1. Definisi Diare
Diare
pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya
dengan konsistensi yang lebih encer (Nursalam, 2008)
Diare
adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekwensinya
lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes
RI, 2000).
Sedangkan
menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari
empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini
diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat pertama di
Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan
orang dewasa.
Menurut
Sudarti (2010) diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.
Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi
yang lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x
buang air besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x
buang air besar.
Diare
menurut Ngastiyah (2005) adalah keadaan
frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3
kali sehari pada anak, konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
2. Jenis Diare
Menurut
Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya dibagi menjadi empat yaitu :
a. Diare Akut yaitu, diare yang berlangsung
kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b. Disentri yaitu, diare yang disertai darah
dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan
cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten, yaitu diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten
adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain, Anak yang menderita diare
(diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain,
seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
3. Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat
menyebabkan timbulnya diare adalah :
a. Gangguan Osmotik
Akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan
menyebabkan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare
b. Gangguan Sekresi
Akibat
rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan
menyebabkan penigkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam
rongga usus, sehingga akan terjadi penigkatan – penigkatan isi dari rongga usus
yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.
c. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik
akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan
yang masuk, sehingga timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang
sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan
bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare
juga (Nursalam, 2008).
4. Cara Penyebaran Diare
Menurut
Anwar (2006) penyebaran kuman diare biasanya melalui mulut (otofecal) antara
lain melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja. Selain itu
perilaku yang tidak baik akan mendukung masuknya kuman dalam tubuh. Perilaku yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman dan meningkatkan resiko terjadi diare yaitu :
a. Ketidaktepatan pemberian
MP-ASI
Tidak memberikan ASI eksklusif
dan ketidaktepatan pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) resiko
besar untuk menderita diare pada bayi tanpa ASI beberapa kali lebih besar
daripada bayi dengan ASI ekslusif selama 4-6 bulan pertama kehidupan, baik
jenis porsi dan cara pembuatannya serta usia pemberian sehingga resiko kematian
karena diare lebih tinggi.
b. Menggunakan susu formula
Penggunaan susu formula yang
mengandung laktosa dapat menyebabkan diare, kejadian tersebut dinamakan
intoleransi laktosa, karena penderita tidak tahan terhadap laktosa akibat tidak
adanya enzim laktase. Disamping itu penggunaan botol yang tidak bersih,
menyebabkan pencemaran oleh kuman berasal dari tinja yang sukar dibersihkan.
Sewaktu susu dimasukkan kedalam botol yang tidak bersih akan terjadi kontaminasi
kuman dan jika segera diminum kuman tersebut akan berkembang biak.
c. Menggunakan air minum yang
tercemar bakteri
Bakteri masuk pada saat air
disimpan dirumah atau wadah yang ada sejak diambil dari sumber (yaitu sumber
air yang terdapat bakteri dari tinja). Pencemaran bisa terjadi bila tempat
penyimpanan air terbuka.
d. Tidak mencuci tangan sebelum
makan
Tidak mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan dapat menyebabkan diare karena kuman yang ada di tangan
akan masuk ke dalam tubuh lewat makanan. Untuk mencegah diare perilaku ini
harus dilaksanakan setiap hari.
e. Tidak mencuci tangan sesudah
BAB
Tidak mencuci tangan dengan
sabun sesudah BAB dapat menyebabkan diare karena kuman yang ada di tangan akan
masuk ke dalam tubuh lewat makanan. Untuk mencegah diare perilaku ini harus
dilaksanakan setiap hari.
5. Penyebab Diare
Penyebab
penyakit diare dikelompokkan dalam 6 golongan besar sebagai berikut:
a. Faktor infeksi proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang
masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus selanjutnya terjadi
perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan menyebabkan
sistem transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.
1) Bakteri : shigella,
salmonella, E.coli, golongan fibrio, bacillus, cereus, clostridium
perfringcens, staphilococus usaurfus, camfylobacter dan aeromonas.
2) Virus : rotavirus, norwalk +
norwalk like agent, adnovirus.
