a. Pengertian
Konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuanya berinteraksi dengan orang
lain dan lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek
tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen(1998) dalam Abdul Muhith 2015).
Konsep diri
adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan
bagaimana orang lain memandangnya. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan
bagaiman kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual,
kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian dalam percakapan
sehari-hari. Dengan konsep diri ini, kita bisa membayangkan bagaimana kita
bercermin untuk mengetahui siapa sesungguhnya diri kita. (Keliat, B.A, 1994
dalam Abdul Muhith 2015).
Konsep diri
dipelajari mulai kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu
mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri terdiri dari
berbagai komponen yaitu citra diri, ideal diri, harga diri, dan penampilan
peran, dan identitas peersonal. Respon individu terhadap konsep dirinya
berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaktif sampai
maladaktif. Stain (dalam Stuard and Sunden 1995) mengatakan bahwa konsep diri
memiliki peran penting dalam pembentukan pola kepribadian seseorang karena
konsep diri merupakan inti pola kepribadian, konsep ini mempengaruhi berbagai
sifat dalam diri seseorang.
b. Komponen
Konsep Diri
Konsep diri
mempunyai beberapa komponen, komponen tersebut ada lima yaitu:
1) Gambaran
Diri
Gambaran diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap
ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan
dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart & Sudeen,
1991).
Sejak lahir
individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain,
kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari
lingkungan (Keliat, 1994).
Gambaran diri (body image) berhubungan dengan
kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak penting pada
aspek psikologinya. Citra tubuh adalah sikap, persepsi keyakinan, dan
pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu:
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keteratasan, makna objek yang kontak secara
terus menerus dari masa lalu maupun sekarang. Gangguan citra tubuh adalah
perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk
struktur, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya
akan lebih rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga
diri (Keliat, 1994).
Perubahan tubuh yag
berhubungan dengan tumbuh kembang, dimana seseorang akan merasakan perubahan
pada dirinya seiring dengan pertumbuhan usia. Tidak jarang seseorang menanggapi
dengan repon positif dan negatif. Ketidak puasan juga dirasakan seseorang jika
didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. Umpan balik iterpersonal yang
negatif berarti ada anggapan yang tidak baik berupa celaan dan makian sehingga
dapat menjadikan seseorang menarik diri.
Gambaran diri
adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau
tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make
up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
a) Stresor
yang terjadi pada gambaran diri
(1) Perubahan
ukuran tubuh: penurunan atau kenaikan berat badan.
(2) Perubahan
bentuk tubuh: tindakan invasif (oprasi atau daerah pemasangan infus) atau
perubahan pada mamae yang semula kencang menjadi kendur dan lain sebagainya
(3) Perubahan
struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan alat
dalam tubuh.
(4) Perubahan
fungsi: beberapa penyakit yang dapat merubah sistem tubuh.
(5) Keterbatasan
gerak: makan serta kegiatan.
b) Tanda
dan gejala gangguan gambaran diri
(1) Menolak
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
(2) Tidak
menerima perubahan tubuh yang terjadi.
(3) Menolak
penjelasan perubahan tubuh.
(4) Preakupasi
dengan bagian tubuh yang hilang.
(5) Persepsi
negatif terhadap tubuh.
(6) Mengungkapkan
keputusan.
(7) Mengungkapkan
ketakutan.
2) Ideal
Diri
Ideal diri
adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan
standar, aspirasi, tujuan, atau penilaian personal tertentu (Stuart and
Sundeen,1995 dalam Abdul Muhith (2015)). Gangguan ideal diri adalah ideal diri
terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis, ideal diri yang samar dan
tidak jelas dan cenderung menuntut. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan
nilai-nilai yang ingin dicapai dalam hidup. Ideal diri akan mewujudkan
cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial dan kepada siapa ingin
dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi
orang yang penting dalam dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada
masa remaja, ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang
tua, guru, dan teman (Keliat, 1994 dalam Abdul Muhith, 2015).
3) Peran
Peran adalah
seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan
fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai berbagai
fungsi peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran adalah sikap
dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya dimasyarakat (Keliat, 1994 dalam Abdul Muhith). Peran yang diterapkan
adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
Posisi di
masyarakat dapat merupakan stessor terhadap peran terdiri dari konflik peran,
peran yang tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari:
a) Konflik
peran
Dialami jika
peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik
satu sama lain.
b) Peran
yang tidak jelas
Terjadi jika
individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang
diharapkan. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam masa transisi
merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi
dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
Peran berlebih
jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai istri, ibu,
perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi tidak ada waktu untuk
menyelesaikan. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan
peran harus dilakukan (stuart dan sundeen, 1991 dalam Abdul Muhith, 2015) :
(1) Kejelasan
perilaku dan pengetahuan yang sesuai peran.
(2) Konsistensi
respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
(3) Kesesuaian
dan keseimbangan.
(4) Keselarasan
budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
(5) Pemisahan
situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku peran.
4) Identitas
Identitas adalah
kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari obserfasi dan penelitian yang
merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan
yang utuh (stuart dan sundeen, 1995 dalam Abdul Muhith 2015).
Seseorang yang
mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul
dari perasaan berharga, kemampuan, dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri
dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa
kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri.
5) Harga
diri
Harga diri
adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1995).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga
diri yang tinggi.jikaa individu sering gagal, maka cenderrung harga diri rendah.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah
dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Biasanya harga diri sangat
rentan teganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sabagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya
percaya diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau
kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama) dan dapat
diekspresian secara langsung atau tidak langsung (keliat 1994, dalam Abdul Muhith
2015).
No comments:
Post a Comment