Monday 25 January 2016

Laporan PKMD

            BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan kesehatan masyarakat.tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan prilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Pembangunan kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Pembangunan secara umum diartikan sebagai upaya multimensi untuk  mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik, sedangkan pembangunan kesehatan dimaknakan sebagai proses terus menerus dan progresi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Praktik kebidanan komunitas merupakan bagian kesatuan dari desa binaan, yang mana mahasiswa diharapkan mampu untuk melaksanakan praktik kebidanan secara komprehensif dengan memperhatikan budaya setempat yang dikemas dalam tatanan di komunitas dengan pendekatan manajemen kebidanan di dasari oleh konsep, ketrampilan dan sikap profesional bidan dalam asuhan kebidanan di komunitas.



B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Meningkatkan‚ memberdayakan‚ dan membangun kemandirian masyarakat di bidang kesehatan di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati.             
2.      Tujuan Khusus 
a.      Mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di RW II.
b.      Mengimplementasikan proses pendekatan masyarakat melalui pendekatan yang sistematis mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
c.      Menginformasikan hasil pelaksanaan kepada masyarakat.
d.     Merekomendasikan atau melaksanakan program lanjutan.

                                                                                                             
BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Kebidanan Komunitas
1.      Konsep dasar
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata dari “bidan” yang menururt kesepakatan WHO,ICM dan IFGO pada tahun 1993 mengatakan bahwa : bidan adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktik kebidanan.
Komunitas adalah kelompok sosial yang ditentukan dengan batas-batas wilayah,nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan berintereksi antara anggota satu dengan yang lainnya.(WHO, 1974)
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat diwilayah kerja tertentu.( Ratna Dewi, 2011)
Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas.Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya dari sudut biologis.Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan  disekelilingnya.
Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarga dan masyarakat. Hubungan bidan dengan ibu dan anak balita cukup erat. Tugas bidan terutama adalah menolong ibu dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu sesuai fungsinya dalam keluarga lebih banyak memperhatikan masalah sosial keluarga termasuk kesehatan, sehingga ibu yang banyak memperhatikan kesehatan keluarga akan menghindari keluarga dari masalah kesehatan
Peningkatan kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga sehat dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat. Masalah kesehtan dapat timbul pada siapa saja baik keluarga miskin atau kaya. Faktor lain yang sangat penting mempengaruhi kesehatan keluarga adalah lingkungan. Keadaaan lingkungan yang tidak sehat seperti daerah kumuh cepat timbul masalah kesehatan, perilaku keluarga terhadap kesehatan juga mempengaruhi kehidupan mereka. Perilku ini erat hubungannya dengan adat budaya.( Ambarwati, 2011)
2.      Manajemen Kebidanan Komunitas
Strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah, mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan, mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat dan mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka( transparan).
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dengan demikian pergerakan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dilingkungannya, kemudain merencanakan dan melakukan cara pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar.
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan dan tidak memerintah, untuk meningatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalan menentukan, merencanakan, memecahkan masalah. Pembianaan lokal merupakan serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.(Ambarwati, 2011).
B.     Teori Kesehatan Masyarakat
1.      Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a)      Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
b)      Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
c)       Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
d)     Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.
2.      Menurut Teori Lawrence Green
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
a.       Faktor predisposisi (Predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang di anut masayarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
b.      Faktor pemungkin (Enambling factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi,dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
c.       Faktor penguat (Reinforcing factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini UU, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja melainkan di perlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu UU juga diperlukan untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoadmodjo, 2007).
C.    Konsep PKMD
Pembangunan kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Kelestarian PKMD akan lebih terjamin bila fasilitas yang disediakan dari swadaya masyarakat melalui potensi dan sumberdaya yang ada dimasyarakat yang dapat digali dan dimanfaatkan. Bila masyarakat tidak memilikinya barulah para penyelenggara pembinaan PKMD berusaha untuk memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan ketentuan tidak menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat.
Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan kesehatan secara langsung. Ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara tidak langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan. Karena kegiatan PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa, sedangkan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), maka dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD. Pembangunan PKMD yang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian dari tugas Tim Pembina LKMD.
Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut.

                                                           BAB III
ANALISA DAN PENYAJIAN DATA

A.     DATA KUANTITATIF
1.      Data Kependudukan
1.1     Data Jumlah Penduduk

 
Analisa:
Berdasarkan diagram di atas data penduduk di RW II yang kami data sebanyak 267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.

