Tuesday 11 October 2022

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

 

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

 

A.   PENGERTIAN

Hipertensi adalah  tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg ( Smeltzer, 2001).

Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

 

B.  ETIOLOGI

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder). ( Smeltzer, 2001).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1.   Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

2.   Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. ( Smeltzer, 2001).

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Price2005)

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonalatau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). ( Smeltzer, 2001)

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). (Price2005)

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :

1.   Penyakit Ginjal

a.  Stenosis arteri renalis

b.  Pielonefritis

c.  Glomerulonefritis

d.  Tumor-tumor ginjal

e.  Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

f.   Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

g.  Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.

2.   Kelainan Hormonal

a.   Hiperaldosteronism

b.   Sindroma Cushing

c.   Feokromositoma

3.   Obat-obatan

a.   Pil KB

b.   Kortikosteroid

c.   Siklosporin

d.   Eritropoietin

e.   Kokain

f.    Penyalahgunaan alkohol

g.   Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

4.   Penyebab Lainnya

a.   Koartasio aorta

b.   Preeklamsi pada kehamilan

c.   Porfiria intermiten akut

d.   Keracunan timbal akut

Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :

a.   Peningkatan kecepatan denyut jantung

b.   Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama

c.   Peningkatan TPR yang berlangsung lama

 

 

C.     Faktor predisposisi

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi. (Smeltzer, 2001).

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. (Price2005)

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. (Price2005)

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya  Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. ( Smeltzer, 2001).

 

D.   Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer, 2001).

Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Price2005)

 

E.    Manefestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.  (Price2005)

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

1.    Sakit kepala

2.    Kelelahan

3.    Mual

4.    Muntah

5.    Sesak nafas

6.    Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. (Price2005). Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. (Price,2005)

 

 

 

F.    Klasifikasi

The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *

Kategori

Sistolik (mmhg)

Diastolik (mmhg)

Normal

< 130

<85

Normal tinggi

130-139

85-89

Hipertensi

Tingkat 1 (ringan)

140-159

90-99

Tingkat 2 (sedang)

160-179

100-109

Tingkat 3 (berat)

≥180

≥110

 

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer, 2001).

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. (Price2005)

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. (Price2005)

Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang, koma, dan kematian. (Smeltzer, 2001).

 

G.   PATHWAY 

 


H.   Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

1.    Pemeriksaan yang segera seperti :

a.    Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

b.    Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

c.     Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).

d.    Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e.    Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

f.      Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

g.    Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

h.    Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

i.      Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

j.      Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

k.     Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

l.      EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

m.   Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

2.      Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :

a.    IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter

b.    CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

c.     IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.

d.    Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CT scan.

e.    USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

 

I.      KOMPLIKASI

Efek pada organ :

1.  Otak

a.    Pemekaran pembuluh darah

b.    Perdarahan

c.     Kematian sel otak : stroke

2.    Ginjal

a.    Malam banyak kencing

b.    Kerusakan sel ginjal

c.     Gagal ginjal

3.    Jantung

a.    Membesar

b.    Sesak nafas (dyspnoe)

c.     Cepat lelah

d.    Gagal jantung

 

J.    PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1.  Terapi tanpa Obat  digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a.   Diet

      Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1)  Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

2)  Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

b.   Penurunan berat badan

c.   Penurunan asupan etanol

e.   Menghentikan merokok

f.    Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

g.  Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1)   Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2)   Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2.  Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.  

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

 

 

Pengobatannya meliputi :

a.   Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b.  Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :

1). Dosis obat pertama dinaikkan

2). Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3). Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca     antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c.  Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh

1). Obat ke-2 diganti

2). Ditambah obat ke-3 jenis lain

d.  Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

1). Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2). Re-evaluasi dan konsultasi

3). Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

1.    Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya

2.    Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya

3.    Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

4.    Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita. Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi

5.    Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

6.    Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

7.    Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

8.    Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

9.    Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

10.  Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

11.  Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

12.  Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

 

K.    Cara Pencegahan

1.    Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

a.   Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b.   Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c.   Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam

d.   Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  

2.    Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

a.    Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

b.    Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.

c.     Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

d.    Batasi aktivitas.

 

L.    Perawatan Hipertensi

a.  Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).

b.  Batasi pemakaian garam.

c.   Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan hipertensi dalam keluarga.

d.  Tidak merokok.

e.  Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.

f.    Hindari minum kopi yang berlebihan.

g.  Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).

h.  Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.

