempersiapkan kendaraan atau meminta bantuan orang yang punya kendaraan untuk menyewakan kendaraan untuk merujuk pasien kalau perlu minta bantuan perangkat Desa, TOMA dalam merujuk pasien.
3.      CHEK/Pemantauan
Setelah melakukan rencana kerja, selanjutnya melakukan chek atau penilaian apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana atau belum. Apakah ibu sudah memahami penyuluhan yang telah diberikan atau belum, dan apakah ada perubahan yang lebih positif atau tidak di Desa sukarame .
4.      A (Action/Perbaikan)
Selanjutnya merumuskan tindakan perbaikan apabila terdapat penyimpangan dari pemantauan yang telah dilakukan.


makalah MASALAH PELAYANAN KEBIDANAN DI TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari Pembangunan Nasional yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena itu pembangunan kesehatan menempati peran penting dalam Pembangunan Nasional.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan. Sudah merupakan tugas seorang bidan sebagai tenaga kesehatan untuk mengetahui masalah pelayanan kebidanan yang meliputi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka kejadian BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis, dan IMS.

B.     Rumusan Masalah
Apa saja masalah pelayanan kebidanan ditingkat pelayanan kesehatan?

C.     Tujuan
Untuk mengetahui masalah pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Kematian Ibu dan Bayi
    Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
a.       Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incid. (Depkes RI, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, yang manjadi indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI menurut SDKI tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kebidanan komunitas di lini terdepan, mempunyai peranan penting dalam penurunan AKI yang dinilai masih tinggi.
b.      Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi : Gangguan perinatal (34,7%), Sistim pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim pencernaan (4,3%) dan Tetanus (3,4%).
c.       Upaya menurunkan AKI dan AKB:
1.      Melaksanakan kelas ibu hamil berkualitas
2.      Pelaksanaan P4K yang berkualitas
3.      Membangun kemitraan bidan dan dukun
4.      Implentasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan
5.      Implentasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa
6.      Peningkatan fungsi PONED
7.      Optimalisasi desa siaga
d.      Peran bidan
1.      Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta mengidentifikasi penyebab kematian ibu dan bayi dengan melibatkan peran serta masyarakat.
2.      Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu atau dapat mengadakan tabungan ibu bersalin pada ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya persalinannya nanti, melakukan pengorganisasian donor darah berjalan serta mencari calon pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam persalinan ibu terjadi perdarahan sehingga tidak sampai terjadi kematian ibu.
3.      Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu) dalam promosi “suami, bidan dan desa SIAGA”

B.     Kehamilan Remaja
a.       Pengertian
Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah. Hamil diluar nikah yang terjadi pada remaja yang di Indonesia yang pemerintahannya tidak peduli dengan masyarakat belum bergerak secara signifikan dalam masalah ini, akan menimbulkan hal-hal yang lebih besar dikemudian hari. Hal masa depanpun menjadi masalah misalnya malu terhadap teman,lingkungan dan juga merasa remaja sudah musnah. Selain itu ketidak stabilan emosi dan ekonomi juga sangat mempengaruhi apalagi jika hal ini terjadi pada keluarga yang kurang mampu. Maka akan terjadi penolakan terhadap anak yang nanti akan dilahirkan.
b.      Hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain
1.      Kurangnya peran orang tua dalam keluarga
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap kedua ibu bapaknya.
2.      Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku
3.      Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua.
c.       Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja
1.      Masalah Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima sehinnga dapat menurunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan optimal.
2.      Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja
Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian yang paling kecil bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Sukur bila kehamilannya terjadi menjelang kehamilan sehinnga segera dilanjutkan dengan pernikahan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau laki-laki yang menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan pendidikan moral pada anak gadisnya.
3.      Masalah sosial dan ekonomi keluarga
Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak lepas dari kemelut seperti:
1)      Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan
2)      Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
3)      Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial ekonomi
4)      Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin)
5)      Nilai gizi yang relativ rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan
Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri, masyarakat nelum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda halnya dengan negara maju seperti Amerika, masyarakat sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama

4.      Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja
1)      Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
2)      Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksiterutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
3)      Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
4)      Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
5)      Keracunan Kehamilan
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
6)      Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

d.      Pencegahan Kehamilan Remaja
1.      Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2.      Kegiatan positif
3.      Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4.      Jangan terjebak pada rayuan gombal
5.      Hindari pergi dengan orang yang tidak terkenal
6.      Mendekatkan diri pada Tuhan
7.      Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana (alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama.
8.      Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.

e.       Peran Bidan
1.      Bersikap bersahabat jangan mencibir
2.      Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
3.      Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan secara    kekeluargaan, segera menikah.
4.      Periksa kehamilan sesuai standart
5.      Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
6.      Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.

