a.
Pengertian
Penentuan jarak kehamilan merupakan
salah satu cara untuk menentukan berapa jarak yang akan direncanakan
diantara kehamilan satu dengan yang lain (Dwijayanti,2005).
b.
Jarak Kehamilan
Kehamilan merupakan saat yang paling
tepat untuk saling berbagi dan merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai
calon orang tua. Upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak
dan jarak kehamilannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh
keluarga-keluarga mudah baik diperkotaan maupun di pedesaan. Kesadaran akan
penting bila perencanaan keluarga ini biasanya dikaitan dengan konsep
perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara
mental,spiritual maupun finansial dalam menata masa depan anak-anak mereka.
Tentu saja pandangan ini masih bisa di pertanyakan mengingat penataan masa
depan keluarga sangat berkaitan dengan banyak faktor (Sugiri,2007).
Pengaturan jarak kehamilan merupakan
salah satu usaha agar pasangan dapat
lebih menerima dan siap untuk memiliki anak kembali,menjadi hal penting untuk
dikomunikasikan (Masyhuri,2007).
Keinginan keluarga untuk memiliki
anak sangat erat kaitannya dengan pandangan masing-masing keluarga tentang
pandangan masing-masing keluarga tentang nilai anak (value of children). Semakin tinggi tanggung jawab keluarga
terhadap nilai anak maka semakin tinggi pula dorongan keluarga untuk
merencanakan jumlah anak ideal (BKKBN,2007).
Menentukan jarak kehamilan tidak
semua pasangan usia subur mengetahui secara jelas manfaatnya buat kehidupan
jangka panjang yang lebih baik.Maka yang paling penting dalam hal ini adalah
meningkatkan peran suami istri dalam memahami betul manfaat menentukan jarak
kehamilan. Dimana,terdapat keadaan bahwa jarak kehamilan yang diinginkan
sebagian besar wanita di negara berkembang tersebut tidak selalu terpenuhi.Hal
itu diakibatkan beberapa faktor yang mungkin sangat kompleks sifatnya seperti
faktor sosial budaya serta pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh
istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya seperti suami atau ibu mertua.
Kejadian ini masih terjadi di Indonesia, terutama di beberapa daerah pedalaman
yang masih kuat nilai-nilai tradisionalnya. Padahal tertulis dalam hak-hak
reproduksi yang mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk menentukan jumlah
anak yang dimiliki serta jarak kehamilan yang diinginkan (Diana,2007).
Dalam merencanakan dan mengatur
jarak kehamilan,perencanaan pasangan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik
dari segi kematangan ekonomi,umur pasangan, pengaruh sosial budaya, lingkungan,
pekerjaan maupun status kesehatan pasangan (Susan,2006).
c.
Waktu dan
jarak kehamilan yang aman dan ideal
Mengingat banyaknya resiko yang mungkin saya terjadi jika waktu dan jarak kehamilan
terlalu dekat, maka solusi terbaik adalah dengan mengatur dan merencanakan
kehamilan berikutnya dengan matang.Beberapa ahli mengatakan bahwa waktu dan
jarak kehamilan yang aman dan ideal adalah antara 18 bulan sampai 48 bulan
dihitung dari waktu persalinan sebelumnya (Mario, 2015).
Mengatur waktu dan jarak kehamilan yang aman dan ideal akan menghindkan ibu
dan anak dari resiko. Waktu dan jarak
kehamilan ideal diatas akan memberikan cukup istirahat bagi Rahim ibu
untuk kembali siap menjadi rumah bagi calon bayi yang akan dikandung (Mario,
2015).
d.
Faktor usia juga
merupakan salah satu faktor dalam menentukan jarak kehamilan dimana pada saat
merencanakan kehamilan yang harus dihindari antara lain empat T yaitu:
1) Terlalu muda
untuk hamil (< 20 tahun)
2) Terlalu tua
untuk hamil (>35 tahun)
3) Terlalu
sering hamil (anak > orang berisiko tinggi)
4)
Terlalu dekat jarak kehamilannya ( < 2 tahun)
Oleh karena faktor usia, di
Indonesia wanita di atas 30 tahun banyak yang memilih jarak pendek untuk
melahirkan anak sebelum mereka berumur 35 tahun ke atas ( Yolan,2007).
