1.
Definisi
Masa nifas dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pilih dalam waktu
3 bulan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau
setelah melahirkan. (Anggraini
Yetti, 2010).
Masa nifas ( postpartum/puerperiumn) berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata “ puer” yang artinya bayi dan “
Parous” yang artinya melahirkan. Masa nifas adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama pada masa ini berkisar sekitar 6-8 minggu ( Sujiyatini,2010).
2.
Tujuan
Asuhan Masa nifas
a.
Tujuan
Asuhan Masa Nifas
1)
Menjaga
kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.
2)
Melakukan
skrining yang komperhensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3)
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehtan dini, Nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perwatan bayi sehat.
4)
Memberikn
pelayanan KB ( Anggraini Yetti,2010).
3.
Tahapan
Masa Nifas
Masa nifas ini terdiri
dari tiga tahapan yaitu :
a.
Puerpurium
dini yaitu masa kepulihan dimana ibu sudah diperbolehkan mobilisasi jalan.
b.
Puerpurium
intermedial yaitu masa pulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu.
c.
Remote
puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna yang
berlangsung sekitar 3 bulan.tapi selama hamil maupun bersalin ibu mempunyai
komplikasi masa ini bisa berlangsung lebih lama sampai tahunan. (
Sujiyatini,2010).
4.
Peran
dan Tanggung Jawab Bidan Dalam masa Nifas
a.
Mengkaji
kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
b.
Menentukan
diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
c.
Menyusun
rebcana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah
d.
Melaksanakan
asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
e.
Mengevaluasi
bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan
f.
Membuat
rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien (Bahiyatun,2009).
5.
Asuhan
Kunjungan Masa Nifas
Tabel
2.4
Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam setelah persalinan
|
1.
Mencegah
perdarahan masa nifas karena antonia uteri.
2.
Mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut.
3.
Memberikan
konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena antonia uteri.
4.
Pemberian ASI
Awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) Berhasil dilakukan.
5.
Melakuakan
Hubungan Ibu dan bayi baru lahir.
|
2.
|
6
hari setelah persalinan
|
1.
Memastikan
Involusi uterus berjalan normal uterus berkontraksi fundus dibawah
umbilkus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2.
Menilai adanya
tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
3.
Memastikan ibu
menyusui dengan baikdan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit pada bagian
payudara ibu.
4.
Memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
|
3.
|
2
minggu setelah persalinan
|
1.
Memastikan
involusi uterus berjalan normal uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak bau
2.
Menilai adanya
tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
3.
Memastikan ibu
menyusui dengan baikdan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit pada bagian
payudara ibu.
4.
Memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
|
4.
|
6
minggu setelah persalinan
|
1.
Menanyakan pada
ibu tentang penyulit yang dialami ibu atau bayinya.
2.
Memberikan konseling
untuk menanyakan KB secara dini
|
6
Perubahan
Fisiologis Masa Nifas
Selama
hamil, terjadi perubahan pada sisitem tubuh wanita, diamtaranya system
reproduksi, system pencernaan, system perkemihan, system musculoskeletal, system
hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Pada masa postpartum
perubahan-perubahan tersebut akan kembali seperti saat sebelum
hamil.
a.
Perubahan
Sistem Reproduksi
Adapun perubahannya
sebagai berikut :
1)
Involusio
uterus
Involusio uterus melibatkan
reorganisasi dan penaggalan desidua/endometrium dan pegelupasan lapisan pada
tempat implementasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta
perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea.
Tabel
2.5
Involusio uterus
Involusio
|
Tinggi fundus uteri
|
Berat uterus
|
Setelah bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
Setelah uri lahir
|
2 jari dibawah pusat
|
750 gram
|
Setelah 1 minggu
|
Pertengahan pusat dengan sympisis
|
500gram
|
Setelah 2 minggu
|
Tak teraba diatas syimpisis
|
350 gram
|
Setelah 6 minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gram
|
Setelah 8 minggu
|
Besar normal
|
30 gram
|
Sumber :( Suherni, 2009)
2)
Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama
masa nifas dan mempunyai reaksi basa
/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal.
