1.
Definisi
Motivasi merupakan interaksi
seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Di dalam diri seseorang terdapat
“kebutuhan” atau “keinginan” (wants)
terhadap objek diluar seseorang tersebut, kemudian bagaimana seseorang tersebut
menghubungkan antara kebutuhan dengan “situasi di luar” objek tersebut dalam
rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu
alasan (reasoning) seseorang untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo, 2010).
2.
Teori-Teori Motivasi
a.
Teori McClelland
Menurut McClelland yang dikutip dan
diterjemahkan oleh Sahlan Asnawi (2002), mengatakan bahwa dalam diri manusia
ada dua motivasi, yakni motif primer atau motif yang tidak dipelajari, dan
motif sekunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interksi
dengan orang lain. Motif primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara
alamiah timbul pada setiap manusia secara biologis. Motif ini mendorong
seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologisnya.
Sedangkan motif sekunder adalah motif
yang ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi dengan orang lain
atau interaksi sosial. Selanjutnya motif sosial ini oleh Clevelland yang
dikutip oleh Isnanto Bachtiar Senoadi (1984), dibedakan menjadi 3 motif, yakni
:
1)
Motif berprestasi
Berprestasi adalah suatu dorongan yang
ada pada setiap manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya
secara maksimal.
Secara rinci pencerminan motif berprestasi dalam
kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut :
a)
Berani mengambil tanggung jawab
pribadi atas perbuatan-perbuatannya
b)
Selalu mencari umpan balik
terhadap keputusan atau tindakan-tindakan yang berkaitan dengan tugasnya
c)
Selalu berusaha melaksanakan
pekerjaanya atau tugasnya sehari-hari dengan cara-cara baru atau inovatif dan
kreatif
d)
Senantiasa tidak atau belum
puas terhadap setiap pencapaian kerja atau tugas dan sebagainya.
2)
Motif berafiliasi
Manusia adalah makhluk sosial, oleh
sebab itu manusia menjadi bermakna dalam interaksinya dengan manusia yang lain
(sosial). Dengan demikian, secara naluri kebutuhan atau dorongan untuk
berafiliasi dengan sesama manusia adalah melekat pada setiap orang. Agar
kebutuhan berafiliasi dengan orang lain ini terpenuhi, atau dengan kata lain
diterima oleh orang lain atau lebih positif lagi supaya disukai oleh orang
lain, ia harus menjaga hubungan baik dengan orang lain. Untuk mewujudkan
“disenangi orang lain” maka setiap perbuatannya atau perilakunya adalah
merupakan alat atau media untuk membentuk, memelihara, diterima dan bekerja
sama dengan orang lain.
3)
Motif berkuasa
Manusia mempunyai kecenderungan untuk
mempengaruhi dan menguasai oarang lain, baik dalam kelompok sosial yang kecil
maupun kelompok sosial besar. Motif untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain
ini oleh Clevelland disebut motif berkuasa. Motif berkuasa ini adalah berusaha
mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai kepuasan melalui tujuan tertentu,
yakni kekuasaan dengan jalan mengontrol atau menguasai orang lain.
b.
Teori McGregor
Berdasarkan penelitiannya, McGregor
menyimpulkan teori motivasi itu dalam teori X dan Y. Teori ini didasarkan pada
pandangan baru atau modern (teori Y). Teori X yang bertolak dari pandangan
klasik ini bertolak dari anggapan bahwa
:
1)
Pada umumnya manusia itu tidak
senang bekerja
2)
Pada umumnya manusia cenderung
sedikit mungkin melakukan aktivitas atau bekerja
3)
Pada umumnya manusia kurang
berambisi
4)
Pada umumnya manusia kurang
senang apabila diberi tanggung jawab, melainkan suka diatur dan diarahkan
5)
Pada umumnya manusia bersifat
egois dan kurang acuh terhadap organisasi. Oleh sebab itu, dalam melakukan
pekerjaan harus diawasi dengan ketat dan harus dipaksa untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
Sedangkan teori Y yang bertumpu pada
pandangan atau pendekatan baru ini beranggapan bahwa :
1)
Pada dasarnya manusia itu tidak
pasif, tetapi aktif
2)
Pada dasarnya manusia itu tidak
malas kerja, tetapi suka bekerja
3)
Pada umumnya manusia dapat
berprestasi dalam menjalankan pekerjaannya
4)
Pada umumnya manusia selalu
berusaha mencapai sasaran atau tujuan organisasi
5)
Pada umumnya manusia itu selalu
mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran.
c.
