BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian
integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan nasional harus
berwawasan kesehatan, yaitu yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai
dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan kesehatan masyarakat.tujuan
pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan prilaku dan dalam lingkungan yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan yang optimal diseluruh
wilayah Republik Indonesia.
Pembangunan kesehatan masyarakat
adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong
dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk
memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar
mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Pembangunan secara
umum diartikan sebagai upaya multimensi untuk mencapai kualitas
hidup seluruh penduduk yang lebih baik, sedangkan pembangunan
kesehatan dimaknakan sebagai proses terus menerus dan progresi
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Praktik kebidanan komunitas
merupakan bagian kesatuan dari desa binaan, yang mana mahasiswa diharapkan
mampu untuk melaksanakan praktik kebidanan secara komprehensif dengan
memperhatikan budaya setempat yang dikemas dalam tatanan di komunitas dengan
pendekatan manajemen kebidanan di dasari oleh konsep, ketrampilan dan sikap
profesional bidan dalam asuhan kebidanan di komunitas.
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan‚
memberdayakan‚ dan membangun kemandirian masyarakat di bidang kesehatan di RW
II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di RW
II.
b. Mengimplementasikan proses pendekatan masyarakat
melalui pendekatan yang sistematis mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.
c. Menginformasikan hasil pelaksanaan kepada
masyarakat.
d. Merekomendasikan atau melaksanakan program
lanjutan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kebidanan Komunitas
1. Konsep dasar
Konsep
adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan
berasal dari kata dari “bidan” yang menururt kesepakatan WHO,ICM dan IFGO pada
tahun 1993 mengatakan bahwa : bidan adalah seorang yang telah mengikuti
pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan
pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan
praktik kebidanan.
Komunitas
adalah kelompok sosial yang ditentukan dengan batas-batas wilayah,nilai-nilai
keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan berintereksi
antara anggota satu dengan yang lainnya.(WHO, 1974)
Bidan
komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat diwilayah
kerja tertentu.( Ratna Dewi, 2011)
Kelompok komunitas terkecil adalah
keluarga individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas.Oleh
karena itu, bidan tidak memandang pasiennya dari sudut biologis.Akan tetapi
juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi dan lingkungan disekelilingnya.
Pelayanan
kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap
masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarga dan
masyarakat. Hubungan bidan dengan ibu dan anak balita cukup erat. Tugas bidan
terutama adalah menolong ibu dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu sesuai
fungsinya dalam keluarga lebih banyak memperhatikan masalah sosial keluarga
termasuk kesehatan, sehingga ibu yang banyak memperhatikan kesehatan keluarga
akan menghindari keluarga dari masalah kesehatan
Peningkatan
kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga sehat dan meningkatkan
kualitas sumber daya masyarakat. Masalah kesehtan dapat timbul pada siapa saja
baik keluarga miskin atau kaya. Faktor lain yang sangat penting mempengaruhi
kesehatan keluarga adalah lingkungan. Keadaaan lingkungan yang tidak sehat
seperti daerah kumuh cepat timbul masalah kesehatan, perilaku keluarga terhadap
kesehatan juga mempengaruhi kehidupan mereka. Perilku ini erat hubungannya
dengan adat budaya.( Ambarwati, 2011)
2. Manajemen Kebidanan Komunitas
Strategi
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya kesehatan, meningkatan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah,
mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan, mengembangkan berbagai
bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya
masyarakat setempat dan mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki
masyarakat secara terbuka( transparan).
Penggerakan
dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat
dibidang kesehatan dengan demikian pergerakan dan pemberdayaan masyarakat
merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian
masyarakat dibidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat
mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dilingkungannya, kemudain
merencanakan dan melakukan cara pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar.
Pembinaan
peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan
dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui
model persuasif dan dan tidak memerintah, untuk meningatkan pengetahuan, sikap,
perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalan menentukan,
merencanakan, memecahkan masalah. Pembianaan lokal merupakan serangkaian
langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan potensi yang mereka miliki
termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan
hidup di masyarakat.(Ambarwati, 2011).
B.
Teori Kesehatan Masyarakat
1. Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi
status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
a)
Lingkungan
Lingkungan memiliki
pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan
keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga
kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim,
perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil
interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
b)
Perilaku
Perilaku merupakan
faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau
tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat
tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi
oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial
ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
c)
Pelayanan
kesehatan
Pelayanan kesehatan
merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena
keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan
kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta
kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan
fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang
kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi
masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program
pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
memerlukan.
d)
Keturunan
Keturunan (genetik)
merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir,
misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma
bronehial.
2.
Menurut Teori Lawrence Green
Lawrence Green mencoba
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya
perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
a. Faktor predisposisi (Predisposing factor)
Faktor ini mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang
di anut masayarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka
sering disebut faktor pemudah.
b. Faktor pemungkin (Enambling factor)
Faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,
misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan bergizi,dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan
seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,
dokter atau bidan praktik swasta. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan
sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut
faktor pendukung atau faktor pemungkin.
c. Faktor penguat (Reinforcing factor)
Faktor ini meliputi faktor
sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan
perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini UU,
peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait
dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja melainkan di
perlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para
petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu UU juga diperlukan
untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoadmodjo, 2007).