1.2     Data Pekerjaan Laki-laki
                          
Berdasarkan diagram diatas diketahui jumlah penduduk laki-laki di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 137 orang. Penduduk laki-laki yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai swasta 38 orang (28%), wiraswasta 24 orang (17%), petani tidak ada (0%), pedagang 4 orang (3%), buruh 9 orang (6 %), ABRI tidak ada (0%), pensiunan 1 orang (1%), pamong 3 orang (2%), dan tidak bekerja 57 orang (42%).

1.3     Data Pekerjaan Perempuan
 

Berdasarkan diagram diatas diketahui jumlah penduduk perempuan di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 130 orang. Penduduk perempuan yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai swasta 21 orang (16%), wiraswasta 5 orang (4%), petani tidak ada (0%), pedagang 5 orang (4%), buruh 7 orang (5%), pensiunan tidak ada (0%), pamong tidak ada (0%), dan tidak bekerja 91 orang (70%).

1.4     Data Ventilasi Rumah Penduduk

 
Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa ventilasi yang cukup sebanyak 85 rumah (100%), dan yang kurang tidak ada (0%).

1.5     Data Kualitas Air yang digunakan Penduduk
 


Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa kualitas air yang digunakan di RW II Desa Blaru yaitu air yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa sebanyak 85 rumah (100%) dan air yang berbau, berwarna dan berasa tidak ada (0%).

2.      Diagram Demografi
2.1       Data Jumlah Ibu Hamil 

 
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan ada 2 ibu hamil di RW II Desa Blaru terdiri dari 1 ibu hamil di RT 7 (50%) dan 1 Ibu hamil di RT 8 (50%).

2.2       Data Ibu Hamil Resiko Tinggi

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa dari 2 ibu hamil di RW II Desa Blaru terdapat 1 (50%) ibu hamil resiko tinggi yaitu ibu hamil dengan usia  < 20 tahun yang terdapat di RT 8.


2.3       Data Ibu Nifas

Berdasarkan diagram diatas jumlah ibu nifas di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati tidak ada.

2.4       Data Neonatus, Bayi dan Balita 
Berdasarkan diagram diatas diketahui jumlah Neonatus di RW II tidak ada (0%), jumlah bayi sebanyak 2 bayi (10%), dan jumlah balita sebanyak 19 balita (90%).

2.5       Data Kunjungan Posyandu
 

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa di RW II Desa Blaru sebanyak 2 bayi dan 19 balita rutin melakukan kunjungan posyandu setiap 1 bulan sekali.
2.6       Data Masalah Kesehatan Pada Balita

          Berdasarkan diagram di atas masalah kesehatan yang dialami balita terdapat 1 balita menderita Muntaber (5%) dan 18 balita dalam kondisi sehat (95%).

2.7       Data Remaja

Berdasarkan diagram diatas, di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati terdapat 24 remaja yang terdiri dari 11 remaja perempuan (46%) dan 13 remaja laki- laki (54%).

2.8       Data Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 11 remaja perempuan  yang ada di RW II Desa Blaru tidak terdapat remaja yang mempunyai keluhan saat sedang menstruasi.

2.9       Data PUS
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa terdapat 30 pasangan usia subur di RW II Desa Blaru yang terdiri dari 10 PUS di RT 5 (33%), 8 PUS di RT 6 (27%), 5 PUS di RT 7 (17%), 7 PUS di RT 8 (23%).

2.10   Data Menopause
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa jumlah Menopouse di RW II Desa Blaru sebanyak 22 menopouse yang terdiri dari 5 menopause di RT 5 (23%), 4 menopause di RT 6 (18%), 6 Menopause di RT 7 (27%), 7 menopause di RT 8 (23%).

2.11   Data Lansia
 
          Berdasarkan diagram diatas jumlah lansia di RW II sebanyak 20 lansia. Lansia yang berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan lansia umur 65-70 tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8 orang (40%).

2.12   Masalah Kesehatan Pada Lansia
Berdasarkan diagram diatas, masalah kesehatan yang dialami lansia terdiri dari Hipertensi  sebanyak 5 orang (25%), Diabetes Mellitus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%), Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang (50%).

