Wednesday 23 April 2014

Makalah Akseptor KB IUD dengan Perdarahan Massive (spotting)



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Menurut SDKI 2002 - 2003, Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum, 2009).
            Strategi peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, terlihat kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB IUD yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa Tengah, jumlah peserta KB IUD terus menurun dari tahun 2004 yakni 552.233 menjadi 529.805 pada tahun 2005, dan 498.366 pada tahun 2006. Dalam perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Imbarwati, 2009).     
            Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda.
            Berdasarkan data di atas, IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang menjadi alternative pilihan bagi masyarakat yang ingin ber-KB. Oleh karena itu penulis membuat makalah dengan judul “Akseptor KB IUD dengan Perdarahan Massive (spotting)”



B.   Rumusan Masalah
1.      Apa definisi kontrasepsi IUD?
2.      Apa saja jenis-jenis IUD?
3.      Bagaimana cara kerja IUD?
4.      Apa kelebihan dan kelemahan IUD?
5.      Apa efek samping IUD?

C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi IUD
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis IUD
3.      Untuk mengetahui cara kerja IUD
4.      Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan IUD
5.      Untuk mengetahui efek samping IUD















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi IUD (Intra Uterin Device)
            Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 1999).
            IUD (Intra Uterin Device) adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2003)
            AKDR atau IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003)

B.   Jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
2. Copper-7    
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
3. Multi load  
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
4. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic lkkbercampur tembaga.

C.   Cara Kerja IUD
Cara kerja kontrasepsi IUD sebagai berikut:
1.      Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim.
2.      Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3.      IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).

D.   Kelebihan dan Kelemahan IUD
1.      Kelebihan Intra uterine device (IUD) yaitu:
a.       Sangat efektif mencegah kehamilan.
Sangat efektif, 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
b.      Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun
c.       IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
d.      Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
e.       Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
f.       Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
g.      Relatif tidak mahal
2.      Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu:
a.       Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
b.      Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
c.       Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d.      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
e.       Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
f.       Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.
g.      Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD.
h.      Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
i.        Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)

E.   Efek Samping IUD
1.       Spotting
Spotting adalah keluarnya bercak-bercak darah diluar haid. Spotting akan muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi IUD.
2.      Perubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan IUD siklus menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid berubah menjadi 21 hari.
3.      Amenore
Amenore adalah tidak didapatnya tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
Penanganannya yaitu periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas IUD, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas IUD bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, IUD jangan dilepas. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas IUD jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
4.      Dismenore
Dismenore adalah munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
5.      Menorrhagea
Menorrhagea adalah perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau  haid yang lebih banyak.
6.      Fluor albus
Penggunaan IUD akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
7.      Benang yang hilang
Penanganannya yaitu pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah IUD terlepas. Apabila tidak hamil dan IUD tidak terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran endoservik dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid briutnya. Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan IUD yang hilang tidak ditemukan, pasanglah IUD baru atau bantulah klien menentukan metode lain.

F.    Jenis Perdarahan 
            Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu perdarahan yang fisiologis dan perdarahan yang patologis.
1.      Perdarahan yang fisiologis
      Perdarahan yang fisiologis adalah perdarahan yang disebabkan adanya perlukaan pada dinding uterus setelah pemasangan IUD. IUD ini berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid. Demikian pula ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak karena ketika haid, terjadi peluruhan dinding rahim. Proses ini menimbulkan perlukaan di daerah rahim, sehingga apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan menambah volume darah yang keluar pada masa haid. IUD merupakan benda asing didalam rahim sehingga rahim perlu beradaptasi dengan kondisi ini. Masa adaptasi ini berlangsung selama tiga bulan pertama dengan ditandai dengan timbulnya bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid yang lebih lama dan lebih banyak.
      Penanganan dari perdarahan yang fisiologis ini adalah dengan memberikan KIE kepada ibu bahwa perdarahan yang seperti ini merupakan hal yang wajar atau normal yang dialami oleh akseptor KB IUD dan perdarahan ini tidak berbahaya serta tidak memerlukan pengobatan. Tapi jika ada keluhan berupa nyeri berikan obat asam mefenamat 3 x 250-500 mg perhari selama 3-5 hari. atau antalgin 3x 500 mg perhari selama 3-5 hari, atau parasetamol 3x 500 mg per hari, Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama seminggu). Jika ibu mengalami anemia maka beri tablet Fe (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan) atau beri pasien preparat besi (ferrosus sulfat 200 mg: sekali sehari selama 5-7 hari).

2.      Perdarahan yang patologis     
      Perdarahan yang patologis adalah perdarahan dengan jumlah banyak disertai stosel (bekuan darah). Perdarahan ini disebabkan adanya IMS (Infeksi Menular Seksual).
      Perdarahan ini dapat ditangani dengan cara sebagai berikut:
1.      Memastikan dan menegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi( 1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan).
2.      Memberikan konseling pada ibu untuk mengganti IUD dengan metode kontrasepsi yang lain.











BAB III
CONTOH DAN ANALISIS KASUS
A.   Contoh Kasus
            Seseorang dipasang IUD, selama satu bulan setelah pemasangan terjadi pendarahan massive (sedikit tapi terus). Apakah itu normal ataukah tidak? jelaskan!

B.   Analisis Kasus
            Dari kasus diatas dapat diasumsikan bahwa perdarahan massive (sedikit tapi terus menerus) atau spotting yang terjadi selama satu bulan setelah pemasangan IUD merupakan hal yang normal. Perdarahan tersebut termasuk perdarahan yang fisiologis. Perdarahan tersebut terjadi karena adanya perlukaan pada dinding uterus setelah pemasangan IUD. IUD itu berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid. IUD merupakan benda asing didalam rahim sehingga rahim perlu beradaptasi dengan kondisi ini. Masa adaptasi ini berlangsung selama tiga bulan pertama dengan ditandai dengan timbulnya bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid yang lebih lama dan lebih banyak.
            Penanganan dari kasus akseptor KB IUD dengan perdarahan massive (spotting) ini adalah sebagai berikut
1.    Memberikan konseling dan KIE bahwa perdarahan massive (spotting) yang dialaminya tersebut merupakan hal yang normal yang dialami oleh akseptor KB IUD.
2.    Menginformasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah yang serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.
3.    Bila perdarahan massive atau spotting terus berlanjut dan klien tidak dapat menerima perdarahan yang terjadi, KB IUD jangan dilanjutkan lagi dan lakukan pencabutan IUD.




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
            AKDR atau IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003). Jenis IUD antara lain copper T, copper 7, Multi load, Lippes loop, dan Spiral. Salah satu efek samping atau akibat dari IUD adalah spotting yaitu keluarnya bercak-bercak darah.
            Perdarahan massive (Spotting) setelah pemasangan IUD merupakan hal yang normal dialami oleh akseptor KB IUD. Perdarahan tersebut terjadi karena adanya perlukaan pada dinding uterus setelah pemasangan IUD. IUD itu berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid.
           
B.   Saran
1.      Untuk Pasien : Bila ingin menghentikan pemakaian kontrasepsi IUD sebaiknya kunjungi tenaga kesehatan yang memasangnya dan jangan mencoba mencopotnya sendiri di rumah.
2.      Untuk Petugas Kesehatan : Diharapkan agar memberikan pelayanan pemasangan IUD yang  kompeten agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang merugikan bagi pasien.


DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN.
Hartanto Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV Mulia Sari
Prawirohardjo Sarwono. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP
Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.         Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

 



No comments:

Post a Comment