ASFIKSIA
A.
Pengertian
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akan mengalami asfiksia
sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat,
atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. (Depkes RI, 2009).
Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami
gangguan pertukaran gas dan transport 02 sehingga penderita
kekurangan persediaan 02 dan kesulitan mengeluarkan C02
(Markum, 2009).
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan dapat
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (Manuaba, 2008).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan
pada bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi
tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari
tubuhnya (Dewi, 2011).
B.
Klasifikasi Asfiksia
1.
Asfiksia
ringan (nilai Apgar 7 – 10).
2.
Asfiksia
sedang (nilai Apgar 4 – 6).
3.
Asfiksia
berat (nilai Apgar 0 - 3) (Departemen Kesehatan, 2009).
Tabel
1.1
Untuk
menentukan tingkat atau derajat asfiksia yang dialami bayi
Tanda |
0 |
1 |
2 |
Warna |
Tubuh dan muka pucat atau biru |
Tubuh merah muda tangan dan kaki biru, tubuh dan muka
pucat |
Tubuh dan wajah seluruhnya merah muda |
Frekuensi jantung |
Denyut jantung ( - ) |
100 / menit atau kurang denyut jantung lemah |
Denyut jantung lebih dari 100 / menit, denyut jantung
sehat |
Usaha nafas |
Tidak bernafas Tidak menangis |
Nafas lambat dan tidak teratur, retraksi dada merintih
atau tangisan lemah |
Tangisan kuat |
Tonus otot |
Tangan dan kaki lemas, tidak ada gerak sebagai respon
terhadap rangsangan |
Ada sedikit gerakan sebagai respons terhadap rangsangan |
Gerakan aktif menggerakkan tangan dan kaki |
Reflek |
Tidak ada respons |
Muka menyeringai atau merengut |
Menangis, batuk atau bersin |
C.
Etiologi
1.
Gangguan sirkulasi menuju janin
a.
Gangguan aliran pada tali pusat
1)
Lilitan tali pusat
2)
Simpul tali mati
3)
Tekanan pada tali pusat
4)
Ketuban telah pecah
5)
Kehamilan lewat waktu
b.
Pengaruh Obat : karena
narkoba saat persalinan
2.
Faktor ibu
a.
Gangguan his : tetania uteri – hipertoni.
b.
Turunnya tekanan darah dapat mendadak :
perdarahan pada plasenta previa dan solusi plasenta.
c.
Vaso kontriksi arterial : hipertensi
pada hamil dan gestosis pre-eklampsia-eklampsia.
d.
Gangguan pertukaran nutrisi atau O2
(Manuaba, 2008).
D.
Manifestasi
Klinik
1. Bayi tidak
bernafas atau nafas megap-megap.
2. Denyut
jantung kurang 100 x / menit.
3. Kulit
sianosis, pucat.
4. Tonus
otot menurun.
5. Skor
Apgar : Asfiksia ringan bila skor : 7, asfiksia sedang bila skor : 4-6,
asfiksia berat bila skor kurang atau sama dengan 3 (Pelatihan PONEK, 2014).
E.
Patofisiologi
Bayi yang kekurangan oksigen beradaptasi dengan mengaktifkan metabolisme
anaerob dan mengalirkan darah ke berbagai organ vital seperti otak dan
miokardium. Asam laktat yang dihasilkan oleh metabolisme anaerob hanya terjadi
dalam keadaan hipoksia berat yang lama sehingga proses adaptasi fisiologis
terganggu (Manuaba, 2008).
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas
serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan
pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung
dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap,
sehingga menimbulkan komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita. Pada
tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini mungkin
hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung
terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen
tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan
terjadinya keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan
menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi
kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut
jantung (Wiknjosastro, 2009).
A. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada bayi dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2009) yaitu sebagai berikut :
1. Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
2. Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
4. Pengkajian spesifik
5. Elektrolit garam
6. USG
7. Gula darah.
8. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
9. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
10. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah.
B. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi dengan asfiksia menurut Saifudin (2008) adalah sebagai berikut :
1.