C.
Konsep PKMD
Pembangunan
kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan
atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam
memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang
lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Kelestarian PKMD
akan lebih terjamin bila fasilitas yang disediakan dari swadaya masyarakat
melalui potensi dan sumberdaya yang ada dimasyarakat yang dapat digali dan
dimanfaatkan. Bila masyarakat tidak memilikinya barulah para penyelenggara
pembinaan PKMD berusaha untuk memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Dengan ketentuan tidak menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat.
Kegiatan
masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan kesehatan secara
langsung. Ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan
saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara tidak
langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan. Karena kegiatan PKMD merupakan
bagian integral dari pembangunan desa, sedangkan wadah partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa adalah LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), maka
dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD. Pembangunan PKMD yang
bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian dari tugas Tim
Pembina LKMD.
Mikkelsen dalam
Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses
perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan
sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara
kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan
sikap dan perilaku tersebut.
BAB III
ANALISA
DAN PENYAJIAN DATA
A. DATA KUANTITATIF
1.
Data Kependudukan
1.1
Data Jumlah Penduduk
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas data penduduk di RW II yang kami data sebanyak 267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5
tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa,
36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
1.2 Data Pekerjaan Laki-laki
Berdasarkan
diagram diatas diketahui jumlah penduduk laki-laki di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak
137 orang. Penduduk laki-laki yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai
swasta 38 orang (28%), wiraswasta 24 orang (17%), petani tidak ada (0%),
pedagang 4 orang (3%), buruh 9 orang (6 %), ABRI tidak ada (0%), pensiunan 1
orang (1%), pamong 3 orang (2%), dan tidak bekerja 57 orang (42%).
1.3 Data Pekerjaan Perempuan
Berdasarkan
diagram diatas diketahui jumlah penduduk perempuan di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 130 orang. Penduduk perempuan yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai
swasta 21 orang (16%), wiraswasta 5 orang (4%), petani tidak ada (0%), pedagang
5 orang (4%), buruh 7 orang (5%), pensiunan tidak ada (0%), pamong tidak ada
(0%), dan tidak bekerja 91 orang (70%).
1.4 Data Ventilasi Rumah Penduduk
Berdasarkan
diagram di atas diketahui bahwa ventilasi yang cukup sebanyak 85 rumah (100%), dan yang kurang tidak ada (0%).
1.5 Data Kualitas Air yang digunakan Penduduk
Berdasarkan
diagram di atas diketahui bahwa kualitas air yang digunakan di RW II Desa Blaru yaitu air yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa sebanyak 85 rumah (100%) dan air yang berbau, berwarna dan berasa tidak ada (0%).
2.
Diagram Demografi
2.1 Data Jumlah Ibu Hamil
Berdasarkan diagram
diatas menunjukkan ada 2 ibu
hamil di RW II Desa Blaru terdiri dari 1 ibu hamil di RT 7 (50%) dan 1 Ibu hamil di RT 8 (50%).
2.2 Data Ibu Hamil Resiko Tinggi
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa dari 2 ibu hamil di RW II Desa
Blaru terdapat 1 (50%) ibu hamil resiko tinggi yaitu ibu hamil dengan usia < 20 tahun yang terdapat di RT 8.
2.3 Data Ibu Nifas
Berdasarkan
diagram diatas jumlah ibu nifas di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati tidak ada.
2.4
Data Neonatus, Bayi dan Balita
Berdasarkan
diagram diatas diketahui jumlah Neonatus di RW II tidak ada (0%), jumlah bayi sebanyak 2 bayi (10%), dan
jumlah balita sebanyak 19 balita (90%).
2.5
Data Kunjungan Posyandu
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa di RW II Desa Blaru sebanyak 2
bayi dan 19 balita rutin melakukan kunjungan posyandu setiap 1 bulan sekali.
2.6
Data Masalah Kesehatan Pada
Balita
Berdasarkan diagram di atas masalah kesehatan
yang dialami balita terdapat 1 balita menderita Muntaber (5%) dan 18 balita dalam kondisi sehat (95%).
2.7
Data Remaja
Berdasarkan
diagram diatas, di RW II Desa Blaru Kecamatan
Pati Kabupaten Pati terdapat 24 remaja yang terdiri dari 11 remaja perempuan (46%) dan 13 remaja laki- laki (54%).
2.8
Data Kesehatan Reproduksi
Remaja Perempuan
Berdasarkan
diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 11 remaja perempuan yang ada di RW II Desa Blaru tidak terdapat remaja yang mempunyai keluhan saat sedang menstruasi.
