1. Status
Gizi Bayi dan Balita
a. Pengertian
Ilmu Gizi
Ilmu gizi (nutrition
science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam
hubungannya dengan kesehatan optimal. Ilmu pengetahuan tentang gizi (nutrisi)
membahas sifat-sifat nutrien (zat gizi) yang terkandung dalam makanan, pengaruh
metaboliknya, serta akibat yang ditimbulkan bila terdapat kekurangan
(ketidakcukupan) zat gizi (Adriani, 2013).
Pangan adalah istilah umum untuk semua
bahan yang dapat dijadikan makanan (Hasdianah dkk, 2014)
Makanan adalah bahan makanan selain obat
yang mengandung zat gizi dan/atau unsur atau ikatan kimia yang dapat diubah
menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam tubuh (Adriani, 2013).
Menurut Robinson & Weighley, status
gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh
tubuh (Adriani, 2013).
b. Faktor-
faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu :
1) Faktor
langsung :
a) Asupan
berbagai makanan
b) Penyakit
Penyakit
infeksi merupakan penyakit yang banyak berhubungan dengan terjadinya kekurangan
gizi di negara berkembang. Infeksi yang sering terjadi pada anak adalah
penyakit saluran pernafasan atas, bawah, diare dan kulit. Menurut SKRT (1995),
anak-anak yang sering menderita penyakit infeksi menyebabkan pertumbuhannya
terhambat dan tidak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal (Istiany, 2013).
c) Pola
pengasuhan
Pola
pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap dan
perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga
kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Semuanya berhubungan dengan
keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik, dan mental, status gizi, pendidikan
umum, dan lainnya (Septiari, 2012).
Pengasuhan,
didefinisikan sebagai cara memberi makan, merawat anak, membimbing, dan
mengajari anak yang dilakukan oleh individu dan keluarga (UNICEF, 1998).
Menurut Gunarsa (1997), pengasuhan diarahkan untuk mengubah tingkah laku sesuai
dengan kemauan si pengasuh (Istiany, 2013).
Melmed
(1997) menegaskan pentingnya usia 3 tahun pertama masa kehidupan anak, karena
merupakan usia yang efektif untuk perbaikan pendidikan anak. Pendapat Melmed
diperkuat oleh para peneliti di Baylor College of Medicine yang memandang bahwa
apabila anak-anak jarang disentuh, maka perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih
kecil daripada ukuran normalnya pada usia itu (Istiany, 2013).
2) Faktor
tidak langsung :
a) Ekonomi
keluarga, penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua faktor
berperan langsung terhadap status gizi.
b) Produksi
pangan, peranan pertanian dianggap penting karena kemampuannya menghasilkan
produk pangan.
c) Budaya,
masih ada kepercayaan untuk memantang makanan tertentu yang dipandang dari segi
gizi sebenarnya mengandung zat gizi yang baik.
d) Kebersihan
lingkungan, kebersihan lingkungan yang jelek akan memudahkan anak menderita
penyakit tertentu seperti ISPA, infeksi saluran pencernaan.
e) Fasilitas
pelayanan kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan dan gizi anak
(Istiyani, 2013)
2. Penilaian
Status Gizi
a. Penilaian
status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung
dapat dibedakan menjadi empat penilaian yaitu :
1) Antropometri
Secara
umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat
pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah air dalam tubuh.
2) Klinis
Pemeriksaan
klinis adalah metode yang sangat penting untuk melihat status gizi masyarakat.
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial
epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tyroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancamg untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Juga untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik
yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3) Biokimia
Penilaian
status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4) Biofisik
Penentuan
fisik gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan
dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of
night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
b. Penilaian
Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak
langsung dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
1) Survei
konsumsi makanan
Survei
konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data
konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2) Statistik
vital
Pengukuran
status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umum, angka kesakitan
dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi.
3) Faktor
ekologi
Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,
tanah, irigrasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar
untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa, 2012).
Dalam menentukan
klasifikasi status gizi harus ada ukuran yang sering disebut reference.
Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi (PSG) anak
balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health Organization-
National Centre for Health Statistics (WHO-NCHS). Pada Loka Karya
Antropometri tahun 1975 telah diperkenalkan baku Harvard. Berdasarkan Semi Loka
Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan
WHO-NCHS (Gizi Indonesia, Vol. XV No 2 tahun 1990).
Berdasarkan
baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat yaitu :
a. Gizi
lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
b. Gizi
baik untuk well nourished.
c. Gizi
kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein
Calori Malnutrion).
d. Gizi
buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiokor dann
kwasiokor (Supariasa. 2012).
Penilaian
status gizi berdasarkan antropometri dapat diukur menggunakan parameter tunggal
seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar pinggu dan tebal lemak di bawah kulit. Pada umumnya
penilaian status gizi menggunakan parameter gabungan seperti : Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Penilaian
status gizi untuk semua golongan umur yang digunakan menggunakan parameter
IMT/U untuk orang dewasa dan ibu hamil, sedangkan parameter IMT/U untuk umur 0
sampai 18 tahun (Istiany, 2013)
Rumus
penghitungan IMT adalah sebagai berikut :
Batas ambang IMT
ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO, yang membedakan batas ambang
untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0
dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat
defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/ WHO menyarankan
menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang
digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus
tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk
tingkat berat.