Pengawasan suhu: jangan biarkan bayi
kedinginan, penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel jaringan
sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
2.
Pembersihan jalan napas: saluran napas
atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion. Tindakan dilakukan dengan hati
– hati tidak perlu tergesa – gesa. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh
akan timbul penyulit seperti spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa
jalan napas. Pada Asfiksia berat dilakukan resusitasi kardio pulmonal.
3.
Rangsangan untuk menimbulkan pernapasan:
Bayi yang tidak menunjukkan usaha bernapas 20 detik setelah lahir menunjukkan
depresi pernapasan. Maka setelah dilakukan penghisapan diberi O2 yang cepat
kedalam mukosa hidung. Bila tidak berhasil dilakukan rangsang nyeri dengan
memukul telapak kaki. Bila tidak berhasil pasang ET.
C. Proses/Penatalaksanaan
Keperawatan
1.
Pengkajian Fokus
a.
Identitas klien/bayi dan keluarga.
b.
Diagnosa medik yang ditegakkan saat
klien masuk rumah sakit.
c.
Alasan klien/bayi masuk ruang
perinatologi.
d.
Riwayat kesehatan klien/bayi saat ini.
e.
Riwayat kehamilan ibu dan persalinan
ibu.
f.
Riwayat kelahiran klien/bayi.
g.
Pengukuran nilai apgar score, Bila
nilainya 0-3 asfiksia berat, bila nilainya 4-6 asfiksia sedang.
h.
Pengkajian dasar data neonatus:
1)
Sirkulasi
a)
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110
sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg
(diastolik).
b)
Bunyi jantung, lokasi di mediasternum
dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang
intercosta III/ IV.
c)
Murmur biasa terjadi di selama beberapa
jam pertama kehidupan.
d)
Tali pusat putih dan bergelatin,
mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2)
Eliminasi : Dapat berkemih saat lahir.
3)
Makanan/ cairan
a)
Berat badan : 2500-4000 gram
b)
Panjang badan : 44-45 cm
c)
Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai
gestasi)
4)
Neurosensori
a)
Tonus otot : fleksi hipertonik dari
semua ekstremitas.
b)
Sadar dan aktif mendemonstrasikan
refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama
reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c)
Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada
menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek
narkotik yang memanjang).
5)
Pernafasan
a)
Skor APGAR : 1 menit, 5 menit, skor optimal
harus antara 7-10.
b)
Rentang dari 30-60 permenit, pola
periodik dapat terlihat.
c)
Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang
krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum
terjadi.
6)
Keamanan
a)
Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º
C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
b)
Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan
tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin
belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau
perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan
peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak
portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada
nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat
terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan
pola napas berhubungan dengan hipoventilasi.
b.
Hipotermia berhubungan dengan Imaturitas pusat regulasi tubuh.
c.
Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan kegagalan neurologik
d.
Resiko
infeksi berhubungan dengan luka bekas pemotongan tali pusat
3.
