Monday 2 November 2015

Keputihan

     Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lender menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan penyakit karena ada juga keputihan yang normal (Bahari, 2012)
                  Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar tersebut. Leukorea sebagai gejala penyakit dapat ditentukan melalui berbagai pertanyaan yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa gejala penyertanya (gumpalan atau encer, ada luka disekitar alat kelamin, pernah disertai darah, ada bau busuk, menggunakan AKDR), adakah demam, rasa nyeri di daerah kemaluan. Dan untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan terhadap leukorea. Pada wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya pengeluaran cairan leukorea sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan khusus atau rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab leukorea (Manuaba, 2009).
1.      Klasifikasi keputihan
      Menurut Bahari (2012) keputihan diklasifikasikan sebagai berikut,
a.       Keputihan normal (Fisiologis)
Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah mentruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stress berat, sedang hamil, mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan dan tidak berbau.
            Selain itu, keputihan jenis ini juga tidak disertai rasa gatal dan perubahan warna.Keputihan semacam ini merupakan sesuatu yang wajar, sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu.
b.      Keputihan Abnormal (Patologis)
Berbeda dengan keputihan normal, keputihan abnormal bisa dikategorikan sebagai penyakit. Keputihan jenis ini ditandai dengan keluarnya lender dalam jumlah banyak. Selain itu, lender tersebut berwarna putih atau kekuningan dan memiliki bau yang sangat menyengat.
Oleh karena itu, ada baiknya mengetahui ciri-ciri keputihan abnormal. Berikut adalah ciri-ciri keputihan ditinjau dari warna cairan.
1)      Keputihan dengan Cairan Berwarna Kuning Atau Keruh
      Keputihan yang memiliki warna seperti ini bisa jadi merupakan tanda infeksi pada gonorrhea. Akan tetapi, hal tersebut harus didukung oleh tanda-tanda lainnya, seprti perdarahan di luar masa menstruasi dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
2)      Keputihan dengan Cairan Berwarna Putih Kekuningan dan Sedikit Kental Menyerupai Susu.
 Jika disertai dengan bengkak dan nyeri pada “bibir” vagina, terasa gatal, serta nyeri ketika berhubungan seksual, keputihan dengan cairan seperti susu tersebut bisa jadi disebabkan oleh adanya infeksi jamur pada organ kewanitaan.

