Saturday 1 August 2015

Penanganan Atonia Uteri

A.    Latar Belakang
Atonia Uteri adalah kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi segera setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (massage) fundus uteri, segera setelah lahirnya plasenta. Atonia uteri dapat ditangani dengan melakukan Kompresi Bimanual Interna (KBI), Kompresi Bimanual Eksterna, dan kompresi aorta abdominalis. Kompresi Bimanual Interna adalah tekanan kuat uterus diantara kedua tangan, kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta di dinding uterus) dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka lakukan KBE. Kompresi Bimanual Eksterna adalah tindakan mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual.

B.     Tujuan
1.      Menghentikan perdarahan akibat atonia uteri
2.      Merangsang uterus untuk berkontraksi


C.    Indikasi
Jika uterus mengalami atonia uteri:
1. Uterus lembek
2. Kontraksi uterus jelek
3. Perdarahan > 500 ml

D.    Kontraindikasi
1. Rupture Uteri
2. Inversio Uteri

E.     Persiapan Alat dan bahan
1.      Alat:
a.       APD lengkap (celemek, masker, kacamata, topi, sepatu)
b.      Handscoon pendek
c.       Handscoon panjang
d.      Kateter
e.       Bak instrumen
f.       Baki
g.      Bengkok
h.      Perlak dan pengalas
i.        Pantom panggul
j.        Pantom uterus
k.      Jam
l.        Korentang
m.    Standar infus
2.      Bahan:
a.       RL
b.      Oksitosin
c.       Methergin
d.      Infus set
F.     Prosedur Pelaksanaan
1.      Menyapa dengan sopan dan ramah serta memposisikan pasien
2.      Memperkenalakan diri kepada pasien
3.      Merespon terhadap reaksi pasien
4.      Percaya diri (terlihat tenang dan percaya diri)
5.      Menjaga privasi pasien (dengan ucapan dan memperagakan menutup pintu /sampiran)
6.      Menjelaskan keadaan pasien
7.      Menjelaskan tindakan, tujuan / prosedur yang akan dilakukan dan meminta informed consent
8.      Menggunakan APD ( clemek, topi , masker, alas kaki )
9.      Mencuci tangan dengan 7 langkah
10.  Memakai sarung tangan pendek pada kedua tangan
11.  Melakukan massage uterus dengan tangan kiri untuk mengeluarkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari uterus
12.  Mengosongkan kandung kemih
Langkah – Langkah KBE
1.      Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu
2.      Tekan ujung jari telunjuk, tengah dan manis satu tangan diantara simpisis dan umbilikus pada korpus depan bawah sehingga fundus uteri naik ke arah dinding abdomen
3.      Letakkan sejauh mungkin telapak tangan lain di korpus uteri bagian belakang dan dorong uterus ke arah korpus depan
4.      Geser perlahan –lahan ujung ke tiga jari tangan pertama kearah fundus sehingga telapak tangan dapat menekan korpus uteri bagian depan
5.      Lakukan kompresi korpus uteri dengan jalan menekan dinding belakang dan dinding depan uterus dengan telapak tangan kiri dan kanan (mendekatkan tangan belakang dan depan)
6.      Perhatikan perdarahan pervaginam.  Nilai perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut hingga uterus berkontraksi dengan baik. Bila perdarahan belum berhenti, lanjutkan KBI.
Langkah – Langkah KBI
7.      Melepas sarung tangan pendek dan mengganti dengan sarung tangan pada tangan kanan
8.      Memasukkan tangan kanan secara obstetrik ke dalam lumen vagina
9.      Merubah tangan obstetrik menjadi kepalan tangan dengan ibu jari dalam kepalan
10.  Meletakkan dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks anterior
11.  Mendorong segmen bawah rahim kearah kranio anterior
12.  Upayakan tangan di luar mencakup bagian belakang korpus uteri sebanyak mungkin
13.  Melakukan komperesi uterus dengan mendekatkan telapak tangan luar dengan kepalan  pada forniks anterior selama 5 menit
14.  Lepaskan tekanan sambil mengevaluasi kontraksi uterus dan perdarahan ( tangan kanan tidak dikeluarkan)
15.  Setelah uterus berkontraksi pertahankan KBI selama 2 menit ( katakan, “ibu ini perutnya sudah keras, apakah ibu sudah merasakan mules?” )
16.  Bila kontraksi baik, keluarkan tangan. Jika tidak terjadi perdarahan, pantau kala IV sampai 4 jam
Bila Belum ada Kontraksi
17.  Mengeluarkan tangan secara perlahan dengan terlebih dahulu mengubah kepalan menjadi tangan obstetrik
18.  Ajarkan KBE pada keluarga
19.  Beri Methergin 1 ampul IM
20.  Pasang infus RL dengan jaru besar ( 18 gauge )
21.  Tambahkan Oksitosin 20 UI dalam cairan RL, grojok ( akan habis sekitar 15 menit ). Jika habis lanjut  flabot ke 2 dengan diberi oksitosin 20 UI lagi dengan tetesan 80 kali per menit (habiskan dalam waktu 2 jam / sampai ke tempat rujukan )
22.  Lakukan KBI lagi selama 2 menit
23.  Bila kontraksi baik keluarkan tangan. Jika tidak terjadi perdarahan, pantau kala IV sampai 4 jam

G.   Daftar Pustaka
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.


No comments:

Post a Comment