Intervensi Keperawatan
No |
Dianogsa Keperawatan |
Tujuan dan kriteria hasil (NOC) |
Intervensi Keperawatan (NIC) |
1. |
Gangguan pola napas berhubungan dengan
hipoventilasi. Batasan karakteristik : 1. Bernapas menggunakan otot napas tambahan. 2. Dispnea 3. Napas pendek 4. Frekwensi napas 40- 60 kali / menit |
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama, diharapkan pola napas bayi efektif dengan
kriteria : Status Respirasi : Ventilasi : 1. Pernapasan pasien 30-60X/menit. 2. Pengembangan dada simetris. 3. Irama pernapasan teratur 4. Tidak ada retraksi dada saat bernapas 5. Inspirasi dalam tidak ditemukan 6. Saat bernapas tidak memakai otot napas tambahan 7. Bernapas mudah tidak ada suara napas tambahan |
Manajemen Jalan Napas : 1. Buka jalan napas 2. Posisikan bayi untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea 3. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan 4. Identifikasi bayi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan 5. Keluarkan sekret dengan suctin 6. Monitor respirasi dan ststus oksigen bila memungkinkan Monitor Respirasi : 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan upaya bernapas 2. Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, retraksi dada dan alat bantu
pernapasan 3. Monitor adanya cuping hidung 4. Monitor pada pernapasan: bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, respirasi kusmaul, cheyne stokes, apnea 5. Monitor adanya penggunaan otot
diafragma 6. Auskultasi suara napas, catat area penurunan dan ketidakadanya ventilasi
dan bunyi napas. |
2. |
Hipotermia berhubungan dengan Imaturitas pusat regulasi tubuh. Batasan karakteristik : 1. Pucat 2. Kulit dingin 3. Suhu tubuh di bawah rentang normal 4. Menggigil 5. Kuku sianosis 6. Pengisian kapiler lambat ( > 2
detik ) |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hipotermi teratasi de-ngan
indicator : Termoregulasi Neonatus : 1. Suhu axila 36-37˚ C 2. RR : 30-60 X/menit 3. Warna kulit merah muda 4. Tidak ada distress respirasi 5. Tidak menggigil 6. Bayi tidak gelisah 7. Bayi tidak letargi |
Pengobatan Hipotermi : 1. Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke tempat yang hangat (di
dalam incubator atau di bawah lampu sorot) 2. Bila basah segera ganti pakaian bayi dengan yang hangat dan kering, beri
selimut 3. Monitor suhu bayi 4. Monitor gejala hipotermi : fatigue, lemah, apatis, perubahan warna kulit. 5. Monitor status pernapasan 6. Monitor intake/output |
3 |
Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan kegagalan neurologik Batasan karakteristik : 1. Tidak mampu dalam menghisap, menelan dan bernafas 2. Tidak mampu dalam memulai atau menunjang penghisapan efektif |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, jam pola makan bayi efektif dengan
kriteria : 1. Bising usus normal 2. Konjungtiva tidak pucat 3. Denyut nadi tidak lemah |
Enteral Tube Feeding : 1. Pasang NGT / OGT 2. Monitor ketepatan insersi NGT /
OGT 3. Cek peristaltic usus 4. Monitor terhadap muntah / distensi
abdomen 5. Cek residu 4 - 6 jam sebelum pemberian enteral |
4. |
Resiko infeksi berhubungan dengan luka bekas
pemotongan tali pusat Faktor Resiko : 1. Prosedur invasif 2. Ketidak adanya pera-watan imun buatan 3. Malnutrisi |
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, bayi diharapkan terhin-dar dari tanda dan gejala
infeksi dengan indicator : Status Imun : 1. RR : 30 - 60 x/menit -
Irama napas teratur 2. Suhu 36,5 - 37,5˚ C 3. Integritas kulit baik 4. Integritas mukosa baik 5. Leukosit dalam batas normal |
Mengontrol Infeksi : 1. Bersihkan box / incubator setelah
dipakai bayi lain 2. Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-penyakit menular 3. Batasi pengunjung 4. Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
berkunjung 5. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan 6. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan 7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai pelindung 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat 9. Ganti letak IV perifer dan line
kontrol dan dressing sesuai ketentuan 10. Tingkatkan intake nutrisi 11. Kolaborasi dengan dokter : antibiotik
bila perlu. Mencegah Infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. Batasi pengunjung 3. Skrining pengunjung terhadap
penyakit menular 4. Pertahankan teknik aseptik pada bayi beresiko 5. Bila perlu pertahankan teknik
isolasi 6. Beri perawatan kulit pada area eritema 7. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, dan drainase 8. Dorong masukan nutrisi yang cukup |
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. 2009. Pelayanan
Kesehatan Neonatal Essensial. Depkes RI. Jakarta.
Manuaba Ida Bagus Gde, DSOG.
2008. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta.
Pelatihan PONEK. 2014. Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif. https.//googleweblight.com.
Diakses tanggal 28 Oktober 2015.
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta
No comments:
Post a Comment