B.     DATA KUALITATIF
1.      Lansia
a.       Hipertensi
1.) Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada lansia di RW II  didapatkan data  5 orang  yang  menderita penyakit Hipertensi. Rata-rata menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk Hipertensi.
2.)    Sikap
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada lansia rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Hipertensi ingin mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik untuk kesehatan.
3.)    Perilaku
Perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari kurangnya kesadaran diri untuk memeriksakan atau sekedar melakukan pengecekan tekanan darah ke tenaga kesehatan secara rutin, serta jarangnya melakukan olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi.
4.)    Genetik
Dua dari 5 orang yang menderita Hipertensi mengatakan bahwa sudah memiliki riyawat Hipertensi dari keluarga.
b.     Diabetes Mellitus
1.)    Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada lansia di RW II  didapatkan data  2 orang  yang  menderita penyakit Diabetes Mellitus. Rata- rata  menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman  lansia tentang penyakit Diabetes Mellitus.
2.)    Sikap
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada lansia rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus ingin mengokonsumsi makanan yang rendah gula dan baik untuk kesehatan.
3.)    Perilaku
Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari jarangnya melakukan olahraga untuk kebugaran tubuh yang dapat menstabilkan kadar gula dalam tubuh, dan tidak adanya kesadaran diri untuk memeriksakan atau melakukan pengecekan kadar gula secara rutin.
4.)    Genetik
Satu dari 2 orang yang menderita Diabetes Melitus mengatakan bahwa sudah memiliki riyawat penyakit Diabetes Mellitus dari keluarga.
2.      Balita
Muntaber
a.       Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada keluarga Balita di RW II  didapatkan data  1 balita yang  menderita penyakit muntaber. Rata-rata keluarga kurang memahami tentang penyakit muntaber.
b.      Perilaku
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada orang tua balita rata-rata menggambarkan perilaku orang tua balita sudah baik, karena orang tua rajin membawa balitanya ke posyandu dan sudah mengimunisasikan anaknya secara lengkap.


3.      Ibu Hamil
Ibu Hamil dengan Faktor Resiko
a.    Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 2 ibu hamil di RW II didapatkan data 1 ibu hamil dengan faktor resiko umur < 20 tahun dan kurang paham tentang faktor resiko pada kehamilan.
b.    Perilaku
Berdasarkan hasil wawancara perilaku ibu hamil sudah baik dilihat dari ibu hamil dengan faktor resiko rajin melakukan ANC. Sehingga dengan perilaku tersebut mungkin dapat mengurangi  terjadinya penyulit selama kehamilan.

