Thursday 27 February 2014

makalah kecemburuan sosial salah satu faktor pencetus konflik sosial



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
    Dalam  kehidupan  sosial manusia, dimana saja  dan kapan  saja,  tidak  pernah lepas dari apa yang disebut “konflik” (Chandra, 1992; Lauer, 1993). Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain- lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. William Chang (2001) mempertanyakan “benarkah konflik sosial hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah  tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, masalah uang, dan masalah kekuasaan?”,  ternyata jawabnya “tidak”; dan dinyatakan oleh Chang bahwa emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik sosial. Dalam kehidupan sosial sehari -hari tampaknya selain diwarnai oleh kerjasama, senantiasa juga diwarnai oleh berbagai bentuk persaingan dan konflik.
     Dalam  International Encyclopaedia of The  Social  Sciences Vol. 3 (halaman 236-241) diuraikan mengenai pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni ditimbulkan sebagai akibat dari persaingan antara paling tidak dua pihak; di mana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk agama tertentu (Nader, t.t.). Dengan demikian pihak-pihak yang dapat terlibat dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan ukurannya. Selain itu dapat pula dipahami bahwa pengertian konflik secara antropologis tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan secara bersama-sama dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain yang semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam kehidupan kolektif manusia (Chang, 2001). Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul “ Kecemburuan Sosial Salah Satu Faktor Pencetus Konflik Sosial”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi konflik sosial dan kecemburuan sosial?
2.      Apa saja jenis-jenis konflik sosial?
3.      Apa  saja penyebab konflik sosial?
4.      Apa saja dampak dari konflik sosial?
5.      Bagaimana cara menanggulangi konflik sosial?
6.      Apakah kecemburuan sosial salah satu faktor pencetus konflik sosial?
7.      Apa saja contoh kasus konflik sosial yang terjadi di Indonesia akibat kecemburuan sosial?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi konflik sosial dan kecemburuan sosial.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis konflik sosial
3.      Untuk mengetahui penyebab konflik sosial
4.      Untuk mengetahui dampak dari konflik sosial
5.      Untuk mengetahui cara menanggulangi konflik sosial
6.      Untuk mengetahui apakah kecemburuan sosial salah satu faktor pencetus konflik sosial atau tidak.
7.      Untuk mengetahui contoh kasus konflik sosial yang terjadi di Indonesia akibat kecemburuan sosial.







BAB II
PEMBAHASAN

A.     Definisi Konflik Sosial dan Kecemburuan Sosial
a.       Definisi konflik sosial
1.      White dan Bednar
Konflik sosial adalah  suatu interaksi antara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung merasakan adanya tujuan yang saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain dalam mencapai tujuan itu.
2.      R.J. Rummel
Konflik sosial adalah konfrontasi kekuasaan atau kekuatan sosial.
3.      Duane Ruth-Heffelbower
Konflik sosial adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber, dan atau tindakan salah satu pihak menghalangi, mencampuri, atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil.
b.      Definisi kecemburuan sosial
Kecemburuan sosial adalah suatu kondisi dimana munculnya kelas-kelas sosial karena adanya perbedaan perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat seperti dari segi hukum, ideologi, politik, ekonomi, sosial,dsb yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

B.     Jenis-jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi :
1.      Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
2.      Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3.      Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
4.      Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
5.      Konflik antar atau tidak antar agama
6.      Konflik antar politik.

C.     Penyebab Konflik Sosial
     Konflik sosial tidak hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah  tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, masalah uang, dan masalah kekuasaan, tetapi emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik sosial. Penyebab konflik antara lain:
1.      Adanya perbedaan pendapat
Perbedaan pendapat, pandangan, pendirian dan perbedaan perasaan akan melahirkan bentrokan antara individu atau kelompok.
2.      Adanya perbedaan budaya
Kepribadian individudengan individu lainnya sangat tergantung dari pola-pola kebudayaan dari kelompoknya, keadaan tersebut dapat menyebabkan pertentangan antara mereka.
3.      Adanya perbedaaan kepentingan
Perbedaan kepentingan antarindividu maupun kelompok merupakan salah satu sumber pertentangan. Kepentingan tersebut antara lain; kepentingan ekonomi, politik, dsb.
4.      Adanya perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung sangat cepat, mempengaruhi atau mengubah nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat
5.      Unsur SARA (suku, ras, dan agama), contohnya: kerusuhan Poso dan Ambon, pertikaian antar suku di Papua.
6.      Faktor Ekonomi dan kecemburuan sosial, contohnya: Kerusuhan sampit berakar pada kecemburuan ekonomi dimana masyarakat lokal merasa kurang beruntung dibidang ekonomi dibandingkan dengan masyarakat pendatang.
7.      Faktor ketidakadilan, contohnya: Kasus Prita, masyarakat merasa Prita diperlakukan secara tidak adil oleh RS Omni Internasional.
8.      Faktor Politik, contohnya: konflik yang terjadi pada pelaksanaan Pilkada.  