2.9
Data PUS
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa terdapat 30 pasangan usia subur
di RW II Desa Blaru yang terdiri dari 10 PUS di RT 5 (33%), 8 PUS di RT 6 (27%),
5 PUS di RT 7 (17%), 7 PUS di RT 8 (23%).
2.10
Data Menopause
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa jumlah Menopouse di RW II Desa Blaru sebanyak 22 menopouse
yang terdiri dari 5 menopause di RT
5 (23%), 4 menopause di RT 6 (18%), 6 Menopause di RT 7 (27%), 7 menopause di
RT 8 (23%).
2.11
Data Lansia
Berdasarkan diagram diatas jumlah
lansia di RW II sebanyak 20 lansia. Lansia yang berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan
lansia umur 65-70 tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8
orang (40%).
2.12
Masalah Kesehatan Pada Lansia
Berdasarkan
diagram diatas,
masalah kesehatan yang
dialami lansia terdiri dari Hipertensi
sebanyak 5 orang (25%), Diabetes Mellitus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%),
Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang (50%).
B.
DATA KUALITATIF
1.
Lansia
a. Hipertensi
1.) Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada
lansia di RW II didapatkan data 5 orang
yang menderita penyakit
Hipertensi. Rata-rata menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang
baik untuk Hipertensi.
2.) Sikap
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada lansia
rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita
Hipertensi ingin mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik untuk
kesehatan.
3.) Perilaku
Perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari
kurangnya kesadaran diri untuk memeriksakan atau sekedar melakukan pengecekan
tekanan darah ke tenaga kesehatan secara rutin, serta jarangnya melakukan
olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi.
4.) Genetik
Dua dari 5 orang yang menderita Hipertensi mengatakan bahwa sudah
memiliki riyawat Hipertensi dari keluarga.
b. Diabetes Mellitus
1.) Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada
lansia di RW II didapatkan data 2 orang
yang menderita penyakit Diabetes
Mellitus. Rata- rata menggambarkan
pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman lansia tentang penyakit Diabetes Mellitus.
2.) Sikap
Dari
hasil wawancara yang dilakukan pada lansia rata-rata menggambarkan sikap lansia
sudah baik, karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus ingin mengokonsumsi
makanan yang rendah gula dan baik untuk kesehatan.
3.) Perilaku
Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena
dilihat dari jarangnya melakukan olahraga untuk kebugaran tubuh yang dapat
menstabilkan kadar gula dalam tubuh, dan tidak adanya kesadaran diri untuk
memeriksakan atau melakukan pengecekan kadar gula secara rutin.
4.) Genetik
Satu dari 2 orang yang menderita Diabetes Melitus mengatakan bahwa sudah
memiliki riyawat penyakit Diabetes Mellitus dari keluarga.
2.
Balita
Muntaber
a.
Pengetahuan
Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan pada keluarga Balita di RW II didapatkan data 1 balita yang
menderita penyakit muntaber. Rata-rata keluarga kurang memahami tentang penyakit
muntaber.
b.
Perilaku
Dari
hasil wawancara yang dilakukan pada orang tua balita rata-rata menggambarkan
perilaku orang tua balita sudah baik, karena orang tua rajin membawa balitanya
ke posyandu dan sudah mengimunisasikan anaknya secara lengkap.
3.
Ibu Hamil
Ibu Hamil dengan Faktor Resiko
a. Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan pada 2
ibu hamil di RW II didapatkan
data 1 ibu hamil dengan
faktor resiko umur < 20 tahun dan kurang
paham tentang faktor resiko
pada kehamilan.
b. Perilaku
Berdasarkan hasil wawancara perilaku ibu
hamil sudah baik dilihat
dari ibu hamil dengan faktor resiko rajin
melakukan ANC. Sehingga dengan perilaku tersebut
mungkin dapat mengurangi terjadinya
penyulit selama kehamilan.
C.
ANALISA DATA
Data
|
Masalah
Kesehatan
|
1.
Jumlah penduduk di RW II Desa Blaru sebanyak 267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19
jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50
tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
2.
Jumlah penduduk laki-laki di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 137 orang. Penduduk laki-laki yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai
swasta 38 orang (28%), wiraswasta 24 orang (17%), petani tidak ada (0%), pedagang
4 orang (3%), buruh 9 orang (6 %), ABRI tidak ada (0%), pensiunan 1 orang
(1%), pamong 3 orang (2%), dan tidak bekerja 57 orang (42%).
3.
Jumlah penduduk perempuan di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 130 orang. Penduduk perempuan yang bekerja
sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai swasta 21 orang (16%),
wiraswasta 5 orang (4%), petani tidak ada (0%), pedagang 5 orang (4%), buruh
7 orang (5%), pensiunan tidak ada (0%), pamong tidak ada (0%), dan tidak
bekerja 91 orang (70%).
4.
Ventilasi yang cukup sebanyak 85 rumah (100%), dan yang kurang tidak ada (0%).
5.
Kualitas air yang digunakan di RW II Desa Blaru yaitu air yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa
sebanyak 85 rumah (100%) dan air yang berbau, berwarna dan berasa tidak ada (0%).