C.    ANALISA DATA
Data
Masalah Kesehatan
1.      Jumlah penduduk di RW II Desa Blaru sebanyak 267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
2.      Jumlah penduduk laki-laki di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 137 orang. Penduduk laki-laki yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai swasta 38 orang (28%), wiraswasta 24 orang (17%), petani tidak ada (0%), pedagang 4 orang (3%), buruh 9 orang (6 %), ABRI tidak ada (0%), pensiunan 1 orang (1%), pamong 3 orang (2%), dan tidak bekerja 57 orang (42%).
3.      Jumlah penduduk perempuan di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 130 orang. Penduduk perempuan yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai swasta 21 orang (16%), wiraswasta 5 orang (4%), petani tidak ada (0%), pedagang 5 orang (4%), buruh 7 orang (5%), pensiunan tidak ada (0%), pamong tidak ada (0%), dan tidak bekerja 91 orang (70%).
4.      Ventilasi yang cukup sebanyak 85 rumah (100%), dan yang kurang tidak ada (0%).
5.      Kualitas air yang digunakan di RW II Desa Blaru yaitu air yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa sebanyak 85 rumah (100%) dan air yang berbau, berwarna dan berasa tidak ada (0%).
6.      Ada 2 ibu hamil di RW II Desa Blaru terdiri dari 1 ibu hamil di RT 7 (50%) dan 1 Ibu hamil di RT 8 (50%).
7.      Di RW II Desa Blaru terdapat 1 (50%) ibu hamil resiko tinggi yaitu ibu hamil dengan usia  < 20 tahun yang terdapat di RT 8.
8.      Jumlah ibu nifas di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati tidak ada.
9.      Jumlah Neonatus di RW II tidak ada (0%), jumlah bayi sebanyak 2 bayi (10%), dan jumlah balita sebanyak 19 balita (90%).
10.  Di RW II Desa Blaru sebanyak 2 bayi dan 19 balita rutin melakukan kunjungan posyandu setiap 1 bulan sekali.
11.  Masalah kesehatan yang dialami balita terdapat 1 balita menderita Muntaber (5%) dan 18 balita dalam kondisi sehat (95%).
12.  Terdapat 24 remaja yang terdiri dari 11 remaja perempuan (46%) dan 13 remaja laki- laki (54%).
13.  Dari 11 remaja perempuan  yang ada di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati, tidak terdapat remaja yang mempunyai keluhan saat sedang menstruasi.
14.  Terdapat 30 pasangan usia subur di RW II Desa Blaru yang terdiri dari 10 PUS di RT 5 (33%), 8 PUS di RT 6 (27%), 5 PUS di RT 7 (17%), 7 PUS di RT 8 (23%).
15.  Jumlah Menopouse di RW II Desa Blaru sebanyak 22 menopouse yang terdiri dari 5 menopause di RT 5 (23%), 4 menopause di RT 6 (18%), 6 Menopause di RT 7 (27%), 7 menopause di RT 8 (23%).
16.  Jumlah lansia di RW II sebanyak 20 lansia. Lansia yang berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan lansia umur 65-70 tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8 orang (40%).
17.  Masalah kesehatan yang dialami lansia terdiri dari Hipertensi  sebanyak 5 orang (25%), Diabetes Mellitus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%), Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang (50%).
18.  Rata-rata lansia yang menderita hipertensi menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk Hipertensi.
19.  Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Hipertensi ingin mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik untuk kesehatan.
20.  Lansia dengan hipertensi jarang melakukan pengecekan tekanan darah ke tenaga kesehatan, serta jarangnya melakukan olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi.
