Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat
mengeluarkan cairan atau lender menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya
merupakan penyakit karena ada juga keputihan yang normal (Bahari, 2012)
Oleh
karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang
keluar tersebut. Leukorea sebagai gejala penyakit dapat ditentukan melalui
berbagai pertanyaan yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa gejala
penyertanya (gumpalan atau encer, ada luka disekitar alat kelamin, pernah
disertai darah, ada bau busuk, menggunakan AKDR), adakah demam, rasa nyeri di
daerah kemaluan. Dan untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan yang
mencakup pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin, dan
pemeriksaan terhadap leukorea. Pada wanita disarankan untuk tidak menganggap
remeh atau biasa adanya pengeluaran cairan leukorea sehingga dianjurkan untuk
pemeriksaan khusus atau rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab
leukorea (Manuaba, 2009).
1.
Klasifikasi
keputihan
Menurut Bahari (2012)
keputihan diklasifikasikan sebagai berikut,
a.
Keputihan
normal (Fisiologis)
Keputihan normal
biasanya terjadi menjelang dan sesudah mentruasi, mendapatkan rangsangan
seksual, mengalami stress berat, sedang hamil, mengalami kelelahan. Adapun
cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan dan tidak berbau.
Selain itu, keputihan jenis ini juga
tidak disertai rasa gatal dan perubahan warna.Keputihan semacam ini merupakan
sesuatu yang wajar, sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu.
b.
Keputihan
Abnormal (Patologis)
Berbeda dengan
keputihan normal, keputihan abnormal bisa dikategorikan sebagai penyakit.
Keputihan jenis ini ditandai dengan keluarnya lender dalam jumlah banyak.
Selain itu, lender tersebut berwarna putih atau kekuningan dan memiliki bau
yang sangat menyengat.
Oleh karena itu, ada
baiknya mengetahui ciri-ciri keputihan abnormal. Berikut adalah ciri-ciri
keputihan ditinjau dari warna cairan.
1)
Keputihan
dengan Cairan Berwarna Kuning Atau Keruh
Keputihan yang memiliki warna seperti ini
bisa jadi merupakan tanda infeksi pada gonorrhea. Akan tetapi, hal
tersebut harus didukung oleh tanda-tanda lainnya, seprti perdarahan di luar
masa menstruasi dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
2)
Keputihan
dengan Cairan Berwarna Putih Kekuningan dan Sedikit Kental Menyerupai Susu.
Jika disertai dengan bengkak dan nyeri pada
“bibir” vagina, terasa gatal, serta nyeri ketika berhubungan seksual, keputihan
dengan cairan seperti susu tersebut bisa jadi disebabkan oleh adanya infeksi
jamur pada organ kewanitaan.
3)
Keputihan
dengan Cairan Berwarna Coklat Atau Disertai Sedikit Darah.
Keputihan seperti ini layak diwaspadai.
Sebab, keputihan itu sering kali terjadi karena masa menstruasi yang tidak
teratur. Apalagi keputihan tersebut disertai darah serta rasa nyeri pada
panggul.
4)
Keputihan
dengan cairan berwarna kuning atau hijau, berbusa, dan berbau sangat menyengat.
Biasanya keputihan semacam ini disertai rasa nyeri dan gatal ketika buang air
kecil.
5)
Keputihan
dengan cairan berwarna pink, keputihan semacam ini biasanya terjadi pasca
melahirkan.
6)
Keputihan
dengan Cairaan Berwarna Abu-abu atau Kuning yang Disertai Bau Amis Menyerupai
Bau Ikan.
Keputihan semacam ini menunjukkan
adanya infeksi bakteri pada vagina. Biasanya, keputihan tersebut juga disertai
rasa panas, seperti terbakar, gatal, kemerahan, dan bengkak pada “bibir” vagina
atau vulva.
2.
Patogenesis
Leukorea atau fluor albus merupakan gejala dimana
terjadinya pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa
darah.Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan
mulai bayi hingga menopause. Fluor albus merupakan keadaan yang dapat
terjadi fisiologis dan dapat menjadi fluor albus yang patologis karena
treinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur,
parasit, bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu,
yang terjadinya bakteri doderlin atau lactobasillus memakan glikogen yang
dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadika
pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH vagina basa.
Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di
dalam vagina (Sibagariang, 2010).
3.
Gejala
keputihan
Menurut
Bahari (2012) sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yanga timbul akibat
keputihan beraneka ragam.Cairan yang keluar bisa saja sangat banyak, sehingga
harus berkali-kali mengganti celana dalam, bahkan menggunakan pembalut, namun
dapat pula sangat sedikit.Warna cairan yang keluar juga bisa berbeda-beda,
seperti berwarna keputih-putihan (tetapi jernih), keabu-abuan, kehijauan,
kekuningan.Tingkat kekentalan cairan tersebut juga berbeda-beda. Mulai dari
encer, berbuih, kental, hingga menggumpal seperti “kepala” susu. Cairan ini
dapat pula berbau busuk, meskipun ada juga cairan keputihan yang tidak berbau.