Tabel
2.6
Macam – macam Lochea
Lokia
|
Waktu
|
Warna
|
Ciri –ciri
|
Rubra
|
1-3 hari
|
Merah kehitaman
|
Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.
|
Sanguilenta
|
3-7 hari
|
Putih bercampur merah
|
Sisa darah bercampur lendir
|
Serosa
|
7-14 hari
|
Kekuningan/kecoklatan
|
Lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari leukosit dan robeka laserasi plasenta
|
Alba
|
>14hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati
|
Sumber : Nugroho Taufan,2014
3)
Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama
dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Konsistennya lunak,kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan
kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah
kembali pada keadaan sebelum hamil.
Bentuknya seperti corong karena disebabkan
oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi,sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks berbentuk
cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup
secara bertahap. Setelah bayi lahir
tangan masih bis masuk rongga rahim,setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari pada
minggu ke 6 postpartum serviks menutup (Ambarwati,2010).
4)
Vulva
dan vagina
Vulva dan vagina penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen
pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.
b.
Perubahan
Sistem Pencernaan
Biasanya
ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada
waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, peneguluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
hemoroid, laserasi jalan lahir.supaya buang air besar kembali teratur dapat
diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang
cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat di tolong
dengan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2
atau 3 hari dapat ditong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau
diberikan laksan yang lain.
c.
Perubahan
Sistem Perkemihan
Hendaknya
buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang perineum
mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga
oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
Kadang-kadang oedem dari trigoneum menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
sering terjadi retensio urine. Kandung kemih dalam puerpurium sangat kurang sensitive
dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal
urine residual (normal ± 15cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kecing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi reter dan pyelum normal
kembali dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurine) antara hari
kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena cairan sebagai akibat retensi air
dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses
katalitik involusi. Acetonurie tertuma setelah partus yang sulit dan lama yang
disebabkan pemecahan karbohahidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim
dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.
d.
Perubahan
Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan
difragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh kebelakang dan menjadi retroflesi, karena ligamen rotundum menjadi
kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung
lama akibat besarnya lunak dan kendor untuk sementara waktu. Pemulahan dibantu
dengan latihan.
e.
Perubahan
Endokrin
1)
Hormon
plasenta
Hormon-hormon menurn dengan cepat setelah
persalinan. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga
hari ke 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke 3
postpartum.
2)
Hormon
Pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat,
pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat
pada fase konstraksi faskuler pada minggu ke 3 LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
3)
Hipotalamik
pituitary ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak
menyusui akan mempengaruhi lamanya ia akan mendapatkan menstruasi. Sering kali
menstruasi pertama kali bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar
estrogen dan progesteron (Ambarwati Eni, 2010)
f.
Perubahan
tanda-tanda vital
1)
Suhu
Badan
Suhu badan setelah persalinan mungkin naik
0,5 0c hingga menjadi 37,2 0c – 37,5 0c,
tetapi tidak melebihi 380c. Hali ini sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Setelah 12 jam pertama jadi
melahirkan umumnya suhu lebih dari 380c kemungkinan terjadi infeksi
yaitu setelah hari pertama dan terjadi 2 hari berturut-turut pada 10 hari
pertama postpartum.
2)
Nadi
Denyut nadi normal pada 60- 80 kali
permenit. Sehabis melahirkan bisa
terjadi bradikardia puerperial yang denyut nadinya mencapai 40 -50 kali/ menit.
Denyut nadi yang melebihi 100 x/menit adalah abnormal kemungkinan
mengidentifikasikan adanya infeksi yang disebabkan adanya proses persalinan
sulit atau perdarahan.
3)
Tekanan
darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan
darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
4)
Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan
dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan
juga akan mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Pernafasan dalam rentang normal yaitu 20-30 kali permenit.
g.
Perubahan
Sistem Kardiovaskuler
Pada
persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila kelahiran
melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat 2 kali lipat. Perubahan ini
terdiri dari volume darah (blood volume) dan hematokrit, Bila persalinan
pervaginam, hematokrit akan naik dan pada sesaria, hematokrit cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4-6 minggu (Sujiayanti,2010).
h.
Perubahan
Sistem Hematologi
Pada
minggu-minggu terakhir kelahiran, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor–
faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan pembekuan darah (Nugroho
Taufan,2014).
No comments:
Post a Comment