6.
Ada 2 ibu hamil di RW II Desa Blaru terdiri dari 1 ibu hamil di RT 7 (50%) dan 1 Ibu hamil di RT 8 (50%).
7.
Di RW II Desa Blaru
terdapat 1 (50%) ibu hamil resiko tinggi yaitu ibu hamil dengan usia < 20 tahun yang terdapat di RT 8.
8.
Jumlah ibu nifas di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati tidak ada.
9.
Jumlah Neonatus di RW II tidak ada (0%), jumlah bayi sebanyak 2 bayi (10%), dan jumlah balita sebanyak 19 balita (90%).
10. Di RW II Desa Blaru sebanyak 2
bayi dan 19 balita rutin melakukan kunjungan posyandu setiap 1 bulan sekali.
11. Masalah kesehatan yang dialami balita terdapat 1
balita menderita Muntaber (5%) dan 18 balita dalam kondisi sehat (95%).
12. Terdapat 24 remaja yang terdiri dari 11 remaja perempuan (46%) dan 13 remaja laki- laki (54%).
13. Dari 11 remaja perempuan yang ada di
RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati, tidak terdapat remaja yang mempunyai keluhan saat
sedang menstruasi.
14. Terdapat 30 pasangan usia
subur di RW II Desa Blaru yang terdiri dari 10 PUS di RT 5 (33%), 8 PUS di RT
6 (27%), 5 PUS di RT 7 (17%), 7 PUS di RT 8 (23%).
15. Jumlah Menopouse di RW II Desa Blaru sebanyak 22 menopouse
yang terdiri dari 5 menopause di
RT 5 (23%), 4 menopause di RT 6 (18%), 6 Menopause di RT 7 (27%), 7 menopause
di RT 8 (23%).
16. Jumlah lansia di RW II
sebanyak 20 lansia. Lansia yang berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan
lansia umur 65-70 tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak
8 orang (40%).
17. Masalah kesehatan yang dialami lansia terdiri
dari Hipertensi sebanyak 5 orang
(25%), Diabetes Mellitus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%),
Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang
(50%).
18. Rata-rata lansia yang menderita hipertensi
menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk
Hipertensi.
19. Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan
penderita Hipertensi ingin mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik
untuk kesehatan.
20. Lansia dengan hipertensi jarang melakukan
pengecekan tekanan darah ke tenaga kesehatan, serta jarangnya melakukan
olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi.
21. Dua lansia yang menderita Hipertensi mengatakan
bahwa sudah memiliki riwayat Hipertensi dari keluarga.
22. Rata- rata lansia yang menderita Diabetes
Mellitus menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya
pemahaman lansia tentang penyakit
Diabetes Mellitus.
23. Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan
penderita Diabetes Melitus ingin mengkonsumsi makanan yang rendah gula dan
baik untuk kesehatan.
24. Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena
dilihat dari lansia yang menderita Diabetes mellitus jarang melakukan olahraga
25. Lansia penderita Diabetes Melitus tidak
melakukan pengecekan kadar gula secara rutin.
26. Satu lansia penderita Diabetes Mellitus
mengatakan dalam kelurga memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus
27. Rata-rata keluarga balita kurang memahami
tentang penyakit muntaber.
28. Rata-rata perilaku orang tua balita sudah baik,
karena orang tua rajin membawa balitanya ke posyandu dan sudah
mengimunisasikan anaknya secara lengkap.
29. Perilaku ibu hamil sudah baik dilihat
dari ibu hamil dengan faktor resiko rutin melakukan ANC
|
1.
Resiko meningkatnya Hipertensi di
kalangan lansia di RW II Desa Blaru
Kecamatan Pati Kabupaten Pati.
2.
Resiko meningkatnya Diabetes Mellitus di
kalangan lansia di RW II Desa Blaru
Kecamatan Pati Kabupaten Pati.
3.
Resiko meningkatnya Muntaber di
kalangan Balita di RW II Desa Blaru,
Kecamatan Pati, Kabupaten Pati.
4.
Resiko terjadinya
penyulit selama kehamilan dengan adanya kehamilan dengan faktor resiko umur < 20 tahun.
|
Skala Prioritas Masalah
a. Hipertensi pada Lansia
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat
= 3
c. Krisis = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
Hipertensi dapat
menyebabkan ancaman kesehatan
|
2
|
Kemungkinan masalah
dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Tidak Dapat =0
|
1/2x2
|
1
|
Kondisi hipertensi
dapat diubah dengan pola makan
|
3
|
Potensi masalah untuk
dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
Hipertensi dapat di cegah dengan mengatur pola makan
|
4
|
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus
ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak
perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak
dirasakan=0
|
2/2x1
|
1
|
Hipertensi harus segera di tangani agar tekanan darah
dapat stabil
|
Jumlah skor
|
3 1/3
|
b. Diabetes Mellitus pada Lansia
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat
= 3
c. Krisis = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
DM masuk dalam situasi
ancaman kesehatan
|
2
|
Kemungkinan masalah
dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Tidak Dapat =0
|
1/2x2
|
1
|
Kondisi diabetus
millitus hanya sebagian dapat di ubah dengan pola makan
|
3
|
Potensi masalah untuk dapat
dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
DM dapat di cegah
dengan mengatur pola makan
|
4
|
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus
ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak
perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak
dirasakan=0
|
2/2x1
|
1
|
DM harus segera di
tangani agar kadar gulanya dapat stabil
|
Jumlah skor
|
3 1/3
|
1.
