Wednesday 23 April 2014

Infeksi masa nifas dan Infeksi kandung kemih



A.     Infeksi Masa Nifas
a.     Definisi
           Infeksi masa nifas adalah infeksi/ peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatkan suhu badan melebihi 38º C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari.

b.    Faktor Resiko yang dapat Menyebabkan Infeksi Masa Nifas
1.      Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
2.      Tindakan operasi persalinan
3.      Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam
4.      Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi
5.      Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci hama
6.      Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
7.      Hubungan seks menjelang persalinan
8.      Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi)

c.      Macam-macam Infeksi Masa Nifas
a)        Infeksi pada Vulva, Vagina, dan Serviks
1.      Vulvitis
Vulvitis adalah luka bekas episiotomi atau robekan perineum yang kena infeksi. Pada luka infeksi bekas sayatan episotomy atau luka perinium, jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.
2.      Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perinium. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
3.      Servisitis
Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
Tanda atau gejala infeksi pada vulva, vagina, dan serviks antara lain sebagai berikut :
1.    Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi
2.    Kadang – kadang perih bila kencing
3.    Nadi dibawah 100 X per menit
4.    Getah radang dapat keluar
5.    Suhu sekitar 38 º
6.    Bila luka infeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam naik sampai 39º - 40º disertai menggigil.
Penanganan pada kasus ini dengan pemberian antibiotik, roborantia, pemantauan vital sign , serta in take out pasien (makanan dan caitran)

b.)      Endometritis
Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium. Jenis infeksi ini biasanya yang paling sering terjadi. Kuman-kuman yang masuk endometrium, biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan dalam waktu singkat. Pada mengikutsertakan seluruh endometrium, pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, infeksi hanya terbatas pada endometrium. Jaringan di desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau, yang terdiri atas keping-keping nekrotiss dan cairan. Pada batas – batas antara daerah yang beradang dan daerah sehat, terdapat lapisan yang terdiri atas leutosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran. Tanda dan gejalanya antara lain:
1.    Uterus membesar
2.    Nyeri pada saat perabaan uterus
3.    Uterus lembek
4.    Suhu meningkat
5.    Nadi menurun

c.)    Septikemia dan pyemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen, biasanya streptococcus baemolyticus. Infeksi ini sangat berbahaya dan tergolong 50% penyebab kematian karena infeksi nifas.
1.      Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman dari uterus langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Gejala yang muncul dari pasien, antara lain:
a.    Permulaan penderita sudah sakit dan lemah
b.    Sampai hari ke-3 post partum , suhu meningkat dengan cepat dan menggigil
c.    Selanjutnya suhu berkisar antara 39º-40ºC , KU memburuk, nadi menjadi cepat (140-160 kali/menit)
2.      Pyemia
Pada pyemia, terdapat trombophlebitis dahulu pada vena-vena di uterus dan sinus-sinus pada bekas implantasi plasenta. Trombopblebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hiposgatrika, dan / atau vena ovari. Dari tempat – tempat thrombus ini, embolus kecil yang berisi kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain, di antaranya paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, yang dapat mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut. Gejala yang dimunculkan adalah sebagai berikut :
a.       Perut nyeri
b.      Ciri khasnya adalah suhu berulang-ulang meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu
c.       Kenaikan suhu disertai menggigil terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari trombophlebitis pelvika
d.      Lambat-laun timbul gejala abses pada paru-paru, jantung, pneumoni, dan pleuritis.

d.)   Peritonitis
Peritonitis (radang selaput rongga perut) adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus, langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum yang menyebab parametritis. Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum hanya terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada jenis yang umum. Pada pelvio peritonitis (peritonitis terbatas), terdapat pertumbuhan abses. Pada peritonitis umum, gejala yang muncul:
a.    Perut kembung
b.    Suhu tinggi
c.    Nadi cepat dan kecil
d.   Perut kembung dan nyeri
e.    Ada defense musculair
f.     Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apaa yang disebut fasies hypocratica

e.)    Parametritis
Parametritis merupakan peradangan pada parametrium. Parametrium merupakan lapisan terluar yang melapisi uterus. Parametritis juga mempunyai nama lain yaitu sellulitis Pelvika. Tanda dan gejala parametritis antara lain:
1.    Suhu badan meningkat 38o C – 40o C (oral) dan menggigil
2.    Nyeri perut bagian bawah dan terasa kaku
3.    Denyut nadi meningkat.
4.    Terjadi lebih dari hari ke 7 postpartum.
5.    Lokhia yang purulen dan berbau.

d.    Upaya Pencegahan Infeksi Masa Nifas
1.      Pencegahan pada waktu hamil
a.)    Mengurangi atau mencegah faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi, dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
b.)    Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
c.)    Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
2.      Saat persalinan
a.)    Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b.)    Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c.)    Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d.)   Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus diganti dengan transfusi darah.
3.      Masa nifas
a.)      Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
b.)      Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
c.)      Tamu  yang berkunjung harus dibatasi.