Teori Herzberg
Menurut teori ini, ada dua faktor
yang mempengaruhi seseorang dalam kegiatan, tugas atau pekerjaannya, yakni :
1)
Faktor-faktor penyebab kepuasan
(satisfier) atau faktor motivasional
Apabila kepuasan dicapai dalam kegiatannya atau
pekerjaan, maka akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat bagi seseorang
untuk bertindak atau bekerja, dan akhirnya dapat menghasilkan kinerja yang
tinggi. Faktor motivasional (kepuasan) ini mencakup antara lain :
a)
Prestasi (achievement)
b)
Penghargaan (recognation)
c)
Tanggung jawab (responsibility)
d)
Kesempatan untuk maju (posibility of growth)
e)
Pekerjaan itu sendiri (work)
2)
Faktor-faktor penyebab
ketidakpuasan (dissatisfaction) atau
faktor higiene
Faktor higienes yang menimbulkan ketidakpuasan melakukan
kegiatan, tugas atau pekerjaan lain antara lain :
a)
Kondisi kerja fisik (physical environment)
b)
Hubungan interpersonal (interpersonal relationship)
c)
Kebijakan dan administrasi
perusahaan (company and administration
policy)
d)
Pengawasan (supervision)
e)
Gaji (salary)
f)
Keamanan kerja (job security).
d.
Teori Maslow
Teori tingkatan kebutuhan menurut
Maslow tersebut yaitu :
1)
Kebutuhan fisiologi
Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan untuk
mempertahankan hidup, oleh sebab itu sangat pokok. Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan-kebutuhan yang sangat vital bagi manusia, yakni : sandang, pangan dan
papan (pakaian, makanan dan rumah). Apabila kebutuhan ini secara relatif
terpenuhi, maka kebutuhan yang lain seperti rasa aman, kebutuhan untuk diakui
oleh orang lain akan menyusul untuk dipenuhi. Tetapi apabila kebutuhan
fisiologis tersebut belum terpenuhi secara relatif , maka kebutuhan yang lain
masih belum menuntut untuk dipenuhi.
2)
Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan akan keamanan ini bukan saja keamanan fisik,
tetapi juga keamanan secara psikologis, misalnya bebas dari tekanan atau
intimidasi dari pihak lain.
3)
Kebutuhan sosialisasi atau
afiliasi dengan orang lain
Kebutuhan berafiliasi dengan orang lain pada prinsipnya
agar dirinya itu diterima dan disayangi oleh orang lain sebagai anggota
kelompoknya. Seseorang yang telah melewati pemenuhan kebutuhan fisiologisnya
dan kebutuhan akan keamanannya, maka orang ini dapat meningkatkan kebutuhaan
akan afiliasi dengan orang lain.
4)
Kebutuhan akan penghargaan
Dalam mewujudkan kebutuhan penghargaan ini bukan
semata-semata pemberian dari pihak ini, tetapi harus dibuktikan dari kemampuan
atau prestasi yang dicapainya. Untuk itu sistem pemberian penghargaan (reward) di organisasi-organisasi kerja
perlu di kembangkan, tetapi bukan didasarkan pada “lama kerja” atau model
“arisan”, tetapi harus didasarkan pada sistem kompetisi prestasi kerja.
5)
Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri ini adalah merupakan
realisasi diri secara lengkap dan penuh. Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri
ini antara seorang yang satu dengan yang lain akan berbeda. Program pendidikan
jangka panjang bergelar dan pelatihan (pendidikan jangka pendek) di dalam suatu
institusi atau organisasi adalah merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan diri bagi
karyawannya atau anggotanya (Notoatmodjo, 2010).