Bagi yang sudah sakit

a.  Berobat secara teratur.

b.  Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter.

c.   Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.

Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan, kunci utamanya adalah :

a.  Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.

b.  Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.

c.   Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan

 

M.   Diit Hipertensi

a.    Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa

1.    Konsumsi lemak dibatasi

2.    Konsumsi Cholesterol dibatasi

3.    Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese

4.    Makanan yang boleh dikonsumsi

b.    Makanan Yang Boleh Dikonsumsi

1.    Sumber kalori (Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.)

2.    Sumber protein hewani (Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.)

3.    Sumber protein nabati (Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.)

4.    Sumber lemak (Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.

5.    Sayuran (Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.)

6.    Buah-buahann (Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.)

7.    Bumbu (Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.)

8.    Minuman (Thea encer, coklat encer, juice buah.)

c.     Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi

·         Makanan yang banyak mengandung garam

1.  Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.

2.   Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan teri, telur asin.

3.  Keju, margarine dan mentega.

·         Makanan yang banyak mengandung kolesterol (Makanan dari hewan seperti otak, ginjal, hati, limfa dan jantung.)

·         Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh

1.  Lemak hewan     :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.

2.  Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.

·         Makanan yang banyak menimbulkan gas (Kool, sawi, lobak, dll.)

d.    Bagaimana Mengatur Diit

1. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.

2. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.

3. Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.

4. Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.

5. Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.

6. Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.

7. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.

e.    Obat Tradisional Untuk Hipertensi

Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:

1.    Buah Belimbing

Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.

2.    Daun Seledri

Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.    

3.    Bawang Putih

Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.

4.    Buah Mengkudu / Pace

Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur

5.    Avokad

Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.

6.    Melon

Buah yang sudah masak dapat langsung di makan

7.    Semangka

Buah yang sudah masak dapat langsung di makan

 

8.    Mentimun

Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum

 

N.   Pengkajian Keperawatan

a.   Aktivitas / istirahat

Gejala :

1.    Kelemahan

2.    Letih

3.    Napas pendek

4.    Gaya hidup monoton

Tanda :

1.    Frekuensi jantung meningkat

2.    Perubahan irama jantung

3.    Takipnea

b.  Sirkulasi

Gejala :     Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup, penyakit serebrovaskuler

Tanda :

1.    Kenaikan TD

2.    Nadi : denyutan jelas

3.    Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

4.    Bunyi jantung : murmur

5.    Distensi vena jugularis

6.    Ekstermitas (Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),  pengisian kapiler mungkin lambat)

c.    Integritas Ego

Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

Tanda :

a.    Letupan suasana hati

b.    Gelisah

c.     Penyempitan kontinue perhatian

d.    Tangisan yang meledak

e.    Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

f.      Peningkatan pola bicara

 

 

d.    Eliminasi

Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,  riwayat penyakit ginjal )

e.    Makanan / Cairan

Gejala :

a.    Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol

b.    Mual

c.     Muntah

d.    Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :

a.    BB normal atau obesitas

b.    Edema

c.     Kongesti vena

d.    Peningkatan JVP

e.    Glikosuria

f.     Neurosensori

Gejala :

a.    Keluhan pusing / pening, sakit kepala

b.    Episode kebas

c.     Kelemahan pada satu sisi tubuh

d.    Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

e.    Episode epistaksis

Tanda :

a.    Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )

b.    Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

c.     Perubahan retinal optik

g.    Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :

a.  Nyeri hilang timbul pada tungkai

b.  Sakit kepala oksipital berat

c.   Nyeri abdomen

h.    Pernapasan

Gejala :

a.  Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas

b.  Takipnea

c.   Ortopnea

d.  Dispnea nocturnal proksimal

e.  Batuk dengan atau tanpa sputum

f.    Riwayat merokok

Tanda :

a.  Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

b.  Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )

c.   Sianosis

i.      Keamanan

Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda       : Episode parestesia unilateral transien

j.      Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala       :

a.  Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal

b.  Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

c.   Penggunaan obat / alkohol

 

O.   Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1.    Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

2.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

3.    Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

4.    Resiko Injury berhubungan dengan adanya diplopia, spasme arteriol pada retina

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

6.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke otak menurun

 

 

 

 

 


P.    RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI

Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

DO/DS:

ü Aritmia, takikardia, bradikardia

ü Palpitasi, oedem

ü Kelelahan

ü Peningkatan/penurunan JVP

ü Distensi vena jugularis

ü Kulit dingin dan lembab

ü Penurunan denyut nadi perifer

ü Oliguria, kaplari refill lambat

ü Nafas pendek/ sesak nafas

ü Perubahan warna kulit

ü Batuk, bunyi jantung S3/S4

ü Kecemasan

 

 

 

NOC :

ü Cardiac Pump effectiveness

ü Circulation Status

ü Vital Sign Status

ü Tissue perfusion: perifer

Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam penurunan kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil:

ü Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)

ü Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

ü Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

ü Tidak ada penurunan kesadaran

ü AGD dalam batas normal

ü Tidak ada distensi vena leher

ü Warna kulit normal

NIC :

ü  Evaluasi adanya nyeri dada

ü   Catat adanya disritmia jantung

ü  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output

ü  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

ü  Monitor balance cairan

ü  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan anti aritmi

ü  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

ü  Monitor toleransi aktivitas pasien

ü  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu

ü  Anjurkan untuk menurunkan stress

ü  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

ü  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

ü  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

ü  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

ü  Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung

ü  Monitor frekuensi dan irama pernapasan

ü  Monitor pola pernapasan abnormal

ü  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

ü  Monitor sianosis perifer

ü  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

ü  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

ü  Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen

ü  Sediakan informasi untuk mengurangi stress

ü  Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung

ü  Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer

ü  Minimalkan stress lingkungan

Intoleransi aktivitas 

Berhubungan dengan :

ü Tirah Baring atau imobilisasi

ü Kelemahan menyeluruh

ü Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan

ü Gaya hidup yang dipertahankan.

DS:

ü Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.

ü Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

DO :

ü Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

ü Perubahan ECG : aritmia, iskemia

 

 

NOC :

ü Self Care : ADLs

ü Toleransi aktivitas

ü Konservasi eneergi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :

ü Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

ü Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

ü Keseimbangan aktivitas dan istirahat

 

NIC :

ü Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

ü Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

ü Monitor nutrisi  dan sumber energi yang adekuat

ü Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

ü Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

ü Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

ü Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

ü Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

ü Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

ü Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

ü Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

ü Bantu untuk  mengidentifikasi aktivitas yang disukai

ü Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

ü Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

ü Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

ü Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

ü Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Nyeri akut berhubungan dengan:

Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan

DS:

ü Laporan secara verbal

DO:

ü Posisi untuk menahan nyeri

ü Tingkah laku berhati-hati

ü Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

ü Terfokus pada diri sendiri

ü Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

ü Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

ü Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

ü Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

ü Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

ü Perubahan dalam nafsu makan dan minum

NOC :

ü  Pain Level,

ü  pain control,

ü  comfort level

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:

ü  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

ü  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

ü  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

ü  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

ü  Tanda vital dalam rentang normal

ü  Tidak mengalami gangguan tidur

 

 

NIC :

ü Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

ü Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

ü Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

ü Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

ü Kurangi faktor presipitasi nyeri

ü Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

ü Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

ü Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...

ü Tingkatkan istirahat

ü Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

ü Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Resiko Injury

Faktor-faktor risiko :

Eksternal

ü Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan;  mode transpor atau cara perpindahan; Manusia atau penyedia pelayanan)

ü Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)

ü Kimia (obat-obatan:agen farmasi, alkohol, kafein, nikotin, bahan pengawet, kosmetik; nutrien: vitamin, jenis makanan; racun; polutan)

 

Internal :

ü Psikolgik (orientasi afektif)

ü Mal nutrisi

ü Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia

ü Perubahan faktor pembekuan,

ü Trombositopeni

ü Sickle cell

ü Thalassemia,

ü Penurunan Hb,

ü Imun-autoimum tidak berfungsi.

ü Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)

ü Disfungsi gabungan

ü Disfungsi efektor

ü Hipoksia jaringan

ü Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)

ü Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)

NOC :

ü Risk Kontrol

ü Immune status

ü Safety Behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Klien tidak mengalami injury dengan kriterian hasil:

ü Klien terbebas dari cedera

ü Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera

ü Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal

ü Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury

ü Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

ü Mampu mengenali perubahan status kesehatan

NIC : 

Environment Management (Manajemen lingkungan)

ü  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

ü  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif  pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien

ü  Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)

ü  Memasang side rail tempat tidur

ü  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

ü  Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.

