Tuesday 31 May 2016

Penentuan Jarak Kehamilan



a.       Pengertian
Penentuan jarak kehamilan merupakan salah satu cara untuk menentukan berapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan satu dengan yang lain (Dwijayanti,2005).
b.      Jarak Kehamilan
Kehamilan merupakan saat yang paling tepat untuk saling berbagi dan merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai calon orang tua. Upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak kehamilannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluarga-keluarga mudah baik diperkotaan maupun di pedesaan. Kesadaran akan penting bila perencanaan keluarga ini biasanya dikaitan dengan konsep perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental,spiritual maupun finansial dalam menata masa depan anak-anak mereka. Tentu saja pandangan ini masih bisa di pertanyakan mengingat penataan masa depan keluarga sangat berkaitan dengan banyak faktor (Sugiri,2007).
Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak kembali,menjadi hal penting untuk dikomunikasikan (Masyhuri,2007).
Keinginan keluarga untuk memiliki anak sangat erat kaitannya dengan pandangan masing-masing keluarga tentang pandangan masing-masing keluarga tentang nilai anak (value of children). Semakin tinggi tanggung jawab keluarga terhadap nilai anak maka semakin tinggi pula dorongan keluarga untuk merencanakan jumlah anak ideal (BKKBN,2007).
Menentukan jarak kehamilan tidak semua pasangan usia subur mengetahui secara jelas manfaatnya buat kehidupan jangka panjang yang lebih baik.Maka yang paling penting dalam hal ini adalah meningkatkan peran suami istri dalam memahami betul manfaat menentukan jarak kehamilan. Dimana,terdapat keadaan bahwa jarak kehamilan yang diinginkan sebagian besar wanita di negara berkembang tersebut tidak selalu terpenuhi.Hal itu diakibatkan beberapa faktor yang mungkin sangat kompleks sifatnya seperti faktor sosial budaya serta pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya seperti suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di Indonesia, terutama di beberapa daerah pedalaman yang masih kuat nilai-nilai tradisionalnya. Padahal tertulis dalam hak-hak reproduksi yang mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimiliki serta jarak kehamilan yang diinginkan (Diana,2007).
Dalam merencanakan dan mengatur jarak kehamilan,perencanaan pasangan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari segi kematangan ekonomi,umur pasangan, pengaruh sosial budaya, lingkungan, pekerjaan maupun status kesehatan pasangan (Susan,2006).
c.       Waktu dan jarak  kehamilan yang aman dan ideal
Mengingat banyaknya resiko yang mungkin saya terjadi jika waktu dan jarak kehamilan terlalu dekat, maka solusi terbaik adalah dengan mengatur dan merencanakan kehamilan berikutnya dengan matang.Beberapa ahli mengatakan bahwa waktu dan jarak kehamilan yang aman dan ideal adalah antara 18 bulan sampai 48 bulan dihitung dari waktu persalinan sebelumnya (Mario, 2015).
Mengatur waktu dan jarak kehamilan yang aman dan ideal akan menghindkan ibu dan anak dari resiko. Waktu dan jarak  kehamilan ideal diatas akan memberikan cukup istirahat bagi Rahim ibu untuk kembali siap menjadi rumah bagi calon bayi yang akan dikandung (Mario, 2015).
d.      Faktor usia juga merupakan salah satu faktor dalam menentukan jarak kehamilan dimana pada saat merencanakan kehamilan yang harus dihindari antara lain empat T yaitu:
1)      Terlalu muda untuk hamil (< 20 tahun)
2)      Terlalu tua untuk hamil (>35 tahun)
3)      Terlalu sering hamil (anak > orang berisiko tinggi)
4)      Terlalu dekat jarak kehamilannya ( < 2 tahun)
Oleh karena faktor usia, di Indonesia wanita di atas 30 tahun banyak yang memilih jarak pendek untuk melahirkan anak sebelum mereka berumur 35 tahun ke atas ( Yolan,2007).
 Faktor usia merupakan faktor penting dalam menentukan jarak kehamilan terutama bagi wanita bila berusia 38 tahun dan masih menginginkan 2 orang anak maka tidak bisa hamil dengan jarak umur 3 tahun antara yang satu dengan yang lain, bila usia dibawah 30 tahun dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan  (Dwijayanti,2005).
Keberhasilan beberapa negara maju yang wanitannya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umurnya mereka menyadari perlunya mengatur jarak kehamilan ( Diana, 2007).
Peningkatan partisipasi pasangan di bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak anak yang dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab dalam hidup berumah tangga
( Bappenas,2007).
Aspek ekonomi juga faktor yang tak kalah penting, jika tidak direncanakan terutama soal penyiapan dananya, bisa juga berakibat fatal. Salah satu keuntungan dalam mengatur penentuan jarak kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu meningkatkan derajat kualitas hidup perempuan secara menyeluruh ( Diana,2007).
Pada umumnya pasangan yang tidak mau mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak cukup mampu menyediakan dukungan yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana mestinya. Dengan persiapan mental maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudahkan pasangan untuk menentukan jarak kehamilan (Zeverina,2007).
e.       Resiko dalam Menentukan Jarak Kehamilan
Wanita yang melahirkan dengan jarak yang sangat berdekatan (< 2 tahun) akan mengalami resiko antara lain (Yolan,2007):
1).    Resiko perdarahan trimester III
2).    Plasenta previa
3).    Anemia
4).    Ketuban pecah dini
5).    Endometriosis masa nifas
6).    Kematian saat melahirkan
7).    Kehamilan dengan jarak yang terlalu jauh juga dapat menimbulkan resiko tinggi antara lain persalinan lama.
f.       Perencanaan kehamilan yang sehat
Perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman,sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologis keluarga (Sugiri,2007).
Salah satu perencanaan kehamilan antara lain dengan mengikuti program keluarga berencana (KB). KB memberi kepada pasangan pilihan tentang kapan sebaiknya mempunyai anak, berapa jumlahnya, jarak antar anak yang satu dengan yang lain, dan kapan sebaiknya berhenti mempunyai anak ( Yolan,2007).
Efek jarak kehamilan terlalu dekat pada anak Jarak kehamilan atau kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu, ketidaksiapan berbagai kasih sayang dari orang tuanya (Yolan,2007).
Banyak kakak-beradik dengan jarak kehamilan atau kelahiran terlalu pendek menimbulkan sikap iri atau cemburu. Seperti kakak tidak gembira atas kehadiran adiknya, justru sering menganggapnya musuh karena merampas kasih sayang dari orang tuanya (Diana,2007).
Persiapan secara mental untuk kakak sangat penting dilakukan oleh orang tuanya terutama si ibu agar nantinay tidak merasa tersisih, yaitu dengan cara (Yanti,2007):
1).    Menjelaskan padanya secara natural bahwa kehadiran adiknya nanti tidak akan membuat perhatian orangtua padanya berkurang bahkan mungkin akan semakin sayang.
2).    Semakin besar usia anak maka akan semakin mudah bagi orangtua untuk menjelaskannya. Ia mungkin tertarik dengan penjelasan mengenai apa yang akan terjadi dengan tubuh ibu dan apa yang ada dalam perut ibu nantinya.
3).    Berjanji pada si kakak bahwa kelak ia akan dilibatkan saat orangtua akan memilih nama untuk adiknya juga pada saat akan membelikan perlengkapan untuk adik serta saat mengasuhnya.

No comments:

Post a Comment