e.      Pengobatan
           Perlukaan jalan lahir sudah dapat dipastikan terjadi pada setiap persalinan yang akan menjadi jalan masuknya bakteri yang bersifat komensal dan menjadi infeksius. Pertolongan persalinan yang bersih tidak memerlukan pengobatan umum tetapi pada persalinan yang diduga akan dapat terjadi infeksi kala nifas memerlukan profilaksis antibiotika. Bidan masih diperkenankan untuk memberi antibiotika ringan seperti penisilin kapsul, preparat sulfat dan sebagainya. Disamping itu perawatan luka lokal perlu dilakukan sehingga mengurangi penyebaran infeksi kala nifas.
            Pada kasus dengan infeksi kala nifas yang berat sebaiknya dirujuk dan dikonsultasikan sehingga mendapat pengobatan yang adekuat. Sebagian infeksi kala nifas yang berat perlu dirawat di RS, sehingga dapat dilakukan observasi, karena dapat dilakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan jiwa penderita.


B.     Infeksi Saluran Kemih
a.     Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau katerisasi yang sering (Krisnadi, 2005).
Bakteri Escherecia coli merupakan penyebab yang sering ditemukan pada kasus ISK. Bakteri ini  dapat berasal dari flora usus yang keluar sewaktu buang air besar, dan jika bakteri berkembang biak akan menjalar ke saluran kencing dan naik ke kandung kemih dan ginjal, inilah yang menyebabkan ISK. 
Pada masa nifas dini, sensivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra, atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan, terutama saat infus oksitosin dihentikan, terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih. Over distensi yang disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
Distensi kandung kemih mengurangi aliran darah ke lapisan mukosa dan submukosa sehingga jaringan menjadi lebih rentan terhadap bakteri. Urin yang tersisa dikandung kemih menjadi lebih basa sehingga kandung kemih merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan organisme.

b.    Faktor Resiko Penyebab ISK
1.      Trauma kandung kemih waktu persalinan
2.      Kontaminasi kuman dari perineum
3.      Kateterisasi yang sering dan teknik katerisasi kurang benar. Kateter menjadi rute masuknya organisme, dapat menyebabkan iritasi lokal pada uretra atau kandung kemih.
4.      Nutrisi yang buruk
5.      Persalinan lama
6.      Episiotomi
7.      Higiene perinium yang buruk (cuci tangan kurang benar, kebiasaan mengelap perinium dari arah belakang ke depan)

c.      Tanda dan Gejala ISK
Gejala ISK meliputi adanya nyeri atau rasa terbakar selama berkemih, demam, menggigil, mual dan muntah serta kelemahan terjadi jika infeksi memburuk. Kandung kemih yang iritasi menyebabkan timbulnya sensasi ingin berkemih yang mendesak dan sering. Iritasi juga dapat menyebabkan darah bercampur dalam urin (hematuria). Urin tampak pekat dan keruh karena adanya sel darah putih atau bakteri. Jika menyebar ke saluran kemih bagian atas (pielonefritis-ginjal), ibu merasa nyeri panggul, nyeri tekan, demam dan menggigil.

d.    Pencegahan Infeksi Saluran Kemih
1.      Minumlah cukup banyak air untuk membersihkan bakteri
2.      Jangan menahan jika anda ingin buang air kecil. Buang air kecil jika memang anda ingin dan perlu.
3.      Bersihkan daerah terkait setelah buang air besar dari depan ke belakang.
4.      Buang air kecil setelah melakukan hubungan seksual untuk membantu membersihkan bakteri keluar.
5.      Jika anda sering mengalami infeksi saluran kemih, anda mungkin perlu menghindari pemakaian diafgrama sebagai metode kontrasepsi. Tanyakan kepada dokter tentang pilihan metode lainnya dalam kontrasepsi.

e.      Pengobatan Infeksi Saluran Kemih
1.      Infeksi saluran kemih awal dapat diobati dengan ampisillin (250 mg empat kali sehari) atau nitrofurantoin (100 mg per oral empat kali sehari). Gantilah dengan obat lain sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium tetapi obati selama 2 minggu.
2.      Untuk mengatasi keluhan urgensi dan urinary frequency, berikan piridium 100 mg empat kali sehari. Keluarkan cairan secara paksa (jika diperlukan) dan asamkan urin (vitamin C). Berikan obat analgetik pencahar dan antipiretik jika diperlukan.

3.      Pengobatan antibiotik yang terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamide, trimetroprim, sulfametoksazol, atau sefalosporin. Banyak penelitian yang melaporkan resistensi mikrobial terhadap golongan penisilin (Krisnadi, 2005).





























DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

No comments:

Post a Comment