Monday 2 November 2015

Motivasi

1.      Definisi
Motivasi merupakan interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Di dalam diri seseorang terdapat “kebutuhan” atau “keinginan” (wants) terhadap objek diluar seseorang tersebut, kemudian bagaimana seseorang tersebut menghubungkan antara kebutuhan dengan “situasi di luar” objek tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu alasan (reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo, 2010). 
2.      Teori-Teori Motivasi
a.       Teori McClelland
Menurut McClelland yang dikutip dan diterjemahkan oleh Sahlan Asnawi (2002), mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi, yakni motif primer atau motif yang tidak dipelajari, dan motif sekunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interksi dengan orang lain. Motif primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah timbul pada setiap manusia secara biologis. Motif ini mendorong seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologisnya.
Sedangkan motif sekunder adalah motif yang ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi dengan orang lain atau interaksi sosial. Selanjutnya motif sosial ini oleh Clevelland yang dikutip oleh Isnanto Bachtiar Senoadi (1984), dibedakan menjadi 3 motif, yakni :
1)      Motif  berprestasi
Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya secara maksimal.
Secara rinci pencerminan motif berprestasi dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut :
a)      Berani mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatannya
b)      Selalu mencari umpan balik terhadap keputusan atau tindakan-tindakan yang berkaitan dengan tugasnya
c)      Selalu berusaha melaksanakan pekerjaanya atau tugasnya sehari-hari dengan cara-cara baru atau inovatif dan kreatif
d)     Senantiasa tidak atau belum puas terhadap setiap pencapaian kerja atau tugas dan sebagainya.
2)      Motif berafiliasi
Manusia adalah makhluk sosial, oleh sebab itu manusia menjadi bermakna dalam interaksinya dengan manusia yang lain (sosial). Dengan demikian, secara naluri kebutuhan atau dorongan untuk berafiliasi dengan sesama manusia adalah melekat pada setiap orang. Agar kebutuhan berafiliasi dengan orang lain ini terpenuhi, atau dengan kata lain diterima oleh orang lain atau lebih positif lagi supaya disukai oleh orang lain, ia harus menjaga hubungan baik dengan orang lain. Untuk mewujudkan “disenangi orang lain” maka setiap perbuatannya atau perilakunya adalah merupakan alat atau media untuk membentuk, memelihara, diterima dan bekerja sama dengan orang lain.
3)      Motif berkuasa
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi dan menguasai oarang lain, baik dalam kelompok sosial yang kecil maupun kelompok sosial besar. Motif untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain ini oleh Clevelland disebut motif berkuasa. Motif berkuasa ini adalah berusaha mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai kepuasan melalui tujuan tertentu, yakni kekuasaan dengan jalan mengontrol atau menguasai orang lain.
b.      Teori McGregor
Berdasarkan penelitiannya, McGregor menyimpulkan teori motivasi itu dalam teori X dan Y. Teori ini didasarkan pada pandangan baru atau modern (teori Y). Teori X yang bertolak dari pandangan klasik ini bertolak dari anggapan  bahwa :
1)      Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja
2)      Pada umumnya manusia cenderung sedikit mungkin melakukan aktivitas atau bekerja
3)      Pada umumnya manusia kurang berambisi
4)      Pada umumnya manusia kurang senang apabila diberi tanggung jawab, melainkan suka diatur dan diarahkan
5)      Pada umumnya manusia bersifat egois dan kurang acuh terhadap organisasi. Oleh sebab itu, dalam melakukan pekerjaan harus diawasi dengan ketat dan harus dipaksa untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Sedangkan teori Y yang bertumpu pada pandangan atau pendekatan baru ini beranggapan bahwa :
1)      Pada dasarnya manusia itu tidak pasif, tetapi aktif
2)      Pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tetapi suka bekerja
3)      Pada umumnya manusia dapat berprestasi dalam menjalankan pekerjaannya
4)      Pada umumnya manusia selalu berusaha mencapai sasaran atau tujuan organisasi
5)      Pada umumnya manusia itu selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran.
c.       Teori Herzberg
Menurut teori ini, ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam kegiatan, tugas atau pekerjaannya, yakni :
1)   Faktor-faktor penyebab kepuasan (satisfier) atau faktor motivasional
Apabila kepuasan dicapai dalam kegiatannya atau pekerjaan, maka akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat bagi seseorang untuk bertindak atau bekerja, dan akhirnya dapat menghasilkan kinerja yang tinggi. Faktor motivasional (kepuasan) ini mencakup antara lain :
a)      Prestasi (achievement)
b)      Penghargaan (recognation)
c)      Tanggung jawab (responsibility)
d)     Kesempatan untuk maju (posibility of growth)
e)      Pekerjaan itu sendiri (work)