21.  Dua lansia yang menderita Hipertensi mengatakan bahwa sudah memiliki riwayat Hipertensi dari keluarga.
22.  Rata- rata lansia yang menderita Diabetes Mellitus menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman  lansia tentang penyakit Diabetes Mellitus.
23.  Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus ingin mengkonsumsi makanan yang rendah gula dan baik untuk kesehatan.
24.  Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari lansia yang menderita Diabetes mellitus jarang melakukan olahraga
25.  Lansia penderita Diabetes Melitus tidak melakukan pengecekan kadar gula secara rutin.
26.  Satu lansia penderita Diabetes Mellitus mengatakan dalam kelurga memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus
27.  Rata-rata keluarga balita kurang memahami tentang penyakit muntaber.
28.  Rata-rata perilaku orang tua balita sudah baik, karena orang tua rajin membawa balitanya ke posyandu dan sudah mengimunisasikan anaknya secara lengkap.
29.  Perilaku ibu hamil sudah baik dilihat dari ibu hamil dengan faktor resiko rutin melakukan ANC
1.      Resiko meningkatnya Hipertensi di kalangan  lansia di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati.
2.      Resiko meningkatnya Diabetes Mellitus di kalangan  lansia di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati.
3.      Resiko meningkatnya Muntaber di kalangan  Balita di RW II Desa Blaru, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati.
4.      Resiko terjadinya penyulit selama kehamilan dengan adanya kehamilan dengan faktor resiko umur < 20 tahun.



Skala Prioritas Masalah
a.   Hipertensi pada Lansia
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
2/3x1
2/3
Hipertensi dapat menyebabkan ancaman kesehatan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Tidak Dapat =0
1/2x2
1
Kondisi hipertensi dapat diubah dengan pola makan
3
Potensi masalah untuk dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
2/3x1
2/3
Hipertensi  dapat di cegah dengan mengatur pola makan
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
Hipertensi  harus segera di tangani agar tekanan darah dapat stabil

Jumlah skor

3 1/3


b. Diabetes Mellitus pada Lansia
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
2/3x1
2/3
DM masuk dalam situasi ancaman kesehatan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Tidak Dapat =0
1/2x2
1
Kondisi diabetus millitus hanya sebagian dapat di ubah dengan pola makan
3
Potensi masalah untuk dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
2/3x1
2/3
DM dapat di cegah dengan mengatur pola makan
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
DM harus segera di tangani agar kadar gulanya dapat stabil

Jumlah skor

3 1/3


1.      Resiko tinggi terjadinya komplikasi Hipertensi
2.      Resiko peningkatan penderita Diabetes mellitus

c.       Muntaber Pada Balita
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
3/3x1
1
Muntaber merupakan penyakit yang berbahaya untuk balita
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Tidak Dapat =0
1/2x2
1
Muntaber dapat diubah dengan menerapkan PHBS
3
Potensi masalah untuk dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
2/3x1
2/3
Muntaber  dapat di cegah dengan mengatur perilaku hidup sehat
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
Muntaber harus segera di tangani agar tidak terjadi dehidrasi