3)      Keputihan dengan Cairan Berwarna Coklat Atau Disertai Sedikit Darah.
      Keputihan seperti ini layak diwaspadai. Sebab, keputihan itu sering kali terjadi karena masa menstruasi yang tidak teratur. Apalagi keputihan tersebut disertai darah serta rasa nyeri pada panggul.
4)      Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau hijau, berbusa, dan berbau sangat menyengat. Biasanya keputihan semacam ini disertai rasa nyeri dan gatal ketika buang air kecil.
5)      Keputihan dengan cairan berwarna pink, keputihan semacam ini biasanya terjadi pasca melahirkan.
6)      Keputihan dengan Cairaan Berwarna Abu-abu atau Kuning yang Disertai Bau Amis Menyerupai Bau Ikan.
Keputihan semacam ini menunjukkan adanya infeksi bakteri pada vagina. Biasanya, keputihan tersebut juga disertai rasa panas, seperti terbakar, gatal, kemerahan, dan bengkak pada “bibir” vagina atau vulva.
2.      Patogenesis
Leukorea atau fluor albus merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah.Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Fluor albus merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi fluor albus yang patologis karena treinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang terjadinya bakteri doderlin atau lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadika pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina (Sibagariang, 2010).
3.      Gejala keputihan
                  Menurut Bahari (2012) sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yanga timbul akibat keputihan beraneka ragam.Cairan yang keluar bisa saja sangat banyak, sehingga harus berkali-kali mengganti celana dalam, bahkan menggunakan pembalut, namun dapat pula sangat sedikit.Warna cairan yang keluar juga bisa berbeda-beda, seperti berwarna keputih-putihan (tetapi jernih), keabu-abuan, kehijauan, kekuningan.Tingkat kekentalan cairan tersebut juga berbeda-beda. Mulai dari encer, berbuih, kental, hingga menggumpal seperti “kepala” susu. Cairan ini dapat pula berbau busuk, meskipun ada juga cairan keputihan yang tidak berbau.
                  Sebagian penderita keputihan mengeluhkan rasa gatal pada kemaluan dan lipatan disekitar paha, rasa panas di bibir vagina, serta rasa nyeri ketika buang air kecil dan berhubungan seksual.Rasa gatal tersebut bisa terjadi terus menerus atau hanya sesekali, misalnya pada malam hari.Hal ini diperparah oleh kondisi lembab, karena banyak cairan yang keluar disekitar paha sehingga kulit dibagian itu menegalami lecet.Jika keputihan tersebut berlangsung lama (tidak kunjung sembuh) bisa merasa malu, sedih, atau rendah diri.Bahkan, kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan karena takut terkena penyakit kanker.
4.      Penyebab Keputihan
                  Menurut Bahari (2012) Secara umum, keputihan bisa disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
a.       Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan. Biasanya, hal ini dilakukan buang air kecil ataupun buang air besar.
b.      Mengenakan pakaian berbahan sintetis yang ketat, sehingga ruang yang ada itu tidak memadai. Akibatnya timbulah iritasi pada organ kewanitaan.
c.       Sering kali menggunakan WC yang kotor, sehingga memungkinkan adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.
d.      Jarang mengganti panti liner.
e.       Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain, sehingga kebersihannya tidak terjaga.
f.       Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan.
g.      Membasuh organ kewanitaan kearah yang salah, yaitu arah basuhan dilakukan dari belakang ke depan.
h.      Aktifitas fisik yang sangat melelahkan, sehingga daya tahan tubuh melemah.
i.        Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi.
j.        Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan yang tidak teratur, atau kurang tidur.
k.      Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stress berat.
l.        Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan secara berlebihan sehingga flora doderleins yang berguna menjaga tingkat keasaman di dalam organ kewanitaan terganggu.
m.    Kondisi cuaca, khusunya cuaca lembab di daerah tropis.
n.      Seringkali mandi berendam di air panas atau hangat. Kondisi yang hangat justru memberikan peluang yang besar bagi jamur penyebab keputihan untuk tumbuh dengan subur.
o.      Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang kotor.
p.      Kadar gula darah yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan jamur penyebab keputihan tumbuh dengan subur.
q.      Sering kali berganti-ganti pasangan ketika melakukan hubungan seksual.
r.        Kondisi hormon yang tidak seimbang. Misalnya terjadi peningkatan hormon estrogen pada masa pertengahan siklus menstruasi, saat hamil, atau mendapatkan rangsangan seksual.
s.       Sering kali menggaruk organ kewanitaan.
t.        Infeksi akibat kondom yang tertinggal di dalam organ kewanitaan secara tidak sengaja.
u.      Infeksi yang disebabkan oleh benang AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim )
5.      Pencegahan Keputihan
                  Upaya untuk mengatasi leukorea adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut dan mengganti panty berbahan katun dengan sering. Wanita sebaiknya tidak melakukan douch atau menggunakan semprot untuk menjaga kebersihan area genetalia (Varney, 2007).
                  Menurut Bahari (2012) berikut adalah beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari keputihan:
a.       Hindari berganti-ganti pasangan hubungan seksual.
b.      Jagalah kebersihan alat kelamin.
c.       Gunakan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina.
d.      Bilaslah vagina kearah yang benar.
e.       Hindari pemakaian bedak pada vagina.
f.       Hindari membilas vagina di toilet umum.
g.      Keringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam.
h.      Mengurangi konsumsi manis.
i.        Pilihlah celana dalam yang tidak terlalu ketat dan mudah menyerap keringat.
j.        Hindari berganti-ganti celana dalam dengan orang lain.
k.      Ketika haid, sering-seringlah mengganti pembalut.
l.        Jika sudah terkena keputihan, gunakan kondom ketika hendak berhubungan seksual.
m.    Bagi wanita yang sudah memasuki usia menopause, gunakan obat yang mengandung esterogen.

n.      Bagi orang yang sudah menikah, lakukan pemeriksaan pap smear secara rutin.

No comments:

Post a Comment