LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan
tekanan diastolic 90 mmHg ( Smeltzer, 2001).
Menurut Price (2005) Tekanan darah
tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi.
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti
tinggi dan tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American
Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu
sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
B. ETIOLOGI
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi,
lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana
tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan
darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder). ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi berdasarkan
penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau
esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat
pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah
hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak
penyebab, seperti; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Price, 2005)
Jika penyebabnya diketahui, maka
disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonalatau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB). ( Smeltzer, 2001)
Penyebab hipertensi lainnya yang
jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin). (Price, 2005)
Beberapa
penyebab terjadinya hipertensi sekunder :
1. Penyakit
Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal
(luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran
yang mengenai ginjal.
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio
aorta
b. Preeklamsi
pada kehamilan
c. Porfiria
intermiten akut
d. Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan
kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan
volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan
TPR yang berlangsung lama
C.
Faktor predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu,
Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan
keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot
(satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi. (Smeltzer, 2001).
Sedangkan yang dapat dikontrol
seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi
alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat
kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
tidak beraktivitas. (Price, 2005)
Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota. (Price, 2005)
Berdasarkan penyelidikan,
kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa
faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan
hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung
dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. ( Smeltzer, 2001).
D.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada
medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer, 2001).
Pada saat bersamaan dimana system
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Price, 2005)
E.
Manefestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. (Price, 2005)
Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang
terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. (Price, 2005). Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera. (Price,2005)
F.
Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure membuat suatu
klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk
Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih * |
||
Kategori |
Sistolik (mmhg) |
Diastolik (mmhg) |
Normal |
< 130 |
<85 |
Normal tinggi |
130-139 |
85-89 |
Hipertensi |
||
Tingkat 1 (ringan) |
140-159 |
90-99 |
Tingkat 2 (sedang) |
160-179 |
100-109 |
Tingkat 3 (berat) |
≥180 |
≥110 |
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut.
Apabila tekanan sistolik dan diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka
yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari
dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan
atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer, 2001).
Pada pemeriksaan tekanan darah
akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam
jangka beberapa minggu. (Price, 2005)
Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya
usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis. (Price, 2005)
Disamping itu juga terdapat
hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced hypertension/PIH) PIH adalah jenis
hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH
tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR.
Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita
sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas
vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini
menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada
wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap
vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah
secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul
sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta.
PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang, koma, dan
kematian. (Smeltzer, 2001).
G.
PATHWAY
H.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1.
Pemeriksaan yang segera seperti :
a.
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b.
Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c.
Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d.
Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e.
Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f.
Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g.
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h.
Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i.
Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
j.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k.
Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l.
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
m.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari
keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
b.
CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c.
IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CT scan.
e.
USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
I.
KOMPLIKASI
Efek pada organ :
1. Otak
a.
Pemekaran pembuluh darah
b.
Perdarahan
c.
Kematian sel otak : stroke
2.
Ginjal
a.
Malam banyak kencing
b.
Kerusakan sel ginjal
c.
Gagal ginjal
3.
Jantung
a. Membesar
b. Sesak nafas
(dyspnoe)
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung
J.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi
meliputi :
1. Terapi
tanpa Obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan
). Tujuan pendidikan
kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1). Dosis obat pertama dinaikkan
2). Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3). Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1). Obat ke-2 diganti
2). Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1). Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2). Re-evaluasi dan konsultasi
3). Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
1.
Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
2.
Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
3.
Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4.
Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan
darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui
dengan mengukur memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh
menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.Sedapat mungkin tindakan
terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita. Ikut sertakan keluarga penderita
dalam proses terapi
5.
Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
6.
Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari
atau 2 x sehari
7.
Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping
dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
8.
Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti
obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
9.
Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
10. Untuk penderita yang kurang patuh,
usahakan kunjungan lebih sering
11. Hubungi segera penderita, bila tidak
datang pada waktu yang ditentukan.
12. Melihat pentingnya kepatuhan pasien
dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien
tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
K.
Cara Pencegahan
1.
Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas
dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap
ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes
Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan
merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari
dengan konsumsi rendah garam
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan
berat badan.