Resiko tinggi terjadinya komplikasi Hipertensi
2.
Resiko peningkatan penderita Diabetes mellitus
c.
Muntaber Pada Balita
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat
= 3
c. Krisis = 1
|
3/3x1
|
1
|
Muntaber merupakan
penyakit yang berbahaya untuk balita
|
2
|
Kemungkinan masalah
dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Tidak Dapat =0
|
1/2x2
|
1
|
Muntaber dapat diubah
dengan menerapkan PHBS
|
3
|
Potensi masalah untuk
dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
Muntaber dapat di cegah dengan mengatur perilaku
hidup sehat
|
4
|
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar
tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak
perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak
dirasakan=0
|
2/2x1
|
1
|
Muntaber harus segera
di tangani agar tidak terjadi dehidrasi
|
Jumlah skor
|
3 2/3
|
Resiko meningkatnya penderita muntaber pada
Balita
d.
Kehamilan dengan
faktor resiko
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1.
|
Sifat masalah
a. Ancaman
kesehatan=2
b. Tidak / kurang sehat=
3
c. Krisis=1
|
2/3x1
|
2/3
|
Kehamilan dengan
faktor resiko termasuk dalam ancaman kesehatan
|
2.
|
Kemungkinan masalah
dapat diubah
a. Dengan
mudah= 2
b. Hanya
sebagian= 1
c. Tidak Dapat = 0
|
1/2x2
|
1
|
Kehamilan dengan
faktor resiko hanya sebagian dapat diubah dengan perawatan kehamilan.
|
3.
|
Potensi masalah untuk
diubah
a. Tinggi=
3
b. Cukup=
2
c. Rendah=
1
|
2/3x1
|
2/3
|
Komplikasi/ masalah
akibat kehamilan dengan resiko dapat dicegah dengan perawatan kehamilan.
|
4.
|
Penonjolan masalah
a. Masalah
ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat= 2
b. Masalah
yang tidak perlu segera ditangani= 1
c. Masalah
tidak dirasakan= 0
|
2/2x1
|
1
|
Kehamilan dengan
faktor resiko harus segera ditangani agar tidak mengarah ke komplikasi
|
Jumlah skor
|
3 1/3
|
D. PLANING OF ACTION
No
|
Data
|
Masalah
Kesehatan
|
Tujuan
|
Rencana
|
Waktu/
tempat
|
Metode
|
Sasaran
|
Sumber
Dana
|
PJ
|
Pelaksanaan
|
1.
|
1.
Jumlah penduduk di RW II Desa Blaru sebanyak 267
jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12
tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa,
dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
2.
Jumlah penduduk laki-laki di RW II Desa Blaru
Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 137 orang. Penduduk laki-laki yang
bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai swasta 38 orang
(28%), wiraswasta 24 orang (17%), petani tidak ada (0%), pedagang 4 orang
(3%), buruh 9 orang (6 %), ABRI tidak ada (0%), pensiunan 1 orang (1%),
pamong 3 orang (2%), dan tidak bekerja 57 orang (42%).
3.
Jumlah penduduk perempuan di RW II Desa Blaru
Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 130 orang. Penduduk perempuan yang
bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai swasta 21 orang
(16%), wiraswasta 5 orang (4%), petani tidak ada (0%), pedagang 5 orang (4%),
buruh 7 orang (5%), pensiunan tidak ada (0%), pamong tidak ada (0%), dan
tidak bekerja 91 orang (70%).
4.
Ventilasi yang cukup sebanyak 85 rumah (100%), dan
yang kurang tidak ada (0%).
5.
Kualitas air yang digunakan di RW II Desa Blaru
yaitu air yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa sebanyak 85
rumah (100%) dan air yang berbau, berwarna dan berasa tidak ada (0%).
6.
Ada 2 ibu
hamil di RW II Desa Blaru terdiri dari 1 ibu hamil di RT 7 (50%) dan 1 Ibu
hamil di RT 8 (50%).
7.
Di RW II
Desa Blaru terdapat 1 (50%) ibu hamil resiko tinggi yaitu ibu hamil dengan
usia < 20 tahun yang terdapat di RT
8.
8.
Jumlah ibu nifas di RW II Desa Blaru Kecamatan
Pati Kabupaten Pati tidak ada.
9.
Jumlah Neonatus di RW II tidak ada (0%), jumlah
bayi sebanyak 2 bayi (10%), dan jumlah balita sebanyak 19 balita (90%).
10.