3) Parasit :
a) Protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lambia, balantidium coli, crypto sparidium dan
blastisistis huminis)
b) Cacing perut (ascaris,
trichuris, strongyloides)
c) Jamur (candida)
b. Faktor mal absorbsi, merupakan
kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.
c. Alergi
d. Keracunan :
1) Keracunan bahan – bahan kimia
2) Keracunan oleh racun yang
dikandung dan diproduksi :
a) Jasad renik : algae
b) Ikan, buah – buahan, sayur –
sayuran
e. Immunidefisiensi
f. Sebab – sebab lain
g. Yang sering ditemukan dilapangan adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan.
6. Tanda Gejala Diare
a. Menurut Ngastiyah (2005)
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2) suhu tubuh biasanya meningkat
3) Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4) tinja cair warna tinja makin
lama kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu
5) anus dan daerah sekitar lecet
6) ubun-ubun cekung
7) berat badan menurun
8) muntah
9) elaput lendir mulut dan kulit kering
b. Gejala diare Menurut Widjaja (2000), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2) Suhu badan meningkat
3) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
4) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan
empedu
5) Lecet pada anus
6) Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang
kurang
7) Muntah sebelum dan sesudah diare
8) Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
9) Dehidrasi (kekurangan cairan), dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang, dehidrasi berat. Sebelum anak dibawa ke tempat fasilitas
kesehatan untuk mengurangi resiko dehidrasi sebaiknya diberi oralit terlebih
dahulu, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga misalnya air tajin,
kuah sayur, sari buah, air the, air matang dan lain-lain.
7. Upaya Kegiatan Pencegahan Diare
a. Memberikan ASI turut memberikan perlindungan terhadap
terjadinya diare pada balita karena antibodi dan zat-zat lain yang terkandung
di dalamnya memberikan perlindungan secara imunologi.
b. Memperbaiki makanan pendamping ASI. Perilaku yang salah dalam pemberian makanan pendamping
ASI dapat menyebabkan resiko terjadinya diare sehingga dalam pemberiannya harus
memperhatikan waktu dan jenis makanan yang diberikan. Pemberian makanan
pendamping ASI sebaiknya dimulai dengan memberikan makanan lunak ketika anak
berumur 6 bulan dan dapat diteruskan pemberian ASI, setelah anak berumur 9
bulan atau lebih, tambahkan macam makanan lain dan frekwensi pemberikan makan
lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11 tahun berikan semua makanan
yang dimasak dengan baik, frekwensi pemberiannya 4-6 kali sehari.
c. Membawa penderita diare kesarana kesehatan, bila dalam
3 hari tidak membaik atau ada salah satu tanda :
1) Berak cair berkali – kali
2) Muntah berulang – ulang
3) Rasa haus yang nyata
4) Makan atau minum yang sedikit
5) Demam
6) Tinja darah (Suharyono, 2008).
d. Menggunakan air bersih yang cukup.
Resiko
untuk menderita diare dapat dikurangi dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanannya di rumah. Berikut ini yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1) Ambil air dari sumber air yang
bersih
2) Ambil dan simpan air dalam
tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil
air.
3) Pelihara atau jaga sumber air
dari pencemaran oleh binatang, anak-anak mandi.
4) Gunakan air yang direbus
5) Cuci semua peralatan masak dan
makan dengan air bersih dan cukup.
e. Mencuci tangan
Kebiasaan
yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan
kuman diare adalah mencuci tangan.
f. Menggunakan jamban
Upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko penularan
diare karena penularan kuman penyebab diare melalui tinja dapat dihindari. Yang harus diperhatikan oleh
keluarga :
1) Keluarga harus mempunyai
jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
2) Bersihkan jamban secara
teratur.
3) Bila tidak ada jamban, jangan
biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar
hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta
lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
g. Membuang tinja bayi dengan benar.
Membuang
tinja bayi ke dalam jamban sesegera mungkin sehingga penularan kuman penyebab
diare melalui tinja bayi dapat dicegah. Hal yang harus diperhatikan
oleh keluarga adalah :
1) Kumpulkan segera tinja bayi
atau anak kecil dan buang kejamban.
2) Bantu anak-anak buang air
besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya.
3) Bila tidak ada jamban, pilih
tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lubang atau kebun kemudian
ditimbun.
4) Bersihkan dengan benar setelah
buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun.
h. Pemberian imunisasi campak
Diare sering timbul menyertai
campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh
karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.
Memberikan imunisasi campak
pada anak yang sakit campak sering disertai diare sehingga imunisasi campak
dapat mencegah terjadinya diare yang
lebih parah lagi (Depkes, 2010).