Sunday 8 May 2016

Konstipasi Pada Ibu Nifas



1.      Pengertian
                  Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras (Alimul Aziz,2012).
                  Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi.
                  Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum. Defekasi hanya setiap 4 hari atau lebih dianggap tidak normal. Pola defekasi yang biasanya setiap 2 sampai 3 hari sekali tanpa danya kesulitan, nyeri atau perdarahan dianggap normal.
Konstipasi adalah penurunan frekunsi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum (Potter & Perry, 2006).
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.  Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus. 
                  Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal.  Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu nifas.  Akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar.
                  Pada umumnya, sebagian besar wanita akan defekasi dalam waktu 3 hari pertama setelah persalinan, kemudian akan kembali ke kebiasaan semula. Namun ada sebagian wanita yang mungkin meneumui masalah konstipasi setelah melahirkan. Hal ini karena motilitas ususnya berkurang selama persalinan dan sementara waktunya setelahnya. Obat anestesi selama persalinan dapat mengurangi motilitas usus. Akan tetapi, dapat juga karena rasa takut sakit dan merusak  atau merobek jahitan.
     

      Asuhan yang dapat dilakukan antara lain :
a.       Meningkatkan jumlah cairan yang di minum
b.      Meningkatkan Jumlah makanan berserat
c.       Mengkonsumsi buah-buahan
d.      Istirahat yang cukup
e.       Biasakan defekasi tepat waktu
f.       Defekasi pada saat pertama kali ada dorongan
g.      Beri laktasif untuk melunakkan fesess bila konstipasi parah ( Bahiyatun,2009).
                  Sulit buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka, atau karena haemorrhoid. Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini, Mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum sehingga bisa buang air besar dengan lancar. Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah bisa buang air besar. Jika sudah pada hari ketiga ibu masih belum bisa buang air besar, ibu bisa menggunakan pencahar bentuk supositoria. Ini penting untuk menghindarkan gangguan konstraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran vagina. Buang air akan biasa setelah sehari,kecuali bila ibu takut dengan luka episiotomy dan amati bila sampai 3 -4 hari hari belum buang air besar, sebaiknya dilakukan diberikan obat rangsangan per oral atau per rektal, Jika masih belum bisa dilakukan klisma untuk merangsang buang air besar sehingga tidak mengalami sembelit dan menyebabkan jahitan terbuka (Sari Eka,2014).
2.      Tanda Klinis Konstipasi :
a.       Adanya feses yang keras.
b.      Menurunnya bising usus.
c.       Adanya keluhan pada rektum.
d.      Nyeri saat mengejan dan defekasi.
e.       Adanya perasaan masih ada sisa feses
f.       Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja
g.      Frekuensi buang angin  meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
h.       Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
i.        Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak (Alimul Aziz,2012).
3.      Penyebab terjadinya konstipasi
Ketika makanan masuk ke dalam saluran pencernaan, tubuh akan mengambil nutrisi atau zat-zat gizi dan air dari makanan tersebut. Sisa atau ampas dari makanan tersebut selanjutnya dikeluarkan melalui usus halus lewat kontraksi usus.
Kurangnya mengkonsumsi cairan, kurangnya beraktivitas, tidak cukupnya makan makanan berserat, konsumsi obat-obatan tertentu, tidak menyegerakan ke kamar mandi saat ingin buang air besar dan secara teratur menggunakan laksatif atau obat pencahar akan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pencernaan yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya konstipasi.

4.      Cara penanganan konstipasi

                  Makan makanan dengan cukup kandungan serat dan minum cukup banyak cairan adalah kunci dalam penanganan konstipasi. Dengan minum cukup air dan makanan berserat akan membantu pergerakan feses dan membuat feses menjadi lebih lunak. Peningkatan aktifitas fisik juga akan membantu dalam mengatasi konstipasi.
      Biasanya ibu nifas yang sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka akan diberikan Laksan supositoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diet teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olahraga (Ambarwati Eni,2009).
5.      Faktor yang mempengaruhi Konstipasi
a.       Diet atau Pemenuhan nutrisi
Diet atau pemenuhan nutrisi yang dikonsumsi dapat mempengaruhi defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dpat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah konsumsi pun dapat mempengaruhinya.
b.      Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalm tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses absorspsi kurang sehingga dapat mempengeruhi proses defekasi atau konstipasi.
c.       Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan dalam membantu proses kelancaran proses defekasi.
d.      Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi konstipasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memilki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet. Maka  ketika buang air besar ditempat toilet umum atau tempat kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
e.       Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keinginan ibu nifas untuk berdefekasi, seperti pada kasus hemoroid dan episiotomi ( Alimul Aziz,2012).

No comments:

Post a Comment