Monday 2 November 2015

Diare

1.      Definisi Diare
Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Nursalam, 2008)
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekwensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000).
Sedangkan menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa.
Menurut Sudarti (2010) diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar.
Diare menurut Ngastiyah (2005) adalah  keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali sehari pada anak, konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
2.      Jenis Diare
Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya dibagi menjadi empat yaitu :
a.       Diare Akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b.      Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.
c.       Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
d.      Diare dengan masalah lain, Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
3.      Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah :
a.       Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare
b.      Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan penigkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi penigkatan – penigkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.

c.       Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga        (Nursalam, 2008).
4.       Cara Penyebaran Diare
Menurut Anwar (2006) penyebaran kuman diare biasanya melalui mulut (otofecal) antara lain melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja. Selain itu perilaku yang tidak baik akan mendukung masuknya kuman dalam tubuh. Perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan resiko terjadi diare yaitu :
a.       Ketidaktepatan pemberian MP-ASI
Tidak memberikan ASI eksklusif dan ketidaktepatan pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) resiko besar untuk menderita diare pada bayi tanpa ASI beberapa kali lebih besar daripada bayi dengan ASI ekslusif selama 4-6 bulan pertama kehidupan, baik jenis porsi dan cara pembuatannya serta usia pemberian sehingga resiko kematian karena diare lebih tinggi.
b.      Menggunakan susu formula
Penggunaan susu formula yang mengandung laktosa dapat menyebabkan diare, kejadian tersebut dinamakan intoleransi laktosa, karena penderita tidak tahan terhadap laktosa akibat tidak adanya enzim laktase. Disamping itu penggunaan botol yang tidak bersih, menyebabkan pencemaran oleh kuman berasal dari tinja yang sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukkan kedalam botol yang tidak bersih akan terjadi kontaminasi kuman dan jika segera diminum kuman tersebut akan berkembang biak.
c.       Menggunakan air minum yang tercemar bakteri
Bakteri masuk pada saat air disimpan dirumah atau wadah yang ada sejak diambil dari sumber (yaitu sumber air yang terdapat bakteri dari tinja). Pencemaran bisa terjadi bila tempat penyimpanan air terbuka.
d.      Tidak mencuci tangan sebelum makan
Tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dapat menyebabkan diare karena kuman yang ada di tangan akan masuk ke dalam tubuh lewat makanan. Untuk mencegah diare perilaku ini harus dilaksanakan setiap hari.
e.       Tidak mencuci tangan sesudah BAB
Tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah BAB dapat menyebabkan diare karena kuman yang ada di tangan akan masuk ke dalam tubuh lewat makanan. Untuk mencegah diare perilaku ini harus dilaksanakan setiap hari.


5.      Penyebab Diare
Penyebab penyakit diare dikelompokkan dalam 6 golongan besar sebagai berikut:
a.       Faktor infeksi proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan menyebabkan sistem transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.
1)      Bakteri : shigella, salmonella, E.coli, golongan fibrio, bacillus, cereus, clostridium perfringcens, staphilococus usaurfus, camfylobacter dan aeromonas.
2)      Virus : rotavirus, norwalk + norwalk like agent, adnovirus.
3)      Parasit :
a)      Protozoa (entamoeba histolytica, giardia lambia, balantidium coli, crypto sparidium dan blastisistis huminis)
b)      Cacing perut (ascaris, trichuris, strongyloides)
c)      Jamur (candida)
b.      Faktor mal absorbsi, merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.
c.       Alergi
d.      Keracunan :
1)      Keracunan bahan – bahan kimia
2)      Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
a)      Jasad renik : algae
b)      Ikan, buah – buahan, sayur – sayuran
e.       Immunidefisiensi
f.       Sebab – sebab lain
g.      Yang sering ditemukan dilapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
6.      Tanda Gejala Diare
a.       Menurut Ngastiyah (2005)
1)      Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2)       suhu tubuh biasanya meningkat
3)      Nafsu  makan berkurang atau tidak ada
4)      tinja cair warna tinja makin lama kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu
5)      anus dan daerah sekitar lecet
6)      ubun-ubun cekung
7)      berat badan menurun
8)      muntah
9)      elaput lendir mulut dan kulit kering
b.      Gejala diare Menurut Widjaja (2000), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
1)      Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2)      Suhu badan meningkat
3)      Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
4)      Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5)       Lecet pada anus
6)      Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
7)      Muntah sebelum dan sesudah diare
8)      Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
9)      Dehidrasi (kekurangan cairan), dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat. Sebelum anak dibawa ke tempat fasilitas kesehatan untuk mengurangi resiko dehidrasi sebaiknya diberi oralit terlebih dahulu, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga misalnya air tajin, kuah sayur, sari buah, air the, air matang dan lain-lain.
7.      Upaya Kegiatan Pencegahan Diare
a.       Memberikan ASI turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada balita karena antibodi dan zat-zat lain yang terkandung di dalamnya memberikan perlindungan secara imunologi.
b.      Memperbaiki makanan pendamping ASI. Perilaku yang salah dalam pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan resiko terjadinya diare sehingga dalam pemberiannya harus memperhatikan waktu dan jenis makanan yang diberikan. Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya dimulai dengan memberikan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan dapat diteruskan pemberian ASI, setelah anak berumur 9 bulan atau lebih, tambahkan macam makanan lain dan frekwensi pemberikan makan lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11 tahun berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, frekwensi pemberiannya 4-6 kali sehari.
c.       Membawa penderita diare kesarana kesehatan, bila dalam 3 hari tidak membaik atau ada salah satu tanda :
1)      Berak cair berkali – kali
2)      Muntah berulang – ulang
3)      Rasa haus yang nyata
4)      Makan atau minum yang sedikit
5)      Demam
6)      Tinja darah (Suharyono, 2008).
d.      Menggunakan air bersih yang cukup.
Resiko untuk menderita diare dapat dikurangi dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanannya di rumah. Berikut ini yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1)      Ambil air dari sumber air yang bersih
2)      Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
3)      Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak mandi.
4)      Gunakan air yang direbus
5)      Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air bersih dan cukup.
e.       Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
f.       Menggunakan jamban
Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko penularan diare karena penularan kuman penyebab diare melalui tinja dapat dihindari. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1)      Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
2)      Bersihkan jamban secara teratur.
3)      Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.


g.      Membuang tinja bayi dengan benar.
Membuang tinja bayi ke dalam jamban sesegera mungkin sehingga penularan kuman penyebab diare melalui tinja bayi dapat dicegah. Hal yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah :
1)      Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang kejamban.
2)      Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya.
3)      Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lubang atau kebun kemudian ditimbun.
4)      Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun.
h.      Pemberian imunisasi campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.

Memberikan imunisasi campak pada anak yang sakit campak sering disertai diare sehingga imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare yang lebih parah lagi (Depkes, 2010).

No comments:

Post a Comment