Faktor usia merupakan faktor penting dalam
menentukan jarak kehamilan terutama bagi wanita bila berusia 38 tahun dan masih
menginginkan 2 orang anak maka tidak bisa hamil dengan jarak umur 3 tahun
antara yang satu dengan yang lain, bila usia dibawah 30 tahun dan tidak
mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai
kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan
(Dwijayanti,2005).
Keberhasilan beberapa negara maju
yang wanitannya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi
untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umurnya mereka menyadari perlunya
mengatur jarak kehamilan ( Diana, 2007).
Peningkatan partisipasi pasangan di
bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak anak yang
dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab dalam
hidup berumah tangga
( Bappenas,2007).
Aspek ekonomi juga faktor yang tak
kalah penting, jika tidak direncanakan terutama soal penyiapan dananya, bisa
juga berakibat fatal. Salah satu keuntungan dalam mengatur penentuan jarak
kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu meningkatkan derajat kualitas
hidup perempuan secara menyeluruh ( Diana,2007).
Pada umumnya pasangan yang tidak mau
mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak cukup mampu menyediakan dukungan
yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana mestinya. Dengan persiapan mental
maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudahkan pasangan untuk menentukan
jarak kehamilan (Zeverina,2007).
e.
Resiko dalam Menentukan
Jarak Kehamilan
Wanita yang melahirkan dengan jarak
yang sangat berdekatan (< 2 tahun) akan mengalami resiko antara lain
(Yolan,2007):
1).
Resiko perdarahan trimester III
2).
Plasenta previa
3).
Anemia
4).
Ketuban pecah dini
5).
Endometriosis masa nifas
6).
Kematian saat melahirkan
7).
Kehamilan dengan jarak yang terlalu jauh juga dapat
menimbulkan resiko tinggi antara lain persalinan lama.
f.
Perencanaan kehamilan yang sehat
Perencanaan berkeluarga yang optimal
melalui perencanaan kehamilan yang aman,sehat dan diinginkan merupakan salah
satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga
jarak kehamilan tak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun
juga memperbaiki kualitas hubungan psikologis keluarga (Sugiri,2007).
Salah satu perencanaan kehamilan
antara lain dengan mengikuti program keluarga berencana (KB). KB memberi kepada
pasangan pilihan tentang kapan sebaiknya mempunyai anak, berapa jumlahnya,
jarak antar anak yang satu dengan yang lain, dan kapan sebaiknya berhenti mempunyai
anak ( Yolan,2007).
Efek jarak kehamilan terlalu dekat
pada anak Jarak kehamilan atau kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu
pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan
rasa cemburu, ketidaksiapan berbagai kasih sayang dari orang tuanya
(Yolan,2007).
Banyak kakak-beradik dengan jarak
kehamilan atau kelahiran terlalu pendek menimbulkan sikap iri atau cemburu.
Seperti kakak tidak gembira atas kehadiran adiknya, justru sering menganggapnya
musuh karena merampas kasih sayang dari orang tuanya (Diana,2007).
Persiapan secara mental untuk kakak
sangat penting dilakukan oleh orang tuanya terutama si ibu agar nantinay tidak
merasa tersisih, yaitu dengan cara (Yanti,2007):
1).
Menjelaskan padanya secara natural bahwa kehadiran
adiknya nanti tidak akan membuat perhatian orangtua padanya berkurang bahkan
mungkin akan semakin sayang.
2).
Semakin besar usia anak maka akan semakin mudah bagi
orangtua untuk menjelaskannya. Ia mungkin tertarik dengan penjelasan mengenai
apa yang akan terjadi dengan tubuh ibu dan apa yang ada dalam perut ibu
nantinya.
3).
Berjanji pada si kakak bahwa kelak ia akan dilibatkan
saat orangtua akan memilih nama untuk adiknya juga pada saat akan membelikan
perlengkapan untuk adik serta saat mengasuhnya.