Di RW II
Desa Blaru sebanyak 2 bayi dan 19 balita rutin melakukan kunjungan posyandu
setiap 1 bulan sekali.
11.
Masalah kesehatan yang dialami balita terdapat 1
balita menderita Muntaber (5%) dan 18 balita dalam kondisi sehat (95%).
12.
Terdapat 24 remaja yang terdiri dari 11 remaja
perempuan (46%) dan 13 remaja laki- laki (54%).
13.
Dari 11 remaja perempuan yang ada di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati
Kabupaten Pati, tidak terdapat remaja yang mempunyai keluhan saat sedang
menstruasi.
14.
Terdapat 30 pasangan
usia subur di RW II Desa Blaru yang terdiri dari 10 PUS di RT 5 (33%), 8 PUS
di RT 6 (27%), 5 PUS di RT 7 (17%), 7 PUS di RT 8 (23%).
15.
Jumlah
Menopouse di RW II Desa Blaru sebanyak 22 menopouse yang terdiri dari 5 menopause di RT 5 (23%), 4 menopause di RT 6 (18%), 6
Menopause di RT 7 (27%), 7 menopause di RT 8 (23%).
16.
Jumlah lansia di RW II
sebanyak 20 lansia. Lansia
yang berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan lansia umur 65-70
tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8 orang (40%).
17.
Masalah kesehatan yang dialami lansia terdiri dari
Hipertensi sebanyak 5 orang (25%),
Diabetes Mellitus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%),
Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang
(50%).
18.
Rata-rata lansia yang menderita hipertensi
menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk
Hipertensi.
19.
Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan
penderita Hipertensi ingin mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik
untuk kesehatan.
20.
Lansia dengan hipertensi jarang melakukan
pengecekan tekanan darah ke tenaga kesehatan, serta jarangnya melakukan
olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi.
21.
Dua lansia yang menderita Hipertensi mengatakan
bahwa sudah memiliki riwayat Hipertensi dari keluarga.
22.
Rata- rata lansia yang menderita Diabetes Mellitus
menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman lansia tentang penyakit Diabetes Mellitus.
23.
Rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik,
karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus ingin mengkonsumsi makanan yang
rendah gula dan baik untuk kesehatan.
24.
Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena
dilihat dari lansia yang menderita Diabetes mellitus jarang melakukan olahraga
25.
Lansia penderita Diabetes Melitus tidak melakukan
pengecekan kadar gula secara rutin.
26.
Satu lansia penderita Diabetes Mellitus mengatakan
dalam kelurga memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus
27.
Rata-rata keluarga balita kurang memahami tentang
penyakit muntaber.
28.
Rata-rata perilaku orang tua balita sudah baik, karena
orang tua rajin membawa balitanya ke posyandu dan sudah mengimunisasikan
anaknya secara lengkap.
29.
Perilaku ibu hamil sudah baik dilihat dari ibu
hamil dengan faktor resiko rutin melakukan ANC
|
1. Resiko terjadinya peningkatan penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus yang diderita oleh
lansia.
2. Resiko peningkatan penyakit Muntaber pada balita
3. Resiko
terjadinya penyulit selama kehamilan dengan adanya kehamilan dengan faktor resiko
umur < 20 tahun
|
1. Setelah dilakukan program kegiatan diharapkan
terpeliharanya status kesehatan secara optimal pada lansia diwilayah RW II
Desa Blaru.
2. Setelah dilakukan program kegiatan diharapkan
terpeliharanya status kesehatan secara optimal balita diwilayah RW II Desa
Blaru.
3. Setelah
dilakukan progam kegiatan diharapkan status kesehatan ibu hamil dalam batas
normal
|
a)Dilakukan
program kegiatan yaitu :
1. Melakukan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi dan
Diabetes Mellitus pada lansia
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan dasar yaitu penimbangan BB, pemeriksaan
tekanan darah dan pemeriksaan gula darah.
b)Dilakukan
program kegiatan yaitu :
1. Melakukan Penimbangan BB dan pemberian makanan
tambahan
2. Melakukan penyuluhan tentang penyakit muntaber
c)Dilakukan program kegiatan yaitu:
Melaksanakan kegiatan kelas ibu hamil
|
Sabtu, 19 Desember 2015 di RW II
Sabtu, 19 Desember 2015 di RW II
|
Ceramah
|
Lansia di RW II Desa Blaru
Balita di RW II Desa Blaru
Ibu Hamil di RW II Desa Blaru
|
Swadana
|
1. Kepala
Desa, Desa Blaru
2. Ketua
RW II Desa Blaru
3. Ketua
RT 05, Ketua RT 06, ketua RT 07 dan ketua RT 08 Desa Blaru
4. Mahasiswa
kelompok II
|
Kelompok II
|
BAB IV
HASIL
KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pendataan di RW II Desa Blaru diketahui jumlah penduduk yang kami data
sebanyak 267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19
jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun
63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 137
jiwa dan penduduk perempuan 130 jiwa. Rata-rata ventilasi rumah penduduk cukup
dan kualitas air yang digunakan tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
Jumlah
ibu hamil di RW II Desa
Blaru sebanyak 2 orang yang terdapat di
RT 7 dan RT 8. Terdapat 1 ibu hamil (50%) yang memiliki faktor resiko kehamilan dengan umur <
20 tahun. Dari
hasil wawancara 2 ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilan / ANC secara rutin. Selain itu, di
RW II tidak terdapat ibu nifas. Jumlah Neonatus di RW II tidak ada (0%), jumlah
bayi sebanyak 2 bayi (10%), dan jumlah balita sebanyak 19 balita (90%). Dari
hasil wawancara, bayi dan balita sudah rutin datang ke posyandu setiap 1 bulan
sekali. Dari 19 balita terdapat satu balita yang terkena muntaber dan rata-rata
orang tua kurang paham dengan penyakit muntaber.