3.
Metode dan Alat Motivasi
Beberapa ahli mengelompokkan dua cara
atau metode untuk meningkatkan motivasi, yakni :
a.
Metode langsung (direct motivation)
Pemberian materi atau nonmateri
kepada orang secara langsung untuk memenuhi kebutuhan merupakan cara yang
langsung dapat meningkatkan motivasi kerja.
b.
Metode tidak langsung (Inderect motivation)
Adalah suatu kewajiban memberikan
kepada anggota suatu organisasi berupa fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
Upaya peningkatan motivasi seperti tersebut, dengan memberikan sesuatu kepada
masyarakat dipandang sebagai cara atau metode untuk meningkatkan motivasi
berperilaku hidup sehat. Apabila hal ini dapat dikategorikan sebagai alat
motivasi, maka dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni :
1)
Materiil
Alat motivasi materiil adalah apa yang diberikan kepada
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat, yang berupa uang atau
barang yang merupakan faktor pemungkin (enabling factors) untuk melakukan hidup
sehat.
2)
Nonmateri
Alat motivasi nonmateri adalah pemberian tersebut tidak
dapat dinilai dengan uang, tetapi pemberian sesuatu yang hanya memberikan
kepuasan atau kebanggaan kepada orang atau masyarakat.
3)
Kombinasi materi dan nonmateri
Alat motivasi ini adalah kedua-duanya, baik materiil
maupun nonmateriil. Disamping fasilitas yang diterima, bonus yang diterima,
masyarakat juga memperoleh penghargaan berupa piagam atau medali, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
4.
Metode Peningkatan Motivasi
Dilihat dari orientasi cara
peningkatan motivasi, para ahli mengelompokkannya ke dalam suatu model-model
motivasi, yakni :
a.
Model tradisional
Model ini menekankan bahwa motivasi
masyarakat agar berperilaku sehat, perlu pemberian insentif berupa materi bagi
anggota masyarakat yang mempunyai presentasi tinggi dalam berperilaku hidup
sehat.
b.
Model hubungan manusia
Model ini menekankan bahwa untuk
memotivasi masyarakat agar mereka berperilaku sehat, perlu dilakukan pengakuan
atau memperhatikan kebutuhan sosial mereka, meyakinkan kepada mereka bahwa
setiap orang adalah penting dan berguna bagi masyarakat.
c.
Model sumber daya manusia
Model ini mengatakan bahwa banyak hal
yang dapat diakukan untuk meningkatkan motivasi. Menurut model sumber daya
manusia ini, untuk meningkatkan motivasi hidup sehat, perlu memberikan tanggung
jawab dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka. Dipandang dari segi ini,
maka motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1)
Motivasi positif (isentif positif)
Adalah pimpinan masyarakat atau organisasi memberikan
hadiah atau reward kepada anggota atau bawahan yang
berprestasi atau berperilaku sehat. Hadiah atau reward ini dapat berupa uang, barang atau nonmateriil, misalnya
piagam atau sekedar pujian berupa kata-kata.
2)
Motivasi negatif (insentif negatif)
Adalah pimpinan memberikan hukuman (punishment) kepada anggotanya atau bawahannya yang kurang
berprestasi atau perilakunya kurang baik. Perlu diingat bahwa untuk memperoleh
efek jangka panjang, maka motivasi positiflah yang lebih tepat digunakan.
Sedang insentif negatif, hanya cocok untuk meningkatkan motivasi jangka pendek
saja (Notoatmodjo, 2010).
5.
Mengukur
Motivasi
Motivasi diukur
menggunakan kuesioner atau menggunakan wawancara. Motivasi merupakan bagian
dari intense sehingga belum nampak kegiatannya dan tidak dapat dilakukan
observasi secara langsung. Hasil pengukuran motivasi menurut Hidayat (2009)
dapat dikategorikan menjadi motivasi tinggi (67-100%), motivasi sedang (34-66%)
dan motivasi rendah (0-33%).
No comments:
Post a Comment