LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS
A.
Pengertian
Febris
adalah Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus. Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas
37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Wong, 2009).
Febris
konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (diatas
38 0C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium (Suriadi,
2009).
Demam
adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada
juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu
tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia,
2010).
B.
Etiologi
Menurut
Sumijati (2010) bahwa etiologi febris, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Suhu lingkungan.
2.
Adanya infeksi.
3.
Pneumonia.
4.
Malaria.
5.
Otitis media.
6.
Imunisasi
Demam
terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2010).
C.
Manifestasi Klinis
Tanda
dan gejala terjadinya febris yang dikutip Rusepno (2011) yang sering muncul
adalah sebagai berikut :
1.
Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
2.
Kulit kemerahan
3.
Hangat pada sentuhan
4.
Peningkatan frekuensi pernapasan
5.
Menggigil
6.
Dehidrasi
7.
Kehilangan nafsu makan
Banyak
gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan
somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C
- 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik
minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik
atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat
(Carpenito, 2009).
D.
Patofisiologi
Demam
adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi
atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari
infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda
asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik yang
dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama keadaan
sakit (Rusepno, 2011).
Mekanisme
demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme
ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah,
makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini
selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang
disebut juga zat pirogen leukosit (Sumijati, 2010).
Pirogen
selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh
(sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh (Mansjoer, 2014).
E.
Pemeriksaan Penunjang
Sebelum
meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih pdapat
diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi
permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam
tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti
melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi (Mansjoer,
2014).
F.
Penatalaksanaan
1.
Secara Fisik
Mengawasi
kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak
mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
a.
Bukalah pakaian dan selimut yang
berlebihan
b.
Memperhatikan aliran udara di dalam
ruangan
c.
Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah
terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
d.
Berikan cairan melalui mulut, minum
sebanyak-banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak
diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh
yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e.
Tidur yang cukup agar metabolisme
berkurang
f.
Kompres dengan air biasa pada dahi,
ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh
anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas
tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air
es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
g.
Saat ini yang lazim digunakan adalah
dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku
maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu
di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi.
2.
Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik
bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik :
a.
Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup
parasetamol
b.
Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg
atau 1-1½ sendok teh sirup parasetamol
c.
Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol
500 mg atau 2 sendok teh sirup parasetamol.
Tablet
parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh
manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran
obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya (Ngastiyah, 2009).
G.
Proses/Penatalaksanaan Keperawatan
1.
Pengkajian Fokus
a.
Identitas
Identitas klienyang perlu dikaji meliputi nama, umur,
pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat. Umur anak
sangat penting untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan.
b. Riwayat
Keperawatan.
1)
Keluhan utama.
Keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian yaitu
panas.
2)
Riwayat penyakit sekarang.
Sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil dan gelisah.
3)
Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi berulang yang menyebabkan
sistem imun menurun sehingga sering terjadi peningkatan suhu tubuh.
4)
Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak.
c.
Riwayat kesehatan lingkungan.
Demam sering terjadi pada musim hujan dan awal musim
semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang
juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap
dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
d. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi
untuk mendapat penyakit infeksi karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup
kuat untuk melawan infeksi sekunder.
e.
Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi
protein = MEP).
f.
Pemeriksaan persistem.
1)
Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2)
Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit
bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif
atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak
teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret.
3)
Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan
menurun, lemah.
4)
Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita dehidrasi, orang tua mungkin
belum memahami alasan anak menderita dehidrasi (ringan sampai berat) yang
diakibatkan peningkatan suhu tubuh anak.
5)
Sistem saraf
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan
menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
6)
Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum dan anak malas
untuk beraktivitas.
7)
Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
8)
Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis,
pucat, akral hangat, kulit kering.
9)
Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi
b.
Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan demam, menurunnya intake cairan.
c.
Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan
potensial neutron.
3.
Rencana Keperawatan
No |
Diangosa keperawatan |
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) |
Intervensi (NIC) |
1. |
Hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh. Kriteria hasil (NOC): Termoregulasi 1)
Suhu
tubuh
dalam rentang normal 2)
Nadi dan RR dalam rentang normal 3)
Tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada pusing, merasa nyaman |
1)
Monitor suhu minimal tiap 2 jam 2)
Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu 3)
Monitor TD, nadi, dan RR 4)
Monitor warna dan suhu kulit 5)
Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi 6)
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi 7)
Ajarkan pada pasien melaksanakan
kompres hangat 8)
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan 9)
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan 10) Ajarkan
indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan 11) Berikan
anti piretik jika
perlu |
2. |
Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan demam, menurunnya intake cairan. |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan. Kriteria hasil (NOC): 1)
Fulid balance 2)
Hydration 3)
Nutritional status : Food and fluid
intake ·
Tidak ada tanda dehidrasi ·
Suhu tubuh normal 36,5-37 0C ·
Kelopak mata tidak cekung ·
Turgor kulit baik ·
Akral hangat |
1)
Kaji adanya tanda dehidrasi 2)
Jaga kelancaran aliran infus 3)
Periksa adanya tromboplebitis 4)
Pantau tanda vital tiap 6 jam 5)
Anjurkan pemberian cairan secara
peroral dan tekankan pentingnya cairan parenteral 6)
Pantau balance cairan 7)
Berikan nutrisi sesuai diit 8)
Awasi turgor kulit |
3. |
Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan
potensial neutron |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi injuri akibat
kejang. Kriteria
hasil (NOC): 1)
Risk kontrol 2)
Status neurologis ·
Tidak ada injuri pada bagian tubuh
jika terjadi kejang ·
Orang tua selalu mengawasi
disamping anaknya ·
Orang tua melapor jika terjadi
kejang ·
Tempat tidur terpasang pengaman |
1)
Pasang
pengaman di sisi tempat tidur 2)
Anjurkan
orang tua untuk melapor jika terjadi kejang 3)
Siapkan
sudip lidah/ pasang pada mulut pasien 4)
Kolaborasi
berikan anti kejang luminal dan diazepam 5)
Berikan
obat sesuai program 6)
Awasi
adanya kejang tiap 15 menit sekali |
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
LJ. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica
Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
Julia
Klaartje Kadang, SpA (2010). Metode Tepat Mengatasi Demam. Dalam http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses pada Rabu, 16 Juli 2014,
pukul : 20.00 WITA
Mansjoer,
A. 2014. Asuhan Keperawatn
Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Ngastiyah.
2009. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Rusepno,
Hassan. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Info Medika : Jakarta
Suriadi,
Yuliani. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto.
Wong, D, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Penerbit. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
No comments:
Post a Comment