ü  Membatasi pengunjung

ü  Memberikan penerangan yang cukup

ü  Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.

ü  Mengontrol lingkungan dari kebisingan

ü  Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

ü  Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kurang pengetahuan

Berhubungan dengan : Keterbatassan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

DS : Menyatakan secara verbal adanya masalah

DO : Ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai

 

NOC:

ü Kowlwdge : disease process

ü Kowledge : health Behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:

ü Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

ü Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

ü Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

 

NIC :

ü Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

ü Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

ü Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

ü Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

ü Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

ü Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

ü Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

ü Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

ü Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

ü Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

Gangguan perfusi jaringan cerebral

Berhubungan dengan:

ü  Hipovolemia

ü  Aliran arteri terputus

ü  Aliran vena terputus

ü  Hipoventilasi

ü  Reduksi mekanik pada vena dan atau aliran darah arteri

ü  Kerusakan transport oksigen melalui alveolar dan atau membrane kapiler

ü  Keracunan enzim

ü  Perubahan afinitas/ ikatan oksigen dengan Hb

ü  Penurunan konsentrasi Hb dalam darah

 

Tanda dan gejala

ü  Abnormalitas bicara

ü  Kelemahan ekstrimitas

ü  Paralisis

ü  Perubahan status mental

ü  Perubahan pada respon motorik

ü  Perubahan reaksi pupil

ü  Kesulitan untuk menelan

ü  Perubahan kebiasaan

 

NOC :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..........x 24 jam, diharapakan perfusi jaringan serebral efektif dengan kriteria hasil:

Circulation Status

ü  Tekanan darah sistol dalam rentang yang diharapkan

ü  Tekanan darah diastole dalam batas yang diharapkan

ü  Tekanan nadi dalam rentang yang diharapkan

ü  Rata-rata tekanan darah dalam rentang yang diharapkan

ü  Tekanan vena sentral dalam rentang yang diharapkan

ü  Hipotensi ortostatik tidak muncul

ü  Heart rate dalam rentang yang diharapkan

ü  Suara jantung abnormal tidak muncul

ü  Angina tidak muncul

ü  Gas darah dalam rentang yang diharapkan

ü  Perbandingan O2 arteri vena dalam rentang yang diharapkan

ü  Suara napas tambahan tidak muncul

ü  Intake dan output 24 jam seimbang

ü  Perfusi jaringan perifer

ü  Nadi perifer teraba kuat

ü  Nadi perifer simetris

ü  Pembesaran pembuluh darah tidak ada

ü  JVP tidak tampak

ü  Edema perifer tidak muncul

ü  Asites tidak muncul

ü  Status kognitif dalam rentang yangt diharapkan

ü  Kelemahan ekstrim tidak ada

 

NIC :

INTRACRANIAL PRESSURE MONITORING

ü Catat respon pasien terhadap stimulasi

ü Monitor TIK pasien dan respon neurology pasien terhadap aktivitas

ü Monitor intake dan output cairan

ü Restrain pasien jika perlu

ü Monitor suhu dan angka WBC

ü Kolaborasi pemberian antibiotic

ü Minimalkan stimuli dari lingkungan

ü Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab

ü Pantau status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normal

ü Pantau TTV

ü Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi terhadap cahaya

ü Letakkan kepala pada posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis

ü Pertahankan keadaan tirah baring

ü Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, kesamaan, gangguan lapang pandang/ kedalaman persepsi

ü Kaji rigiditas, kedutan, kegelisahan yang meningkat, peka rangsang dan serangan kejang

ü Beri obat sesuai medikasi

ü Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti massa protrombin dan kadar dilantin

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Black, J. M., & Hawks, J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Elsevier.

Copstead C., Lee-Ellen dan Jacquelyn L. Banasik. 2005. Pathophysiology Vol. 1.  Elsevier :St. Louis Missouri 63146.

Gloria M. Bulechek.2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier

Hariyanto, A., & Sulistyowati, R. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media.

Moorhed. 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby Elsevier

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Nanda NIC NOC; Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jakarta : Mediacton

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Price, Sylvia A, 2012Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 vol.1.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Sofyan, Andy. 2012. Hipertensi. Kudus.

Udjiati, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperwatan. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2013). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

 

 

 

No comments:

Post a Comment