Saturday, 5 November 2016

Kebutuhan Mobilitas



KEBUTUHAN MOBILITAS
Banyak kondisi patologi yang mempengaruhi kesejajaran dan mobilitas tubuh. Abnormalitas postur kongenital dapat mempengaruhi efisiensi sistem muskuloskeletal, serta kesejajaran, keseimbangan, dan penampilan tubuh. Sebelum melakukan tindakan yang berhubungan dengan mobilitas, perawat/bidan harus mengkaji  kekuatan otot, mobilitas sendi pasien, adanya paralisis atau paresis, hipotensi ortostatik, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran tingkat kenyamanan, dan kemampuan mengikuti instruksi.

PENGATURAN POSISI
Pemberian posisi yang tepat dan benar pada klien serta merubah posisi secara teratur dan sistemik merupakan aspek yang penting dalam pemenuhan kebutuhan mobilitas klien. Klien yang tidak mempunyai gangguan funsi gerak dapat merubah posisi sendiri tanpa kesulitan dan memberi rasa nyaman pada klien tersebut. Beberapa pasien kadang memerlukan bantuan yang minimal dari petugas kesehatan dalam merubah posisi.
Pada klien dengan kondisi lemah, paralisis, nyeri hebat dan gangguan kesadaran akan sangat membutuhkan bantuan untuk merubah posisi. Pemberian posisi secara reguler dapat bermanfaat untuk mencegah ketidaknyamanan otot, dekubitius, dan kontraktur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan pengaturan posisi adalah sebagai berikut:
ü  Kaji kulit dan lakukan perawatan kulit sebelum dan sesudah perubahan posisi
ü  Kaji kemampuan perawat/bidan untuk melakukan perubahan posisi
ü  Yakinkan tempat tidur telah disiapkan
ü  Yakinkan tempat tidu r sudah tertutup sprei yang bersih, rapi, dan kering
ü  Gunakan peralatan pendukung di area yang disesuaikan dengan posisi klien seperti bantal, matras anti dekubitus, papan tempat tidur, trochanter roll, chair bed, trapeze bar, dan pengaman tempat tidur
ü  Peralatan digunakan sesuai kebutuhan dan bertujuan untuk mempertahankan posisi yang benar dan mencegah stess otot dan sendi. Jjika pasien mampu bergerak, peralatan yang berlebihan untuk membatasi pergerakan/mobilitas dapat mengakibatkan kelemahan otot (atrofi)
ü  Perhatikan respon pasien setelah perubahan posisi
ü  Hindari penekanan pada daerah bony prominem, tekanan yang terus menerus akan merusak vena dan memudahkan terjadinya trombus. Tekanan pada daerah popliteal dapat merusak saraf dan pembuluh darah pada daerah tersebut.
Dalam merencanakan pengaturan dan perubahan posisi, dapat dibuat jadwal kegiatan perubahan posisi seperti di bawah ini:

Pk. 10.00 Lateral kiri
Pk. 12.00 Fowler
Pk.14.00 Lateral kanan
Pk. 16.00 Sims kiri
Pk. 18.00 Fowler
Pk. 20 00 Lateral kiri
Pk. 24.00 Sim’s kanan
Pk. 02.00 Lateral kiri
Pk. 04.00 Sim’s kiri
Pk. 06.00 Supinasi
Pk. 08.00 Fowler

Macam Pengaturan Posisi
1.       Posisi Supinasi/Terlentang
Posisi terlentang pada klien dengan bagian antar tubuh sejajar. Matras harus cukup kuat menyokong vertebra servikal, thorakal, dan lumbal. Penyokong kaki digunakan untuk mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran.
Tujuan
ü  Mempertahankan kenyamanan
ü  Mengurangi cedera pada sistem vertebra
2.       Posisi Pronasi/Telungkup
Klien berada dalam posisi telungkup adalah berbaring dengan wajah menghadap ke bawah. Bantal kepala harus cukup tipis untuk mempertahankan kesejajaran spinal lumbal. Posisi ini disebut juga posisi pronasi.
Tujuan
ü  Mempertahankan spinal lumbal
ü  Lutut menjadi fleksi dan relaks
3.       Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk. Pada posisi fowler, bagian kepala tempat tidur ditinggikan 45° sampai 60° dan lutut klien sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi di tungkai bawah. 

Tujuan
ü  Mempertahankan kenyamanan
ü  Memfasilitasi fungsi pernafasan
ü  Memberikan kesempatan bersosialisasi maupun istirahat
4.       Posisi Lateral/Miring
Pada posisi lateral/ miring klien bersandar ke samping dengan sebagian berat tubuh berada di pinggul dan bahu. Kesejajaran tubuh harus sama ketika berdiri.
Tujuan
ü  Untuk mempertahankan kenyamanan
ü  Untuk membantu mobilisasi klien yang immobil
ü  Posisi nyaman bagi wanita hamil tua
5.       Posisi Sim’s
Posisi sims hampir sama dengan posisi lateral, tetapi berbeda pada distribusi berat badan klien. Pada posisi sims berat badan berada pada tulang ileum anterior, humerus, dan klavikula.
Tujuan
ü  Memberikan kenyamanan
ü  Melakukan huknah
ü  Memberikan obat per anus (suppositoria)
ü  Melakukan pemeriksaan daerah anus
6.       Posisi Trendelenburg
Posisi ini menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki.
Tujuan:
ü  Melancarkan peredaran darah ke otak
7.       Posisi Dorsal Recumbent
Posisi dengan pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur.
Tujuan
ü  Perawatan daerah genitalia
ü  Pemeriksaan genitalia
ü  Posisi pada proses persalinan
8.       Posisi Litotomi
Pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan di tarik ke atas abdomen.
Tujuan
ü  Pemeriksaan alat genitalia
ü  Proses persalinan
ü  Pemasangan alat kontrasepsi
9.       Posisi Genu Pektoral (Knee Chest)
Pada posisi ini, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan
ü  Pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid.
ü  Bagi ibu hamil dengan janin posisi sungsang

No comments:

Post a Comment