2.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi
penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada
pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya
tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor
resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
L. Perawatan Hipertensi
a. Usahakan untuk
dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).
b. Batasi pemakaian
garam.
c.
Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila
diketahui ada faktor keturunan hipertensi dalam keluarga.
d. Tidak merokok.
e. Perhatikan
keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
f.
Hindari minum kopi yang berlebihan.
g. Mempertahankan gizi
(diet yang sehat seimbang).
h. Periksa tekanan
darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.
Bagi yang sudah
sakit
a. Berobat secara
teratur.
b. Jangan
menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk
dokter.
c.
Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika
menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan
memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama
kesembuhan, kunci utamanya adalah :
a. Keaktifan penderita
dalam pengendalian tekanan darah.
b. Penderita berusaha,
petugas petugas kesehatan membantu.
c.
Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas
kesehatan
M. Diit Hipertensi
a.
Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1.
Konsumsi lemak dibatasi
2.
Konsumsi Cholesterol dibatasi
3.
Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4.
Makanan yang boleh dikonsumsi
b.
Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1. Sumber
kalori (Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.)
2. Sumber protein hewani (Daging,ayam,ikan,semua
terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak
satu butir sehari, susu tanpa lemak.)
3. Sumber protein
nabati (Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.)
4. Sumber lemak (Santan kelapa encer
dalam jumlah terbatas.
5. Sayuran (Sayuran yang tidak
menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu
siam, oyong, wortel.)
6. Buah-buahann (Semua buah kecuali nangka,
durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.)
7. Bumbu (Pala, kayu manis,asam,gula,
bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.)
8. Minuman (Thea encer, coklat encer,
juice buah.)
c.
Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
·
Makanan yang banyak mengandung garam
1. Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
atau soda.
2. Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan
asin,ikan pindang, sarden ikan teri, telur asin.
3. Keju, margarine dan mentega.
·
Makanan yang banyak mengandung kolesterol (Makanan dari hewan seperti
otak, ginjal, hati, limfa dan jantung.)
·
Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
1. Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu
jenuh,cream, keju, mentega.
2. Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
·
Makanan yang banyak menimbulkan gas (Kool, sawi, lobak, dll.)
d.
Bagaimana Mengatur Diit
1. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan,
margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau minyak jagung
dalam jumlah tertentu.
2. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling
banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
3. Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4. Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5. Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6. Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup,
coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara
tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang
perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta
kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat tradisional
tersebut diantaranya:
1. Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa
menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu
buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing
diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini diminum
setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu bulan
sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula
pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita
hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya
lebih banyak.
2.
Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus,
saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu
gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit
ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa
memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
3.
Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi
dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman
karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa
direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang
dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9
siung sekali makan.
4.
Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama
dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas
memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi
dan sore hari secara teratur
5.
Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air
putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum
pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
6.
Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7.
Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8.
Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum
N. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
1. Kelemahan
2. Letih
3. Napas pendek
4. Gaya hidup monoton
Tanda :
1. Frekuensi jantung meningkat
2. Perubahan irama jantung
3. Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
1.
Kenaikan TD
2.
Nadi : denyutan jelas
3.
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
4.
Bunyi jantung : murmur
5.
Distensi vena jugularis
6.
Ekstermitas (Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi
perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat)
c.
Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
a.
Letupan suasana hati
b.
Gelisah
c.
Penyempitan kontinue perhatian
d.
Tangisan yang meledak
e.
Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
f.
Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :
a.
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
b.
Mual
c.
Muntah
d.
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
a.
BB normal atau obesitas
b.
Edema
c.
Kongesti vena
d.
Peningkatan JVP
e.
Glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
a.
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
b.
Episode kebas
c.
Kelemahan pada satu sisi tubuh
d.
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
e.
Episode epistaksis
Tanda :
a.
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
b.
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
c.
Perubahan retinal optik
g.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
a. Nyeri hilang timbul pada tungkai
b. Sakit kepala oksipital berat
c.
Nyeri abdomen
h.
Pernapasan
Gejala :
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b. Takipnea
c.
Ortopnea
d. Dispnea nocturnal proksimal
e. Batuk dengan atau tanpa sputum
f.
Riwayat merokok
Tanda :
a. Distress respirasi/
penggunaan otot aksesoris pernapasan
b. Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c.
Sianosis
i.
