1.
Pengertian
Konstipasi
merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis
usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras atau keluarnya
tinja terlalu kering dan keras (Alimul Aziz,2012).
Konstipasi
atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana
seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau
tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat
menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat
disebut juga dengan obstipasi.
Konstipasi merupakan gejala,
bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti
oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan
saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila
motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus
dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air
ditinggalkan untuk melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering
dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum. Defekasi hanya setiap 4 hari
atau lebih dianggap tidak normal. Pola defekasi yang biasanya setiap 2 sampai 3
hari sekali tanpa danya kesulitan, nyeri atau perdarahan dianggap normal.
Konstipasi adalah penurunan frekunsi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat
defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus
halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian
besar kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan
untuk melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras
dapat menimbulkan nyeri pada rektum (Potter & Perry, 2006).
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga
nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat
episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara
regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.
Sistem
pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk
kembali normal. Pola makan ibu nifas
tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit
untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas
dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu
nifas. Akan tetapi proses konstipasi
juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya
akan terbuka bila ibu buang air besar.
Pada
umumnya, sebagian besar wanita akan defekasi dalam waktu 3 hari pertama setelah
persalinan, kemudian akan kembali ke kebiasaan semula. Namun ada sebagian
wanita yang mungkin meneumui masalah konstipasi setelah melahirkan. Hal ini
karena motilitas ususnya berkurang selama persalinan dan sementara waktunya
setelahnya. Obat anestesi selama persalinan dapat mengurangi motilitas usus.
Akan tetapi, dapat juga karena rasa takut sakit dan merusak atau merobek jahitan.
Asuhan
yang dapat dilakukan antara lain :
a.
Meningkatkan
jumlah cairan yang di minum
b.
Meningkatkan
Jumlah makanan berserat
c.
Mengkonsumsi
buah-buahan
d.
Istirahat
yang cukup
e.
Biasakan
defekasi tepat waktu
f.
Defekasi
pada saat pertama kali ada dorongan
g.
Beri
laktasif untuk melunakkan fesess bila konstipasi parah ( Bahiyatun,2009).
Sulit
buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit,
takut jahitan terbuka, atau karena haemorrhoid. Kesulitan ini dapat dibantu
dengan mobilisasi dini, Mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum
sehingga bisa buang air besar dengan lancar. Sebaiknya pada hari kedua ibu
sudah bisa buang air besar. Jika sudah pada hari ketiga ibu masih belum bisa
buang air besar, ibu bisa menggunakan pencahar bentuk supositoria. Ini penting
untuk menghindarkan gangguan konstraksi uterus yang dapat menghambat
pengeluaran vagina. Buang air akan biasa setelah sehari,kecuali bila ibu takut
dengan luka episiotomy dan amati bila sampai 3 -4 hari hari belum buang air
besar, sebaiknya dilakukan diberikan obat rangsangan per oral atau per rektal,
Jika masih belum bisa dilakukan klisma untuk merangsang buang air besar sehingga
tidak mengalami sembelit dan menyebabkan jahitan terbuka (Sari Eka,2014).
2.
Tanda
Klinis Konstipasi :
a.
Adanya
feses yang keras.
b.
Menurunnya
bising usus.
c.
Adanya
keluhan pada rektum.
d.
Nyeri
saat mengejan dan defekasi.
e.
Adanya
perasaan masih ada sisa feses
f.
Perut
terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja
g.
Frekuensi
buang angin meningkat disertai bau yang
lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau
sama sekali tidak bisa buang angin).
h.
Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika
sudah parah.
i.
Sakit
punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak (Alimul Aziz,2012).
3.
Penyebab
terjadinya konstipasi
Ketika makanan masuk ke
dalam saluran pencernaan, tubuh akan mengambil nutrisi atau zat-zat gizi dan
air dari makanan tersebut. Sisa atau ampas dari makanan tersebut selanjutnya
dikeluarkan melalui usus halus lewat kontraksi usus.
Kurangnya mengkonsumsi
cairan, kurangnya beraktivitas, tidak cukupnya makan makanan berserat, konsumsi
obat-obatan tertentu, tidak menyegerakan ke kamar mandi saat ingin buang air
besar dan secara teratur menggunakan laksatif atau obat pencahar akan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pencernaan yang pada akhirnya menyebabkan
timbulnya konstipasi.
4. Cara penanganan konstipasi
Makan
makanan dengan cukup kandungan serat dan minum cukup banyak cairan adalah kunci
dalam penanganan konstipasi. Dengan minum cukup air dan makanan berserat akan
membantu pergerakan feses dan membuat feses menjadi lebih lunak. Peningkatan
aktifitas fisik juga akan membantu dalam mengatasi konstipasi.
Biasanya ibu
nifas yang sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga buang
air besar maka akan diberikan Laksan supositoria dan minum air hangat. Agar
dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diet teratur,
pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olahraga (Ambarwati
Eni,2009).
5.
Faktor
yang mempengaruhi Konstipasi
a.
Diet
atau Pemenuhan nutrisi
Diet
atau pemenuhan nutrisi yang dikonsumsi dapat mempengaruhi defekasi. Makanan yang
memiliki kandungan serat tinggi dpat membantu proses percepatan defekasi dan
jumlah konsumsi pun dapat mempengaruhinya.
b.
Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalm tubuh membuat defekasi
menjadi keras oleh karena proses absorspsi kurang sehingga dapat mempengeruhi
proses defekasi atau konstipasi.
c.
Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena
melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu
kelancaran proses defekasi, sehingga gerakan peristaltik pada daerah kolon
dapat bertambah baik dan memudahkan dalam membantu proses kelancaran proses
defekasi.
d.
Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi konstipasi.
Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memilki gaya hidup sehat/kebiasaan
melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet. Maka ketika buang air besar ditempat toilet umum
atau tempat kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
e.
Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keinginan
ibu nifas untuk berdefekasi, seperti pada kasus hemoroid dan episiotomi ( Alimul
Aziz,2012).
No comments:
Post a Comment