C.     Angka Kejadian BBLR
    Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak di Indonesia diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%.
     Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5%.

a.       Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006). 
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur dalam 1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. (Depkes RI, 1999)
Menurut Saifudin, dkk (2000), BBLR diklasifikasikan menjadi :
1.      Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500 – 2500 gram
2.      Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir < 1500 gram
3.      Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat lahir < 1000 gram
Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah diantaranya: Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI, Infeksi, Ikterus dan Masalah perdarahan.
b.      Ciri-ciri BBLR
1.      Berat < 2.500 gram
2.      Panjang badan < 45 cm
3.      Lingkar dada < 30 cm
4.      Lingkar kepala < 33 cm
5.      Usia kehamilan < 37 minggu
6.      Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7.      Kulit tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
8.      Pernafasan tidak teratur, dll.

c.       Penyebab BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:
1.      Faktor Ibu
a.       Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LILA. LILA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b.      Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c.       Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d.      Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2.      Faktor Kehamilan
a.       Hamil dengan polihidramnion
Polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Polihidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.
b.      Hamil ganda
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
c.       Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.
d.      Preeklamsi dan eklampsi
Pre-eklampsia dan Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
e.       Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
3.      Faktor Janin
a.       Cacat bawaan / kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
b.      Infeksi dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.

d.      Penanganan
1.      Pengaturan suhu lingkungan
Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu
BB < 2 kg                         : 350C
BB 2 kg – 2,5 kg              : 34 oC,
suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan (24 – 27 oC).
2.      Makanan bayi
Umumnya refleks menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan (lipase) masih kurang,  sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari. Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi). (Wiknjosastro H, 2007)

e.       Pencegahan
1.      Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, upayakan ANC yang berkualitas, segera lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan
2.      Meningkatkan gizi masyarakat
3.      Tingkatkan penerimaan gerakan KB
4.      Penyuluhan kesehatan
5.      Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm.

f.       Peran bidan
1.      Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan nutirsi selama hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan membantu membuat keputusan mengenai persalinan. Mengkaji kesiapan ibu untuk kelahiran dan persalinan serta kesiapan keluarga untuk bayi baru lahir.
2.      Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat agar mau menerima pelayanan KIA sebagai upaya untuk mencegah kejadian BBLR dan penangananya.
3.      Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.


D.     PUS (Pasangan Usia Subur)
1.      PUS dengan Fertilitas tinggi
Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan usia subur) merupakan salah satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan adalah dengan memberikan KB yang sesuai.
2.      PUS dalam masa prakonsepsi
Masa prakonsepsi adalah masa persiapan sebelum memasuki masa pembuahan dan kehamilan. Pada masa ini pasutri (PUS) dapat merencanakan kehamilan dengan berbagai persiapan yang lebih matang. Peran bidan disini adalah membantu persiapan pra konsepsi dengan:
a)      Pemberian informasi pola hidup sehat seperti pola makan, olahraga, istirahat cukup, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok.
b)      Konseling variasi hubungan seksual dan cara menghitung masa subur.
c)      Pemeriksaan fisik dan tes-tes kesehatan.
3.      PUS dengan masalah Infertilitas (Kemandulan)
Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat penting bagi pasangan suami istri. Tingkat kesuburan dibedakan menjadi fertilitas/kesuburan dan infertilitas/ketidaksuburan. Tingkat kesuburan dapat menjadi masalah yang serius. Untuk itu bidan harus mampu mengenal masalah kesuburan dan ketidaksuburan pada pasangan suami istri.
a.       Definisi Infertil
     Infertilitas  adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497). Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun  telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008). Secara medis infertil dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1)      Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2)      Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun. (Djuwantono,2008, hal: 2).

     Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
1)      Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
2)      Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum mendapatkan kehamilan.
3)      Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.
4)      Istri  maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan. (Djuwantono,2008, hal: 3).
b.      Pencegahan
1)      Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven RB,1985).
2)      Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven RB,1985).
3)      Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985).
4)      Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).

c.       Peran bidan
1)      Meningkatkan peran serta kedua pasangan untuk dapat saling bekerjasama dalam menangani masalah infertilitas.
2)      Melakukan rujukan sehingga pasangan infertil mendapat penanganan yang tepat
3)      Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung masa subur, makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau isteri.