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral
transien
j.
Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
a. Factor resiko keluarga ; hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
b. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB
atau hormon lain
c.
Penggunaan obat / alkohol
O. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Resiko Injury
berhubungan dengan adanya diplopia, spasme arteriol pada retina
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit
6. Gangguan perfusi
jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke otak menurun
P.
RENCANA
KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN |
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL |
INTERVENSI |
||||
Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard DO/DS: ü Aritmia,
takikardia, bradikardia ü Palpitasi, oedem ü Kelelahan ü Peningkatan/penurunan
JVP ü Distensi vena
jugularis ü Kulit dingin dan
lembab ü Penurunan denyut
nadi perifer ü Oliguria, kaplari
refill lambat ü Nafas pendek/ sesak
nafas ü Perubahan warna
kulit ü Batuk, bunyi
jantung S3/S4 ü Kecemasan |
NOC : ü Cardiac Pump
effectiveness ü Circulation Status ü Vital Sign Status ü Tissue perfusion:
perifer
|
NIC : ü Evaluasi adanya nyeri dada ü Catat adanya disritmia jantung ü Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output ü Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
jantung ü Monitor balance cairan ü Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
anti aritmi ü Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan ü Monitor toleransi aktivitas pasien ü Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
ortopneu ü Anjurkan untuk menurunkan stress ü Monitor TD, nadi, suhu, dan RR ü Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri ü Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan ü Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas ü Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung ü Monitor frekuensi dan irama pernapasan ü Monitor pola pernapasan abnormal ü Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit ü Monitor sianosis perifer ü Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) ü Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign ü Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian
oksigen ü Sediakan informasi untuk mengurangi stress ü Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung ü Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah
trombus perifer ü Minimalkan stress lingkungan |
||||
Intoleransi
aktivitas Berhubungan dengan : ü Tirah Baring atau
imobilisasi ü Kelemahan
menyeluruh ü Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen dengan kebutuhan ü Gaya hidup yang
dipertahankan. DS: ü Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan. ü Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas. DO : ü Respon abnormal
dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas ü Perubahan ECG :
aritmia, iskemia |
NOC : ü Self Care : ADLs ü Toleransi aktivitas ü Konservasi eneergi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : ü Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR ü Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri ü Keseimbangan aktivitas dan istirahat |
NIC : ü Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas ü Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan ü Monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat ü Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan ü Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik) ü Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien ü Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang tepat. ü Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan ü Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial ü Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan ü Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek ü Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai ü Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang ü Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas ü Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas ü Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan ü Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual |
||||
Nyeri akut berhubungan
dengan: Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan jaringan DS: ü
Laporan secara verbal DO: ü Posisi untuk menahan nyeri ü Tingkah laku berhati-hati ü Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai) ü Terfokus pada diri sendiri ü Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan
proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) ü Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) ü Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) ü Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku) ü Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) ü Perubahan dalam nafsu makan dan minum |
NOC
: ü Pain
Level, ü pain
control, ü comfort
level Setelah dilakukan tinfakan
keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: ü Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) ü Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri ü Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) ü Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang ü Tanda
vital dalam rentang normal ü Tidak
mengalami gangguan tidur |
NIC : ü Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ü Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan ü Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan ü Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan ü Kurangi faktor presipitasi nyeri ü Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi ü Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin ü Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