2)   Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisfaction) atau faktor higiene
Faktor higienes yang menimbulkan ketidakpuasan melakukan kegiatan, tugas atau pekerjaan lain antara lain :
a)      Kondisi kerja fisik (physical environment)
b)      Hubungan interpersonal (interpersonal relationship)
c)      Kebijakan dan administrasi perusahaan (company and administration policy)
d)     Pengawasan (supervision)
e)      Gaji (salary)
f)       Keamanan kerja (job security).
d.      Teori Maslow
Teori tingkatan kebutuhan menurut Maslow tersebut yaitu :
1)        Kebutuhan fisiologi
Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup, oleh sebab itu sangat pokok. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan yang sangat vital bagi manusia, yakni : sandang, pangan dan papan (pakaian, makanan dan rumah). Apabila kebutuhan ini secara relatif terpenuhi, maka kebutuhan yang lain seperti rasa aman, kebutuhan untuk diakui oleh orang lain akan menyusul untuk dipenuhi. Tetapi apabila kebutuhan fisiologis tersebut belum terpenuhi secara relatif , maka kebutuhan yang lain masih belum menuntut untuk dipenuhi.
2)        Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan akan keamanan ini bukan saja keamanan fisik, tetapi juga keamanan secara psikologis, misalnya bebas dari tekanan atau intimidasi dari pihak lain.
3)        Kebutuhan sosialisasi atau afiliasi dengan orang lain
Kebutuhan berafiliasi dengan orang lain pada prinsipnya agar dirinya itu diterima dan disayangi oleh orang lain sebagai anggota kelompoknya. Seseorang yang telah melewati pemenuhan kebutuhan fisiologisnya dan kebutuhan akan keamanannya, maka orang ini dapat meningkatkan kebutuhaan akan afiliasi dengan orang lain.
4)        Kebutuhan akan penghargaan
Dalam mewujudkan kebutuhan penghargaan ini bukan semata-semata pemberian dari pihak ini, tetapi harus dibuktikan dari kemampuan atau prestasi yang dicapainya. Untuk itu sistem pemberian penghargaan (reward) di organisasi-organisasi kerja perlu di kembangkan, tetapi bukan didasarkan pada “lama kerja” atau model “arisan”, tetapi harus didasarkan pada sistem kompetisi prestasi kerja.
5)        Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri ini adalah merupakan realisasi diri secara lengkap dan penuh. Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini antara seorang yang satu dengan yang lain akan berbeda. Program pendidikan jangka panjang bergelar dan pelatihan (pendidikan jangka pendek) di dalam suatu institusi atau organisasi adalah merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan diri bagi karyawannya atau anggotanya (Notoatmodjo, 2010).
3.      Metode dan Alat Motivasi
Beberapa ahli mengelompokkan dua cara atau metode untuk meningkatkan motivasi, yakni :
a.       Metode langsung (direct motivation)
Pemberian materi atau nonmateri kepada orang secara langsung untuk memenuhi kebutuhan merupakan cara yang langsung dapat meningkatkan motivasi kerja.
b.      Metode tidak langsung (Inderect motivation)
Adalah suatu kewajiban memberikan kepada anggota suatu organisasi berupa fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Upaya peningkatan motivasi seperti tersebut, dengan memberikan sesuatu kepada masyarakat dipandang sebagai cara atau metode untuk meningkatkan motivasi berperilaku hidup sehat. Apabila hal ini dapat dikategorikan sebagai alat motivasi, maka dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni :
1)      Materiil
Alat motivasi materiil adalah apa yang diberikan kepada masyarakat dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat, yang berupa uang atau barang yang merupakan faktor pemungkin (enabling factors) untuk melakukan hidup sehat.
2)      Nonmateri
Alat motivasi nonmateri adalah pemberian tersebut tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi pemberian sesuatu yang hanya memberikan kepuasan atau kebanggaan kepada orang atau masyarakat.
3)      Kombinasi materi dan nonmateri
Alat motivasi ini adalah kedua-duanya, baik materiil maupun nonmateriil. Disamping fasilitas yang diterima, bonus yang diterima, masyarakat juga memperoleh penghargaan berupa piagam atau medali, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
4.      Metode Peningkatan Motivasi
Dilihat dari orientasi cara peningkatan motivasi, para ahli mengelompokkannya ke dalam suatu model-model motivasi, yakni :
a.       Model tradisional
Model ini menekankan bahwa motivasi masyarakat agar berperilaku sehat, perlu pemberian insentif berupa materi bagi anggota masyarakat yang mempunyai presentasi tinggi dalam berperilaku hidup sehat.
b.      Model hubungan manusia
Model ini menekankan bahwa untuk memotivasi masyarakat agar mereka berperilaku sehat, perlu dilakukan pengakuan atau memperhatikan kebutuhan sosial mereka, meyakinkan kepada mereka bahwa setiap orang adalah penting dan berguna bagi masyarakat.
c.       Model sumber daya manusia
Model ini mengatakan bahwa banyak hal yang dapat diakukan untuk meningkatkan motivasi. Menurut model sumber daya manusia ini, untuk meningkatkan motivasi hidup sehat, perlu memberikan tanggung jawab dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka. Dipandang dari segi ini, maka motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1)      Motivasi positif (isentif positif)
Adalah pimpinan masyarakat atau organisasi memberikan hadiah atau reward  kepada anggota atau bawahan yang berprestasi atau berperilaku sehat. Hadiah atau reward ini dapat berupa uang, barang atau nonmateriil, misalnya piagam atau sekedar pujian berupa kata-kata.
2)      Motivasi negatif (insentif negatif)
Adalah pimpinan memberikan hukuman (punishment) kepada anggotanya atau bawahannya yang kurang berprestasi atau perilakunya kurang baik. Perlu diingat bahwa untuk memperoleh efek jangka panjang, maka motivasi positiflah yang lebih tepat digunakan. Sedang insentif negatif, hanya cocok untuk meningkatkan motivasi jangka pendek saja (Notoatmodjo, 2010).
5.      Mengukur Motivasi

Motivasi diukur menggunakan kuesioner atau menggunakan wawancara. Motivasi merupakan bagian dari intense sehingga belum nampak kegiatannya dan tidak dapat dilakukan observasi secara langsung. Hasil pengukuran motivasi menurut Hidayat (2009) dapat dikategorikan menjadi motivasi tinggi (67-100%), motivasi sedang (34-66%) dan motivasi rendah (0-33%).

No comments:

Post a Comment