Jumlah skor

           3 2/3


Resiko meningkatnya penderita muntaber pada Balita

d.      Kehamilan dengan faktor resiko
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1.
Sifat masalah
a.    Ancaman kesehatan=2
b.    Tidak / kurang sehat= 3
c.    Krisis=1
2/3x1
2/3
Kehamilan dengan faktor resiko termasuk dalam ancaman kesehatan
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah
a.    Dengan mudah= 2
b.   Hanya sebagian= 1
c.    Tidak Dapat = 0
1/2x2
1
Kehamilan dengan faktor resiko hanya sebagian dapat diubah dengan perawatan kehamilan.
3.
Potensi masalah untuk diubah
a.    Tinggi= 3
b.   Cukup= 2
c.    Rendah= 1

2/3x1
2/3
Komplikasi/ masalah akibat kehamilan dengan resiko dapat dicegah dengan perawatan kehamilan.
4.
Penonjolan masalah
a.       Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat= 2
b.      Masalah yang tidak perlu segera ditangani= 1
c.       Masalah tidak dirasakan= 0
2/2x1
1
Kehamilan dengan faktor resiko harus segera ditangani agar tidak mengarah ke komplikasi

Jumlah skor

3 1/3


 D. PLANING OF ACTION

No
Data
Masalah Kesehatan
Tujuan
Rencana
Waktu/ tempat
Metode
Sasaran
Sumber Dana
PJ
Pelaksanaan
1.
1.      Jumlah penduduk di RW II Desa Blaru sebanyak 267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
2.      Jumlah penduduk laki-laki di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 137 orang. Penduduk laki-laki yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai swasta 38 orang (28%), wiraswasta 24 orang (17%), petani tidak ada (0%), pedagang 4 orang (3%), buruh 9 orang (6 %), ABRI tidak ada (0%), pensiunan 1 orang (1%), pamong 3 orang (2%), dan tidak bekerja 57 orang (42%).
3.      Jumlah penduduk perempuan di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati sebanyak 130 orang. Penduduk perempuan yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1%), pegawai swasta 21 orang (16%), wiraswasta 5 orang (4%), petani tidak ada (0%), pedagang 5 orang (4%), buruh 7 orang (5%), pensiunan tidak ada (0%), pamong tidak ada (0%), dan tidak bekerja 91 orang (70%).
4.      Ventilasi yang cukup sebanyak 85 rumah (100%), dan yang kurang tidak ada (0%).
5.      Kualitas air yang digunakan di RW II Desa Blaru yaitu air yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa sebanyak 85 rumah (100%) dan air yang berbau, berwarna dan berasa tidak ada (0%).
6.      Ada 2 ibu hamil di RW II Desa Blaru terdiri dari 1 ibu hamil di RT 7 (50%) dan 1 Ibu hamil di RT 8 (50%).
7.      Di RW II Desa Blaru terdapat 1 (50%) ibu hamil resiko tinggi yaitu ibu hamil dengan usia  < 20 tahun yang terdapat di RT 8.
8.      Jumlah ibu nifas di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati tidak ada.
9.      Jumlah Neonatus di RW II tidak ada (0%), jumlah bayi sebanyak 2 bayi (10%), dan jumlah balita sebanyak 19 balita (90%).
10.  Di RW II Desa Blaru sebanyak 2 bayi dan 19 balita rutin melakukan kunjungan posyandu setiap 1 bulan sekali.
11.  Masalah kesehatan yang dialami balita terdapat 1 balita menderita Muntaber (5%) dan 18 balita dalam kondisi sehat (95%).
12.  Terdapat 24 remaja yang terdiri dari 11 remaja perempuan (46%) dan 13 remaja laki- laki (54%).
13.  Dari 11 remaja perempuan  yang ada di RW II Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati, tidak terdapat remaja yang mempunyai keluhan saat sedang menstruasi.
14.  Terdapat 30 pasangan usia subur di RW II Desa Blaru yang terdiri dari 10 PUS di RT 5 (33%), 8 PUS di RT 6 (27%), 5 PUS di RT 7 (17%), 7 PUS di RT 8 (23%).
15.  Jumlah Menopouse di RW II Desa Blaru sebanyak 22 menopouse yang terdiri dari 5 menopause di RT 5 (23%), 4 menopause di RT 6 (18%), 6 Menopause di RT 7 (27%), 7 menopause di RT 8 (23%).
16.  Jumlah lansia di RW II sebanyak 20 lansia. Lansia yang berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan lansia umur 65-70 tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8 orang (40%).
17.  Masalah kesehatan yang dialami lansia terdiri dari Hipertensi  sebanyak 5 orang (25%), Diabetes Mellitus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%), Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang (50%).
18.  Rata-rata lansia yang menderita hipertensi menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk Hipertensi.
19.  Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Hipertensi ingin mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik untuk kesehatan.
20.  Lansia dengan hipertensi jarang melakukan pengecekan tekanan darah ke tenaga kesehatan, serta jarangnya melakukan olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi.
21.  Dua lansia yang menderita Hipertensi mengatakan bahwa sudah memiliki riwayat Hipertensi dari keluarga.
22.  Rata- rata lansia yang menderita Diabetes Mellitus menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman  lansia tentang penyakit Diabetes Mellitus.
23.  Rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus ingin mengkonsumsi makanan yang rendah gula dan baik untuk kesehatan.
24.  Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari lansia yang menderita Diabetes mellitus jarang melakukan olahraga
25.  Lansia penderita Diabetes Melitus tidak melakukan pengecekan kadar gula secara rutin.
26.  Satu lansia penderita Diabetes Mellitus mengatakan dalam kelurga memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus
27.  Rata-rata keluarga balita kurang memahami tentang penyakit muntaber.
28.  Rata-rata perilaku orang tua balita sudah baik, karena orang tua rajin membawa balitanya ke posyandu dan sudah mengimunisasikan anaknya secara lengkap.
29.  Perilaku ibu hamil sudah baik dilihat dari ibu hamil dengan faktor resiko rutin melakukan ANC
1.    Resiko terjadinya peningkatan penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus yang diderita oleh lansia.
2.    Resiko peningkatan penyakit Muntaber pada balita
3.  Resiko terjadinya penyulit selama kehamilan dengan adanya kehamilan dengan faktor resiko umur < 20 tahun