Jumlah
Remaja di RW II Desa Blaru sebanyak 24 remaja yang terdiri dari 13 laki-laki
dan 11 perempuan. Dari hasil wawancara, tidak terdapat remaja perempuan yang
mengalami keluhan saat menstruasi. Selain itu, terdapat 30 pasangan usia subur di RW II Desa Blaru yang terdiri dari 10
PUS di RT 5 (33%), 8 PUS di RT 6 (27%), 5 PUS di RT 7 (17%), 7 PUS di RT 8
(23%). Dari hasil wawancara PUS tidak mengalami keluhan. Jumlah Menopouse di RW
II Desa Blaru sebanyak 22 menopouse yang terdiri dari 5 menopause di RT 5
(23%), 4 menopause di RT 6 (18%), 6 Menopause di RT 7 (27%), 7 menopause di RT
8 (23%). Dari hasil wawancara, Menopause tidak mengalami keluhan.
Jumlah lansia di RW II sebanyak 20 lansia. Lansia
yang berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan lansia umur 65-70
tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8 orang (40%).
Masalah kesehatan yang dialami lansia terdiri dari Hipertensi sebanyak 5 orang (25%), Diabetes Mellitus
sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%), Osteoporosis 1 orang
(5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang (50%). Rata-rata lansia yang menderita hipertensi
menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk
Hipertensi.
Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Hipertensi ingin
mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik untuk kesehatan. Perilaku
lansia kurang baik karena lansia dengan hipertensi jarang melakukan pengecekan
tekanan darah ke tenaga kesehatan, serta jarangnya melakukan olahraga yang bisa
mencegah komplikasi hipertensi. Selain itu, rata-rata lansia
yang menderita Diabetes Mellitus menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat
dari kurangnya pemahaman lansia tentang
penyakit Diabetes Mellitus. Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus
ingin mengkonsumsi makanan yang rendah gula dan baik untuk kesehatan. Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena
dilihat dari lansia yang menderita Diabetes mellitus jarang melakukan olahraga. Selain itu, lansia penderita Diabetes Melitus tidak melakukan
pengecekan kadar gula secara rutin.
Berdasarkan data
diatas prioritas tertinggi adalah lansia,
balita dan ibu hamil. Untuk itu direncanakan sebuah program
dengan harapan terpeliharanya status kesehatan pada lansia, balita, dan ibu hamil
di wilayah RW II Desa Blaru. Kegiatan
tersebut meliputi penyuluhan
kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita serta kelas ibu
hamil. Namun karena keterbatasan waktu serta dengan pertimbangan jumlah ibu
hamil hanya dua orang sehingga kelas ibu hamil tidak diadakan, namun pada ibu
hamil dengan resiko tinggi akan dimasukkan dalam asuhan keluarga resti salah
satu anggota kelompok kami. Jadi, Kegiatan yang kami adakan hanya Penyuluhan
Kesehatan dan Pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita. Sebelum
kegiatan tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu kami adakan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) pada tanggal 18 Desember 2015 di Rumah ketua RT 8.
Dari
hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) yang difasilitasi kelompok kami,
disepakati untuk dilakukan kegiatan antara lain:
1.
Penyuluhan tentang
Hipertensi
2.
Penyuluhan tentang
Diabetes Mellitus
3.
Penyuluhan tentang
Muntaber
4.
Pelayanan kesehatan
dasar pada balita berupa penimbangan berat badan dan pemberian makanan tambahan
5.
Pelayanan kesehatan
dasar pada lansia berupa penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah dan
pengecekan gula darah
Para
tokoh masyarakat di RW II menyetujui kegiatan penyuluhan dan pelayanan
kesehatan dasar pada lansia dan balita dilaksanakan pada 19 Desember 2015 jam
14.00 WIB.
Pada tanggal 19 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT 7, telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan
dasar pada lansia
dan balita
sebagai berikut:
1.
Penyuluhan
Kesehatan
Pada tanggal 19 Desember pukul 14.00 sampai
selesai di rumah Ketua RT VII, telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan
pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita. Kegiatan ini dihadiri oleh 22
Lansia dan 13 Balita.
Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan ini yang
menjadi kendala adalah dalam menyampaikan materi penyaji merasa gugup
sehingga penyampaian materi kurang maksimal dan tempat pelaksanaan
kegiatan yang sempit dan terbuka, lansia dan ibu balita menjadi kurang
memperhatikan materi penyuluhan yang disampaikan, disamping itu banyaknya orang
yang tidak bersangkutan ikut serta dalam kegiatan sehingga menimbulkan gaduh
selama kegiatan penyuluhan berlangsung.
2. Pelayanan Kesehatan Dasar
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan
dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan dasar pada balita berupa penimbangan
berat badan dan pemberian makanan tambahan serta pada lansia berupa penimbangan
berat badan, pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah. Dari
hasil pemeriksaan ada lansia yang kadar gula darahnya melebihi normal‚ dan ada yang tekanan darahnya tinggi.
Kendala kegiatan ini adalah
alat pemeriksaan yang kurang memadai karena persediaan alat yang terbatas
sehingga lansia harus mengantri lama untuk menunggu gilirannya diperiksa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembangunan kesehatan masyarakat
adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong
dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk
memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar
mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Pelayanan
kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap
masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarga dan
masyarakat.
Pembinaan
peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang
berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat melalui model persuasif dan dan tidak memerintah, untuk meningatkan
pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalan
menentukan, merencanakan, memecahkan masalah.
Berdasarkan hasil
pendataan di RW II Desa Blaru diketahui jumlah penduduk yang kami data sebanyak
267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12
tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa,
dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
Berdasarkan hasil pendataan, prioritas
tertinggi adalah lansia, balita dan
ibu hamil. Untuk itu telah rencanakan sebuah program
dengan harapan terpeliharanya status kesehatan pada lansia, balita, dan ibu hamil
di wilayah RW II Desa Blaru. Kegiatan
tersebut meliputi Penyuluhan
kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita serta kelas ibu
hamil. Namun karena keterbatasan waktu serta dengan pertimbangan jumlah ibu
hamil hanya dua orang sehingga kelas ibu hamil tidak diadakan, namun pada ibu
hamil dengan resiko tinggi akan dimasukkan dalam asuhan keluarga resti salah
satu anggota kelompok kami. Jadi, Kegiatan yang kami adakan hanya Penyuluhan
Kesehatan dan Pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita. Sebelum
kegiatan tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu kami adakan MMD pada tanggal 18
Desember 2015 di Rumah ketua RT 8. Dari hasil MMD, Para tokoh masyarakat di RW
II menyetujui kegiatan penyuluhan dan pelayanan kesehatan pada lansia dan
balita dilaksanakan pada 19 Desember 2015 jam 14.00 WIB.
Pada
tanggal 19 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT 7, telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan
dasar pada lansia
dan balita. Kegiatan ini dihadiri oleh 22
Lansia dan 13 Balita.
Dalam
pelaksanaan
penyuluhan kesehatan ini yang menjadi kendala adalah dalam menyampaikan materi penyaji
merasa gugup sehingga penyampaian
materi kurang maksimal dan tempat
pelaksanaan kegiatan yang sempit dan terbuka, lansia dan ibu balita menjadi
kurang memperhatikan materi penyuluhan yang disampaikan, disamping itu
banyaknya orang yang tidak bersangkutan ikut serta dalam kegiatan sehingga
menimbulkan gaduh selama kegiatan penyuluhan berlangsung.
Setelah
dilakukan penyuluhan kesehatan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan dasar
pada balita berupa penimbangan berat badan dan pemberian makanan tambahan serta
pada lansia berupa penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, dan
pengecekan gula darah. Dari hasil pemeriksaan ada lansia yang kadar gula
darahnya melebihi normal‚ dan ada yang
tekanan darahnya tinggi.
Kendala dalam kegiatan ini adalah alat pemeriksaan yang kurang memadai
karena persediaan alat yang terbatas sehingga lansia harus mengantri lama untuk
menunggu gilirannya diperiksa.
B. Saran
a. Dalam Kegiatan penyuluhan terdapat kendala, untuk
selanjutnya sebaiknya penyaji lebih menguasai materi dan mempersiapkan diri
sehingga tidak terlihat gugup dan kegiatan dilaksanakan di tempat yang lebih
luas dan tertutup sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan kondusif.
b. Dalam kegiatan pelayanan kesehatan dasar masih terdapat kendala untuk selanjutnya
apabila mengadakan kegiatan serupa lebih diperhatikan untuk kelengkapan dan
ketersediaan alat-alat dalam melakukan pemeriksaan.
Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.
Jakarta: EGC.
DAFTAR PUSTAKA
Bandiah‚Siti. 2009. Lanjut Usia Dan Perawatan Gerontik. Yogjalarta:Nuha Medika.
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Prasetyani‚Eka. 2011. Ilmu KesehatanMasyarakat.Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Sudarti dan Endang khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yantini.2010. Kiat
Sehat Saat Lansia. Banyumas:Nusa Indah.
No comments:
Post a Comment