Saturday 1 August 2015

Penanganan Pre Eklamsia Berat/Eklamsia

A.    Latar Belakang
Preeklamsia adalah keadaan pada ibu hamil dengan umur kehamilan >20 minggu dimana ditemukan tekanan darah diastolik >90 mmHg dalam 2 kali pengukuran berjarak 1 jam atau lebih dengan disertai proteinuria. Preeklamsia dibagi dua golongan yaitu preeklamsia ringan dengan tekanan darah mencapai 140/90 mmHg, preeklamsia berat dimana tekanan darah mencapai 160/110mmHg. Tekanan darah tinggi dapat menurunkan aliran darah ke plasenta, yang akan mempengaruhi persediaan oksigen dan nutrisi bayi. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan bayi dan meningkatkan resiko saat melahirkan. Tekanan darah tinggi juga meningkatkan resiko kerusakan tiba-tiba dari plasenta, dimana plasenta akan terpisah dari uterus sebelum waktunya. (Zerlina, 2013)
Preeklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia. Eklamsia adalah preeklamsia dengan disertai kejang. Ini adalah salah satu komplikasi  paling berbahaya dari kehamilan dan dapat menyebabkan koma dan kejang. Eklamsia dapat menyebabkan pembuluh darah di dalam rahim mengalami kejang, memutus aliran darah ke bayi sehingga kadar oksigen di darahnya sangat rendah dan membahayakan. Selain itu, oksigen di otak ibu juga berkurang sehingga sensitivitas otak meningkat dan mengakibatkan kejang. Jaringan dipenuhi air karena retensi cairan dan perdarahan bisa terjadi pada berbagai jaringan seperti hati. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan pre-eklamsia berat/ eklamsia, salah satunya dengan pemberian MgSO4.
B.     Tujuan
1. Mencegah terjadinya kejang
2. Menurunkan tekanan darah

C.    Indikasi
1. Tekanan darah >160/110 mmHg
2. Protein urin +1 atau +2 atau +3

D.    Kontraindikasi
1. Keracunan MgSO4
2. Pasien henti nafas

E.     Persiapan Alat & bahan
1.      Alat:
a.       APD lengkap (celemek, topi, masker, alas kaki)
b.      Hanscoon
c.       Bak instrument
d.      Bengkok
e.       Kom kecil
f.       Perlak dan pengalas
g.      Spatel lidah
h.      Masker/sungkup
i.        Korentang
j.        Cuci tangan set
k.      Jam
l.        Kateter
2.      Bahan:
a.       MgSO4 4 gr 40 %
b.      MgSO4 6 gr 40 %
c.       MgSO4 2 gr 40 %
d.      Calcium Gluconas 1 gr 10%
e.       Spuit 25 cc
f.       Lidocain 2%
g.      Aquabides
h.      Infus set
i.        Abocath/venflon
j.        Cairan infus RL
k.      tabung oksigen
l.        plester
m.    kapas alkohol
n.      Larutan klorin
F.     Prosedur Pelaksanaan
1.      Menyapa dengan sopan dan ramah, memperkenalkan diri kepada pasien/keluarga, memposisikan pasien, merespon posisi pasien, percaya diri, menjaga privasi pasien.
2.      Menjelaskan keadaan pasien
3.      menjelaskan tindakan,  tujuan / prosedur yang akan dilakukan dan meminta persetujuan
Pasien kejang :
      4a. Beri obat antikonvulsan (MgSO4)
5a. Siapkan penanganan untuk kejang (jalan nafas, slym suiqer, masker dan balon oksigen)
6a. Beri oksigen 4-6 liter per menit
7a. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tapi jangan diikat terlalu keras
8a. Berikan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
9a. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu
Penanganan Umum :
4b. Berikan obat anti hipertensi jika ekanan diastolik > 110 mmHg
5b. Pasang infus RL dengan jarum besar (no 16 /18 )
6b. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
7b. Kateterisasi urine untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria
8b. Jika jumlah urin <30 ml per jam :
·         Hentikan MgSO4 dan berikan cairan IV (NaCl 0,9 % atau RL ) pada kecepatan 1 liter per 8 jam
·         Pantau kemungkinan edema paru
9b. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengkibatkan kematian ibu dan janin.
10b. Observasi tanda – tanda vital, reflek, dan denyut jantung janin setiap jam
11b. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
12b. Hentikan pemberian cairan IV dan berikan deuretik misalnya furosemid 40 mg. IV sekali saja jika ada edema paru
13b. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside closing test). Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
          Pemberian MgSO4 dalam PEB/E
1.      Pasikan tekanan darah > 160/110 ( tanpa pertimbangan apapun, wajib menyuntikan MgSO4 )
2.      Pasang infus RL dengan jarum ukuran no 16 / 18
3.      Siapkan obat anti dotum
4.      Pasang Dower Catheter
Dosis Awal
4a.  Cara 1 :

MgSO4 gr 40 % (10 cc) di ecerkan dengan aquabides 10 cc : dimasukkan lewat IV langsung (bolus) dengan lama penyuntikan > 5 menit,
4b. Cara 2 :    
MgSO4 4 gr 40% (10 cc) di suntikan IV lewat selang infus selama 5 menit, dengan tetesan cairan infus lepas klem
4c . Cara 3:
MgSO4 4 gr 40 % ( 10 cc) dimasukkan ke cairan infus RL 100 cc dengan tetesan lepas klem
4d. Cara 4:

MgSO4 gr 40 % (10 cc) diencerkan dengan aquabides 10 cc dimasukkan lewat bokong kanan dan kiri pasien secara IM, dan pada spuit yang akan disuntikkan ditambah 1 cc lidocain 2 %. Pada saat pemberian MgSO4 , bokong terasa panas.
             
     Dosis Pemeliharaan / Lanjutan ( diberikan hasil protein urin + 2/ +3):
5.      MgSO4 6 gr 40 % ( 15 cc) dimasukkan ke dalam cairan RL 500 CC  dengan tetesan 20 tpm habis selama 6 jam , diberikan sampai 2 jam post partum atau kejang berahir
6.      Rujuk Ke RS
7.      Jika kejang berulang setelah 15 menit pemberian dosis awal, berikan MgSO4 2 gr 40% (5cc) diencerkan dengan cairan aquabides 5 cc disuntikkan I.V lewat selang infus selama 5 menit, dengan tetesan cairan infus (RL) diklem.
8.      Jika pemberian MgSO4 terjadi henti napas, hentikan pemberian MgSO4 dan suntikkan larutan Calcium Gluconas 1 gr (10cc) secara IV lewat selang infus pelan-pelan sampai pernapasan mulai lagi.
G.   Daftar Pustaka
Lalage, Zerlina. 2013. Menghadapi Kehamilan Beresiko Tinggi. Klaten: Abata Press.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.

Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

No comments:

Post a Comment