Sebagian
penderita keputihan mengeluhkan rasa gatal pada kemaluan dan lipatan disekitar
paha, rasa panas di bibir vagina, serta rasa nyeri ketika buang air kecil dan
berhubungan seksual.Rasa gatal tersebut bisa terjadi terus menerus atau hanya
sesekali, misalnya pada malam hari.Hal ini diperparah oleh kondisi lembab,
karena banyak cairan yang keluar disekitar paha sehingga kulit dibagian itu
menegalami lecet.Jika keputihan tersebut berlangsung lama (tidak kunjung
sembuh) bisa merasa malu, sedih, atau rendah diri.Bahkan, kondisi ini dapat
menimbulkan kecemasan yang berlebihan karena takut terkena penyakit kanker.
4.
Penyebab
Keputihan
Menurut
Bahari (2012) Secara umum, keputihan bisa disebabkan oleh beberapa faktor
berikut :
a.
Penggunaan
tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan. Biasanya, hal ini
dilakukan buang air kecil ataupun buang air besar.
b.
Mengenakan
pakaian berbahan sintetis yang ketat, sehingga ruang yang ada itu tidak
memadai. Akibatnya timbulah iritasi pada organ kewanitaan.
c.
Sering
kali menggunakan WC yang kotor, sehingga memungkinkan adanya bakteri yang dapat
mengotori organ kewanitaan.
d.
Jarang
mengganti panti liner.
e.
Sering
kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain, sehingga
kebersihannya tidak terjaga.
f.
Kurangnya
perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan.
g.
Membasuh
organ kewanitaan kearah yang salah, yaitu arah basuhan dilakukan dari belakang
ke depan.
h.
Aktifitas
fisik yang sangat melelahkan, sehingga daya tahan tubuh melemah.
i.
Tidak
segera mengganti pembalut ketika menstruasi.
j.
Pola
hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan yang tidak
teratur, atau kurang tidur.
k.
Kondisi
kejiwaan yang sedang mengalami stress berat.
l.
Menggunakan
sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan secara berlebihan sehingga
flora doderleins yang berguna menjaga tingkat keasaman di dalam organ
kewanitaan terganggu.
m.
Kondisi
cuaca, khusunya cuaca lembab di daerah tropis.
n.
Seringkali
mandi berendam di air panas atau hangat. Kondisi yang hangat justru memberikan
peluang yang besar bagi jamur penyebab keputihan untuk tumbuh dengan subur.
o.
Tinggal
di lingkungan dengan sanitasi yang kotor.
p.
Kadar
gula darah yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan jamur penyebab keputihan tumbuh
dengan subur.
q.
Sering
kali berganti-ganti pasangan ketika melakukan hubungan seksual.
r.
Kondisi
hormon yang tidak seimbang. Misalnya terjadi peningkatan hormon estrogen pada
masa pertengahan siklus menstruasi, saat hamil, atau mendapatkan rangsangan
seksual.
s.
Sering
kali menggaruk organ kewanitaan.
t.
Infeksi
akibat kondom yang tertinggal di dalam organ kewanitaan secara tidak sengaja.
u.
Infeksi
yang disebabkan oleh benang AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim )
5.
Pencegahan
Keputihan
Upaya
untuk mengatasi leukorea adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh pada area
tersebut dan mengganti panty berbahan katun dengan sering. Wanita
sebaiknya tidak melakukan douch atau menggunakan semprot untuk menjaga
kebersihan area genetalia (Varney, 2007).
Menurut
Bahari (2012) berikut adalah beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
agar terhindar dari keputihan:
a.
Hindari
berganti-ganti pasangan hubungan seksual.
b.
Jagalah
kebersihan alat kelamin.
c.
Gunakan
pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina.
d.
Bilaslah
vagina kearah yang benar.
e.
Hindari
pemakaian bedak pada vagina.
f.
Hindari
membilas vagina di toilet umum.
g.
Keringkan
vagina sebelum menggunakan celana dalam.
h.
Mengurangi
konsumsi manis.
i.
Pilihlah
celana dalam yang tidak terlalu ketat dan mudah menyerap keringat.
j.
Hindari
berganti-ganti celana dalam dengan orang lain.
k.
Ketika
haid, sering-seringlah mengganti pembalut.
l.
Jika
sudah terkena keputihan, gunakan kondom ketika hendak berhubungan seksual.
m.
Bagi
wanita yang sudah memasuki usia menopause, gunakan obat yang mengandung
esterogen.
n.
Bagi
orang yang sudah menikah, lakukan pemeriksaan pap smear secara rutin.
No comments:
Post a Comment