E.     Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Medis
a.    Definisi
Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.
b.    Penyebab
Penyebab persalinan di tenaga non medis:
1.      Disparitas antar wilayah  (Jauh dari nakes)
2.      Pendidikan (Pendidikan yang rendah)
3.      Ekonomi (Ibu dengan tingkat penghasilan rendah hampir lima kali lebih besar melakukan persalinan dirumah dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengeluaran tinggi)
c.    Penanganan
Penanganannya dengan diadakan program penempatan bidan di desa yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya.
d.   Peran bidan
Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.

F.      IMS
a.       Definisi
IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan Tambayong,2000:195). IMS adalah penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002). Umumnya mata rantai penularan IMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis, herpes simpleks, HIV/AIDS. Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda, 2007).

b.      Gejala
Sebenarnya mengenali gejala infeksi menular seksual cukup mudah, yaitu dengan mengecek apakah ada cairan seperti nanah keluar dari vagina, penis ataudubur, lalu cairan ini biasanya berupa lendir dalam jumlah banyak, bau dan kental. Terasa pedih atau panas ketika buang air kecil atau saat melakukan hubungan seksual, nyeri di perut bagian bawah (pada wanita) dan di buah zakar (pada pria), serta bokong dan kaki. Gejala umum IMS yaitu:
1.      Perubahan pada kulit disekitar kemaluan
2.      Gatal pada alat kelamin.
3.      Terasa nyeri saat buang air kecil.
4.      Muncul cairan tertentu, dan terlihat tidak normal
5.      Ada perubahan yang tidak wajar seperti melepuh, lecet, luka, muncul bintil, ruam atau pembengkakan di kelamin atau sekitar kelamin.
6.      Ada benjolan yang mencurigakan
7.      Berdarah dan nyeri saat berhubungan.


c.       Pengobatan IMS
1.       Yang terbaik adalah mencegah tertular : tidak berhubungan seks, berhubungan hanya dengan satu pasangan yang setia. Jika berganti-ganti pasangan, selalu gunakan kondom. juga jangan bertukar alat suntik.
2.       Kunjungi klinik dokter secara rutin setiap bulan untuk pemeriksaan.
3.       Bila ada keluhan segera periksa ke dokter.
4.       Jangan mengobati diri sendiri. Penggunaan antibiotika tanpa pengawasan dokter akan sangat merugikan. Setiap jenis IMS punya obatnya sendiri-sendiri.
5.       Bila ragu-ragu, ajaklah teman anda untuk bersama-sama ke dokter.

d.      Peran Bidan
Peran bidan dalam pemberantasan IMS ditegaskan dalam kompetensi kedua Permenkes No. 900 /MENKES/SK/VII/2002 yaitu:
1.      Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS.
2.      Dalam kewenangan yang telah ditetapkan ini, bidan dapat melakukan :
a)      Bidan sebagai role model memberi contoh sikap yang baik pada masyarakat.
b)      Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan pasangan suami istri tentang kesehatan reproduksi.
c)      Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat IMS dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat.
d)     Mewaspadai gejala - gejala dan mendeteksi dini adanya IMS










BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
    Masalah pelayanan kebidanan yaitu kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka kejadian BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), pertolongan persalinan oleh tenaga non medis, dan IMS. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun. masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar.
     Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah.
     Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan.
Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan usia subur) merupakan salah satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB.
Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.
IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan Tambayong,2000:195). Umumnya mata rantai penularan IMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis, herpes simpleks, HIV/AIDS.

B.     Saran
     Sebaiknya seorang bidan mengetahui tentang masalah pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan kesehatan, sehingga akan lebih tanggap untuk melakukan pencegahan akan timbulnya masalah yang terjadi. Sedangkan bila sudah terlanjur masalah kesehatan tersebut muncul maka bidan akan lebih cepat dalam penanganannya dan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Mochtar, Rustam.1998. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC.
Syafrudin, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional pelayanan  kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
Wong, donna,L. 2004 . Pedoman klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
http:www.vifinjangkeng.blogspot/kehamilan-remaja-html.