D.     Dampak dari Konflik
     Dampak dari konflik dapat di bagi menjadi 2 yaitu dampak negatif dan dampak positif.
a.       Dampak negatif dari konflik :
1.      Bertambahnya Solidaritas in Group
2.      Retaknya Persatuan dalam Kelompok
3.      Perubahan Kepribadian Para Individu
4.      Jatuhnya Korban Manusia dan Hancurnya Harta Benda Akomodasi
b.      Dampak positif dari konflik :
1.      Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas.
2.      Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada dan berkembang dalam masyarakat.
3.      Dapat membantu proses penghidupan norma-norma lama danmenciptakan norma-norma yang baru.
4.      Menjadi media mengurangi ketergantungan antarindividu maupun kelompok.
5.      Menjadi media dalam rangka mencapai keseimbanagan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.

E.     Cara Menanggulangi Konflik
Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
1.      Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
2.      Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3.      Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.
4.      Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
5.      Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
6.      Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :
1.      Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
2.      Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
3.      Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4.      Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
5.      Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
6.      Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.










BAB III
KECEMBURUAN SOSIAL SALAH SATU FAKTOR PENCETUS KONFLIK SOSIAL

A.     Kecemburuan Sosial Salah Satu Faktor Pencetus Konflik Sosial
    Kecemburuan sosial merupakan salah satu faktor pencetus konflik sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada konflik yang terjadi, salah satunya disebabkan adanya kecemburuan sosial antar individu, antar saudara, anak kepada orang tua, sesama teman, teman kerja, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi lain.
     Banyak hal yang melatarbelakangi terjadinya kecemburuan sosial, contohnya:
1. Ketika tetangga kita sedang tertimpa musibah sementara tetangga yang lain pergi jalan- jalan menghambur- hamburkan uang. Pasti akan terjadi kecemburuan sosial antar tetangga.
  1. Ketika anggota dewan menghamburkan uang rakyat demi kepentingan yang tidak tahu digunakan untuk apa, sedangkan rakyatnya menderita.
  2. Saat teman sekolahnya pergi ke sekolah menggunakan mobil pribadi sedangkan yang lain jalan kaki.
  3. Para pekerja tambang dibayar lebih mahal daripada para pekerja lain walaupun taraf pendidikannya sama.
  4. Pekerja pabrik malam hari imbalannya lebih besar daripada pekerja pabrik di siang hari.
  5. Para pekerja kuli bangunan memperoleh imbalan lebih sedikit daripada para mandornya yang hanya duduk manis dan menyuruh-nyuruh. Adanya perbedaan-perbedaan inilah yang seringkali menjadi cek-cok para pekerja yang ujung-ujungnya akan menghalalkan segala cara demi imbalan yang mereka dapatkan.
Untuk mencegahnya kita dapat lebih membuka diri, lebih membuka pikiran tentang banyak hal, mulailah dengan menjaga hubungan dengan teman, anggota keluarga, tetangga, cobalah dengan perlahan bukalah pikiran kita tentang orang lain, menerima teman sebagai teman yang sebenarnya. Rubahlah pola pikir  dalam kehidupan dan proses menjalaninya juga kita butuh bantuan orang lain. Jagalah emosi, selalu mau berteman, berfikirlah yang jernih, dan bantulah teman yang kesusahan , mulailah untuk membuka pembicaraan dengan seseorang, terimalah saran orang lain sebagai moment merubah dan memperbaiki diri agar lebih baik.
B.     Contoh Kasus Konflik Sosial yang Terjadi di Indonesia Akibat Kecemburuan Sosial
     Di Indonesia banyak terjadi kasus konflik sosial yang disebabkan adanya kecemburuan sosial. Kasus tersebut antara lain:
1.      Kerusuhan Sampit yang berakar pada kecemburuan ekonomi dimana masyarakat lokal merasa kurang beruntung dibidang ekonomi dibandingkan dengan masyarakat pendatang.
2.      Peristiwa pengusiran orang madura dari sampit dan palangkaraya, pengusiran etnis Jawa oleh pribumi Aceh, dan juga pengusiran orang-orang Bugis dan Manado dari oleh pribumi Maluku. Hal ini tidak dilatarbelakangi oleh agama tetapi tidak lebih dari motif kecemburuan sosial yang disebabkan oleh keadaan yang biasanya dimana-mana daerah, para pendatang kebanyakan lebih sukses daripada pribumi dimana mereka datangi.
3.      Pemberontakan GAM dan OPM dapat dikatakan juga disebabkan adanya kecemburuan sosial penduduk diluar jawa terhadap penduduk Jawa. Hasil sumber alam Indonesia yang didapat dari luar pulau Jawa hanya diperuntukkan bagi penduduk Jawa.  Penduduk di luar Jawa tidak kecipratan hasil kekayaan alam mereka.  Kecemburuan sosial antara penduduk luar Jawa dan Jawa berangsur-angsur meninggi, terutama di Aceh dan Irian Jaya.  Pembangunan di Jawa meningkat pesat.  Sementara di luar Jawa pembangunan seperti berjalan di tempat. Pemerintah dianggap pilih kasih. Pemerintah yang mayoritas orang Jawa dianggap tidak peduli dengan pulau lain di luar Jawa.  Ketidakpuasan terjadi di mana-mana.  Hingga sampai ke titik ekstrim, yakni pemberontakan atas nama daerah.  Mereka menuntut kemerdekaan, ingin memisahkan diri dari Indonesia. Mereka merasa kekayaan alam mereka dikuras, tanpa mendapat porsi pembagian hasil sepantasnya.
4.      Peristiwa Mei 1998 dimana banyak toko dan perusahaan milik Cina yang dibakar. Menurut HAM, korban terbunuh dalam peristiwa ini sebanyak 1.188 orang, korban luka-luka sebanyak 101 orang, dan korban perempuan etnis Cina diperkosa sebanyak 52 orang. Peristiwa yang menggiriskan itu terjadi akibat kecemburuan masyarakat terhadap etnik Cina.
Sebenarnya  contoh diatas hanya sebagian kecil dari bentuk-bentuk kecemburuan sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Kecemburuan sosial merupakan suatu masalah yang serius dan harus mendapatkan perhatian khusus dari kita semua, karena dengan masih banyaknya kasus-kasus kecemburuan sosial di indonesia maka indonesia masih akan terus terbayangi dengan kerusuhan dimana mana, perang antar warga negara indonesia, keributan, kekacauan, dsb. Dalam proses pembangunan yang masih sedang berlangsung di negara kita, sebaiknya pemerintah mulai memperhatikan masalah sosial yang satu ini, karena untuk menjadi bangsa yang besar dan maju kita harus mempererat persatuan dan kesatuan bangsa agar bisa menghadapi persaingan global.





BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
    Konflik sosial adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber, dan atau tindakan salah satu pihak menghalangi, mencampuri, atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. Sedangkan kecemburuan sosial adalah suatu kondisi dimana munculnya kelas-kelas sosial karena adanya perbedaan perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat seperti dari segi hukum, ideologi, politik, ekonomi, sosial,dsb yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
    Kecemburuan sosial merupakan salah satu faktor pencetus konflik sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada konflik yang terjadi, salah satunya disebabkan adanya kecemburuan sosial antar individu, antar saudara, anak kepada orang tua, sesama teman, teman kerja, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi lain.

B.     Saran
    Semoga kasus diatas dapat menyadarkan kita semua agar tidak terpecah belah dengan kecemburuan sosial yang ada, namun justru menjadikannya sebagai anugerah yang dapat kita manfaatkan untuk saling tolong-menolong dan bahu-membahu terutama dalam proses menjadikan indonesia menjadi negara yang lebih maju dan besar.






DAFTAR PUSTAKA

Chandra,   Robby  I.  1992.  Konflik  dalam  hidup  sahari-hari. Yogyakarta:   Kanisius.
Chang,  William.  2001. “Dimensi etis konflik sosial”. Dalam  KOMPAS  Rabu  2   Februari 2001.
Lauer,   Robert  H.  1993.  Perspektif   tentang  Perubahan  Sosial  (terjemahan)  Edisi  kedua. Jakarta: Rineka Cipta. 
Markhamah. 2002. Etnik Cina. Surakarta : Muhammadiyah university Press
Wasino. 2008.Wong Jawa dan Wong Cina. Semarang: UNNES Press


No comments:

Post a Comment