Saturday, 11 March 2017

Konsep Diri



a.       Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuanya berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen(1998) dalam Abdul Muhith 2015).
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan bagaiman kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian dalam percakapan sehari-hari. Dengan konsep diri ini, kita bisa membayangkan bagaimana kita bercermin untuk mengetahui siapa sesungguhnya diri kita. (Keliat, B.A, 1994 dalam Abdul Muhith 2015).
Konsep diri dipelajari mulai kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri terdiri dari berbagai komponen yaitu citra diri, ideal diri, harga diri, dan penampilan peran, dan identitas peersonal. Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaktif sampai maladaktif. Stain (dalam Stuard and Sunden 1995) mengatakan bahwa konsep diri memiliki peran penting dalam pembentukan pola kepribadian seseorang karena konsep diri merupakan inti pola kepribadian, konsep ini mempengaruhi berbagai sifat dalam diri seseorang.
b.      Komponen Konsep Diri
Konsep diri mempunyai beberapa komponen, komponen tersebut ada lima yaitu:
1)      Gambaran Diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart & Sudeen, 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1994).
Gambaran diri (body image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak penting pada aspek psikologinya. Citra tubuh adalah sikap, persepsi keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu: ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keteratasan, makna objek yang kontak secara terus menerus dari masa lalu maupun sekarang. Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1994).
Perubahan tubuh yag berhubungan dengan tumbuh kembang, dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan pertumbuhan usia. Tidak jarang seseorang menanggapi dengan repon positif dan negatif. Ketidak puasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. Umpan balik iterpersonal yang negatif berarti ada anggapan yang tidak baik berupa celaan dan makian sehingga dapat menjadikan seseorang menarik diri.
Gambaran diri adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
a)      Stresor yang terjadi pada gambaran diri
(1)   Perubahan ukuran tubuh: penurunan atau kenaikan berat badan.
(2)   Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif (oprasi atau daerah pemasangan infus) atau perubahan pada mamae yang semula kencang menjadi kendur dan lain sebagainya
(3)   Perubahan struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan alat dalam tubuh.
(4)   Perubahan fungsi: beberapa penyakit yang dapat merubah sistem tubuh.
(5)   Keterbatasan gerak: makan serta kegiatan.
b)      Tanda dan gejala gangguan gambaran diri
(1)   Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
(2)   Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.
(3)   Menolak penjelasan perubahan tubuh.
(4)   Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
(5)   Persepsi negatif terhadap tubuh.
(6)   Mengungkapkan keputusan.
(7)   Mengungkapkan ketakutan.
2)      Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen,1995 dalam Abdul Muhith (2015)). Gangguan ideal diri adalah ideal diri terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis, ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan nilai-nilai yang ingin dicapai dalam hidup. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting dalam dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja, ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, dan teman (Keliat, 1994 dalam Abdul Muhith, 2015).
3)      Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai berbagai fungsi peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat, 1994 dalam Abdul Muhith). Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
Posisi di masyarakat dapat merupakan stessor terhadap peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari:
a)      Konflik peran
Dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
b)      Peran yang tidak jelas
Terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam masa transisi merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi tidak ada waktu untuk menyelesaikan. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran harus dilakukan (stuart dan sundeen, 1991 dalam Abdul Muhith, 2015) :
(1)   Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai peran.
(2)   Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
(3)   Kesesuaian dan keseimbangan.
(4)   Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
(5)   Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku peran.
4)      Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari obserfasi dan penelitian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (stuart dan sundeen, 1995 dalam Abdul Muhith 2015).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya  berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, kemampuan, dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri.
5)      Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1995). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi.jikaa individu sering gagal, maka cenderrung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Biasanya harga diri sangat rentan teganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Gangguan harga diri dapat digambarkan sabagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama) dan dapat diekspresian secara langsung atau tidak langsung (keliat 1994, dalam Abdul Muhith 2015).

No comments:

Post a Comment