1.      Setelah dilakukan program kegiatan diharapkan terpeliharanya status kesehatan secara optimal pada lansia diwilayah RW II Desa Blaru.
2.      Setelah dilakukan program kegiatan diharapkan terpeliharanya status kesehatan secara optimal balita diwilayah RW II Desa Blaru.
3.      Setelah dilakukan progam kegiatan diharapkan status kesehatan ibu hamil dalam batas normal
a)Dilakukan program kegiatan yaitu :
1.   Melakukan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus pada lansia
2.   Melakukan pemeriksaan kesehatan  dasar yaitu penimbangan BB, pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan gula darah.

b)Dilakukan program kegiatan yaitu :
1.      Melakukan Penimbangan BB dan pemberian makanan tambahan
2.      Melakukan penyuluhan tentang penyakit muntaber

c)Dilakukan program kegiatan yaitu:
Melaksanakan kegiatan kelas ibu hamil



Sabtu, 19    Desember 2015 di RW II




















Sabtu, 19    Desember 2015 di RW II













Ceramah

Lansia di RW II Desa Blaru



















Balita di RW II Desa Blaru











Ibu Hamil di RW II Desa Blaru






















Swadana

1.      Kepala Desa, Desa Blaru
2.      Ketua RW II Desa Blaru
3.      Ketua RT 05, Ketua RT 06, ketua RT 07 dan ketua RT 08 Desa Blaru
4.      Mahasiswa kelompok II
Kelompok II
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pendataan di RW II Desa Blaru diketahui jumlah penduduk yang kami data sebanyak 267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 137 jiwa dan penduduk perempuan 130 jiwa. Rata-rata ventilasi rumah penduduk cukup dan kualitas air yang digunakan tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
Jumlah ibu hamil di RW II Desa Blaru sebanyak 2 orang yang terdapat di RT 7 dan RT 8. Terdapat 1 ibu hamil (50%) yang memiliki faktor resiko kehamilan dengan umur < 20 tahun. Dari hasil wawancara 2 ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan / ANC secara rutin. Selain itu, di RW II tidak terdapat ibu nifas. Jumlah Neonatus di RW II tidak ada (0%), jumlah bayi sebanyak 2 bayi (10%), dan jumlah balita sebanyak 19 balita (90%). Dari hasil wawancara, bayi dan balita sudah rutin datang ke posyandu setiap 1 bulan sekali. Dari 19 balita terdapat satu balita yang terkena muntaber dan rata-rata orang tua kurang paham dengan penyakit muntaber.
Jumlah Remaja di RW II Desa Blaru sebanyak 24 remaja yang terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan. Dari hasil wawancara, tidak terdapat remaja perempuan yang mengalami keluhan saat menstruasi. Selain itu, terdapat 30 pasangan usia subur di RW II Desa Blaru yang terdiri dari 10 PUS di RT 5 (33%), 8 PUS di RT 6 (27%), 5 PUS di RT 7 (17%), 7 PUS di RT 8 (23%). Dari hasil wawancara PUS tidak mengalami keluhan. Jumlah Menopouse di RW II Desa Blaru sebanyak 22 menopouse yang terdiri dari 5 menopause di RT 5 (23%), 4 menopause di RT 6 (18%), 6 Menopause di RT 7 (27%), 7 menopause di RT 8 (23%). Dari hasil wawancara, Menopause tidak mengalami keluhan.
Jumlah lansia di RW II sebanyak 20 lansia. Lansia yang berumur 60-64 tahun sebanyak 7 orang (35%), sedangkan lansia umur 65-70 tahun sebanyak 5 orang (25%) dan umur >70 tahun sebanyak 8 orang (40%). Masalah kesehatan yang dialami lansia terdiri dari Hipertensi  sebanyak 5 orang (25%), Diabetes Mellitus sebanyak 2 orang (10%), Asam urat sebanyak 1 orang (5%), Osteoporosis 1 orang (5%), Katarak 1 orang (5%) dan lansia sehat 10 orang (50%). Rata-rata lansia yang menderita hipertensi menggambarkan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk Hipertensi. Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Hipertensi ingin mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan baik untuk kesehatan. Perilaku lansia kurang baik karena lansia dengan hipertensi jarang melakukan pengecekan tekanan darah ke tenaga kesehatan, serta jarangnya melakukan olahraga yang bisa mencegah komplikasi hipertensi. Selain itu, rata-rata lansia yang menderita Diabetes Mellitus menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman  lansia tentang penyakit Diabetes Mellitus. Sikap lansia sudah baik, karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus ingin mengkonsumsi makanan yang rendah gula dan baik untuk kesehatan. Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari lansia yang menderita Diabetes mellitus jarang melakukan olahraga. Selain itu, lansia penderita Diabetes Melitus tidak melakukan pengecekan kadar gula secara rutin.
Berdasarkan data diatas prioritas tertinggi adalah lansia, balita dan ibu hamil. Untuk itu direncanakan sebuah program dengan harapan terpeliharanya status kesehatan pada lansia, balita, dan ibu hamil di wilayah RW II Desa Blaru. Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita serta kelas ibu hamil. Namun karena keterbatasan waktu serta dengan pertimbangan jumlah ibu hamil hanya dua orang sehingga kelas ibu hamil tidak diadakan, namun pada ibu hamil dengan resiko tinggi akan dimasukkan dalam asuhan keluarga resti salah satu anggota kelompok kami. Jadi, Kegiatan yang kami adakan hanya Penyuluhan Kesehatan dan Pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita. Sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu kami adakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) pada tanggal 18 Desember 2015 di Rumah ketua RT 8.

Dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) yang difasilitasi kelompok kami, disepakati untuk dilakukan kegiatan antara lain:
1.      Penyuluhan tentang Hipertensi
2.      Penyuluhan tentang Diabetes Mellitus
3.      Penyuluhan tentang Muntaber
4.      Pelayanan kesehatan dasar pada balita berupa penimbangan berat badan dan pemberian makanan tambahan
5.      Pelayanan kesehatan dasar pada lansia berupa penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah dan pengecekan gula darah
Para tokoh masyarakat di RW II menyetujui kegiatan penyuluhan dan pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita dilaksanakan pada 19 Desember 2015 jam 14.00 WIB.
Pada tanggal 19 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT 7, telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita sebagai berikut:
1.      Penyuluhan  Kesehatan
Pada tanggal 19 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT VII, telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita. Kegiatan ini dihadiri oleh 22 Lansia dan 13 Balita.
Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan ini yang menjadi kendala adalah dalam menyampaikan materi penyaji merasa gugup sehingga  penyampaian materi  kurang maksimal dan tempat pelaksanaan kegiatan yang sempit dan terbuka, lansia dan ibu balita menjadi kurang memperhatikan materi penyuluhan yang disampaikan, disamping itu banyaknya orang yang tidak bersangkutan ikut serta dalam kegiatan sehingga menimbulkan gaduh selama kegiatan penyuluhan berlangsung.
2.      Pelayanan Kesehatan Dasar
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan dasar pada balita berupa penimbangan berat badan dan pemberian makanan tambahan serta pada lansia berupa penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, dan pengecekan kadar gula darah. Dari hasil pemeriksaan ada lansia yang kadar gula darahnya melebihi normal‚ dan  ada yang tekanan darahnya tinggi.
Kendala kegiatan ini adalah alat pemeriksaan yang kurang memadai karena persediaan alat yang terbatas sehingga lansia harus mengantri lama untuk menunggu gilirannya diperiksa.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.       Kesimpulan
Pembangunan kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarga dan masyarakat.
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan dan tidak memerintah, untuk meningatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalan menentukan, merencanakan, memecahkan masalah.
Berdasarkan hasil pendataan di RW II Desa Blaru diketahui jumlah penduduk yang kami data sebanyak 267 jiwa terdiri dari umur 0-11 bulan sebanyak 2 jiwa, 1-5 tahun 19 jiwa, 6-12 tahun 25 jiwa, 13-20 tahun 34 jiwa, 21-35 tahun 67 jiwa, 36-50 tahun 63 jiwa, dan umur > 50 tahun 57 jiwa.
Berdasarkan hasil pendataan, prioritas tertinggi adalah lansia, balita dan ibu hamil. Untuk itu telah rencanakan sebuah program dengan harapan terpeliharanya status kesehatan pada lansia, balita, dan ibu hamil di wilayah RW II Desa Blaru. Kegiatan tersebut meliputi Penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita serta kelas ibu hamil. Namun karena keterbatasan waktu serta dengan pertimbangan jumlah ibu hamil hanya dua orang sehingga kelas ibu hamil tidak diadakan, namun pada ibu hamil dengan resiko tinggi akan dimasukkan dalam asuhan keluarga resti salah satu anggota kelompok kami. Jadi, Kegiatan yang kami adakan hanya Penyuluhan Kesehatan dan Pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita. Sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu kami adakan MMD pada tanggal 18 Desember 2015 di Rumah ketua RT 8. Dari hasil MMD, Para tokoh masyarakat di RW II menyetujui kegiatan penyuluhan dan pelayanan kesehatan pada lansia dan balita dilaksanakan pada 19 Desember 2015 jam 14.00 WIB.
Pada tanggal 19 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT 7, telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar pada lansia dan balita. Kegiatan ini dihadiri oleh 22 Lansia dan 13 Balita.
Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan ini yang menjadi kendala adalah dalam menyampaikan materi penyaji merasa gugup sehingga  penyampaian materi  kurang maksimal dan tempat pelaksanaan kegiatan yang sempit dan terbuka, lansia dan ibu balita menjadi kurang memperhatikan materi penyuluhan yang disampaikan, disamping itu banyaknya orang yang tidak bersangkutan ikut serta dalam kegiatan sehingga menimbulkan gaduh selama kegiatan penyuluhan berlangsung.
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan dasar pada balita berupa penimbangan berat badan dan pemberian makanan tambahan serta pada lansia berupa penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, dan pengecekan gula darah. Dari hasil pemeriksaan ada lansia yang kadar gula darahnya melebihi normal‚ dan  ada yang tekanan darahnya tinggi.
Kendala dalam kegiatan ini adalah alat pemeriksaan yang kurang memadai karena persediaan alat yang terbatas sehingga lansia harus mengantri lama untuk menunggu gilirannya diperiksa.



B.     Saran
a.       Dalam Kegiatan penyuluhan terdapat kendala, untuk selanjutnya sebaiknya penyaji lebih menguasai materi dan mempersiapkan diri sehingga tidak terlihat gugup dan kegiatan dilaksanakan di tempat yang lebih luas dan tertutup sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan kondusif.
b.      Dalam kegiatan pelayanan kesehatan dasar  masih terdapat kendala untuk selanjutnya apabila mengadakan kegiatan serupa lebih diperhatikan untuk kelengkapan dan ketersediaan alat-alat dalam melakukan pemeriksaan. 


DAFTAR PUSTAKA

Bandiah‚Siti. 2009. Lanjut Usia Dan Perawatan Gerontik. Yogjalarta:Nuha Medika.
Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Prasetyani‚Eka. 2011. Ilmu KesehatanMasyarakat.Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sudarti dan Endang khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yantini.2010. Kiat Sehat Saat Lansia. Banyumas:Nusa Indah.




No comments:

Post a Comment