……... ü Tingkatkan istirahat ü Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur ü Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali |
||||
Resiko Injury
|
|
NIC : Environment Management
(Manajemen lingkungan) ü Sediakan
lingkungan yang aman untuk pasien ü Identifikasi
kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien ü Menghindarkan
lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) ü Memasang side rail tempat
tidur ü Menyediakan
tempat tidur yang nyaman dan bersih ü Menempatkan
saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien. ü Membatasi pengunjung ü Memberikan penerangan yang
cukup ü Menganjurkan
keluarga untuk menemani pasien. ü Mengontrol lingkungan dari
kebisingan ü Memindahkan
barang-barang yang dapat membahayakan ü Berikan
penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit. |
||||
Kurang
pengetahuan Berhubungan dengan : Keterbatassan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi. DS : Menyatakan
secara verbal adanya masalah DO :
Ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai |
NOC: ü Kowlwdge : disease
process ü Kowledge : health
Behavior Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien menunjukkan
pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil: ü Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan ü Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar ü Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya |
NIC : ü Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga ü Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat. ü Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara yang tepat ü Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat ü Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara
yang tepat ü Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat ü Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat ü Diskusikan pilihan terapi atau penanganan ü Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan ü Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat |
||||
Gangguan perfusi jaringan cerebral Berhubungan dengan: ü
Hipovolemia ü
Aliran arteri terputus ü
Aliran vena terputus ü
Hipoventilasi ü
Reduksi mekanik pada vena dan atau aliran darah
arteri ü
Kerusakan transport oksigen melalui alveolar dan
atau membrane kapiler ü
Keracunan enzim ü
Perubahan afinitas/ ikatan oksigen dengan Hb ü
Penurunan konsentrasi Hb dalam darah Tanda dan gejala ü
Abnormalitas bicara ü
Kelemahan ekstrimitas ü
Paralisis ü
Perubahan status mental ü
Perubahan pada respon
motorik ü
Perubahan reaksi pupil ü
Kesulitan untuk menelan ü
Perubahan kebiasaan |
NOC : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ..........x 24 jam, diharapakan perfusi
jaringan serebral efektif dengan kriteria hasil: Circulation
Status ü Tekanan darah sistol dalam
rentang yang diharapkan ü Tekanan darah diastole dalam
batas yang diharapkan ü Tekanan nadi dalam rentang
yang diharapkan ü Rata-rata tekanan darah dalam
rentang yang diharapkan ü Tekanan vena sentral dalam
rentang yang diharapkan ü Hipotensi ortostatik tidak
muncul ü Heart rate dalam rentang yang
diharapkan ü Suara jantung abnormal tidak
muncul ü Angina tidak muncul ü Gas darah dalam rentang yang
diharapkan ü Perbandingan O2 arteri vena
dalam rentang yang diharapkan ü Suara napas tambahan tidak
muncul ü Intake dan output 24 jam
seimbang ü Perfusi jaringan perifer ü Nadi perifer teraba kuat ü Nadi perifer simetris ü Pembesaran pembuluh darah
tidak ada ü JVP tidak tampak ü Edema perifer tidak muncul ü Asites tidak muncul ü Status kognitif dalam rentang
yangt diharapkan ü Kelemahan ekstrim tidak ada |
NIC : INTRACRANIAL PRESSURE MONITORING ü Catat respon pasien terhadap
stimulasi ü Monitor TIK pasien dan respon
neurology pasien terhadap aktivitas ü Monitor intake dan output
cairan ü Restrain pasien jika perlu ü Monitor suhu dan angka WBC ü Kolaborasi pemberian
antibiotic ü Minimalkan stimuli dari
lingkungan ü Tentukan faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyebab ü Pantau status neurologis
sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normal ü Pantau TTV ü Evaluasi pupil, catat ukuran,
bentuk, kesamaan dan reaksi terhadap cahaya ü Letakkan kepala pada posisi
agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis ü Pertahankan keadaan tirah
baring ü Catat perubahan dalam
penglihatan, seperti adanya kebutaan, kesamaan, gangguan lapang pandang/
kedalaman persepsi ü Kaji rigiditas, kedutan,
kegelisahan yang meningkat, peka rangsang dan serangan kejang ü Beri obat sesuai medikasi ü Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi, seperti massa protrombin dan kadar dilantin |
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks,
J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Elsevier.
Copstead C., Lee-Ellen dan Jacquelyn L. Banasik. 2005.
Pathophysiology Vol. 1. Elsevier :St. Louis Missouri 63146.
Gloria M. Bulechek.2013. Nursing Interventions Classifications
(NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Hariyanto, A., &
Sulistyowati, R. (2015). Keperawatan
Medikal Bedah 1. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Trans Info Media.
Moorhed. 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan
Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Nanda NIC NOC; Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Jakarta : Mediacton
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Price, Sylvia A, 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 vol.1.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Sofyan, Andy. 2012. Hipertensi.
Kudus.
Udjiati, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.
Wijaya, A. S., & Putri,
Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Wilkinson, J. M.
(2016). Diagnosis Keperwatan. Jakarta:
EGC.
Wilkinson, J. M., &
Ahern, N. R. (2013). Diagnosis
Keperawatan. Jakarta: EGC.
No comments:
Post a Comment