Status gizi berdasarkan IMT menurut
umur dibagi atas :
a. Sangat
kurus, yaitu kurang dari – 3 standart devisiasi (< - 3 SD)
b. Kurus
yaitu antara – 3 SD sampai dengan < - SD
c. Normal
yaitu antara – 2 SD sampai dengan 1 SD
d. Gemuk
yaitu antara 1 SD sampai dengan 2 SD
e. Sangat
gemuk (Obesitas) yaitu > 3 SD
Tabel
2.1
Standar IMT / U anak laki-laki berumur
0-36 bulan
Umur (Bulan)
|
Indeks Massa Tubuh (IMT)
|
||||||
-3 SD
|
-2 SD
|
-1 SD
|
Median
|
1 SD
|
2 SD
|
3 SD
|
|
0
|
10.2
|
11.1
|
12.2
|
13.4
|
14.8
|
16.3
|
18.1
|
1
|
11.3
|
12.4
|
13.6
|
14.9
|
16.3
|
17.8
|
19.4
|
2
|
12.5
|
13.7
|
15.0
|
16.3
|
17.8
|
19.4
|
21.1
|
3
|
13.1
|
14.3
|
15.5
|
16.9
|
18.4
|
20.0
|
21.8
|
4
|
13.4
|
14.5
|
15.8
|
17.2
|
18.7
|
20.3
|
22.1
|
5
|
13.5
|
14.7
|
15.9
|
17.3
|
18.8
|
20.5
|
22.3
|
6
|
13.6
|
14.7
|
16.0
|
17.3
|
18.8
|
20.5
|
22.3
|
7
|
13.7
|
14.8
|
16.0
|
17.3
|
18.8
|
20.5
|
22.3
|
8
|
13.6
|
14.7
|
15.9
|
17.3
|
18.7
|
20.4
|
22.2
|
9
|
13.6
|
14.7
|
15.8
|
17.2
|
18.6
|
20.3
|
22.1
|
10
|
13.5
|
14.6
|
15.7
|
17.0
|
18.5
|
20.1
|
22.0
|
11
|
13.4
|
14.5
|
15.6
|
16.9
|
18.4
|
20.0
|
21.8
|
12
|
13.4
|
14.4
|
15.5
|
16.8
|
18.2
|
19.8
|
21.6
|
13
|
13.3
|
14.3
|
15.4
|
16.7
|
18.1
|
19.7
|
21.5
|
14
|
13.2
|
14.2
|
15.3
|
16.6
|
18.0
|
19.5
|
21.3
|
15
|
13.1
|
14.1
|
15.2
|
16.4
|
17.8
|
19.4
|
21.2
|
16
|
13.1
|
14.0
|
15.1
|
16.3
|
17.7
|
19.3
|
21.0
|
17
|
13.0
|
14.9
|
16.0
|
16.2
|
17.6
|
19.1
|
21.9
|
18
|
12.9
|
13.9
|
14.9
|
16.1
|
17.5
|
19.0
|
20.8
|
19
|
12.9
|
13.8
|
14.9
|
16.1
|
17.4
|
18.9
|
20.7
|
20
|
12.8
|
13.7
|
14.8
|
16.0
|
17.3
|
18.8
|
20.6
|
21
|
12.8
|
13.7
|
14.7
|
15.9
|
17.2
|
18.7
|
20.5
|
22
|
12.7
|
13.6
|
14.7
|
15.8
|
17.2
|
18.7
|
20.4
|
23
|
12.7
|
13.6
|
14.6
|
15.8
|
17.1
|
18.6
|
20.3
|
24
|
12.7
|
13.6
|
14.6
|
15.7
|
17.0
|
18.5
|
20.3
|
25
|
12.8
|
13.8
|
14.8
|
16.0
|
17.3
|
18.8
|
20.5
|
26
|
12.8
|
13.7
|
14.8
|
15.9
|
17.3
|
18.8
|
20.5
|
27
|
12.7
|
13.7
|
14.7
|
15.9
|
17.2
|
18.7
|
20.4
|
28
|
12.7
|
13.6
|
14.7
|
15.9
|
17.2
|
18.7
|
20.4
|
29
|
12.7
|
13.6
|
14.7
|
15.8
|
17.1
|
18.8
|
20.3
|
30
|
12.6
|
13.6
|
14.6
|
15.8
|
17.1
|
18.6
|
20.2
|
31
|
12.6
|
13.5
|
14.6
|
15.8
|
17.1
|
18.5
|
20.2
|
32
|
12.5
|
13.5
|
14.6
|
15.7
|
17.0
|
18.5
|
20.1
|
33
|
12.5
|
13.5
|
14.5
|
15.7
|
17.0
|
18.4
|
20.1
|
34
|
12.5
|
13.4
|
14.5
|
15.7
|
17.0
|
18.4
|
20.0
|
35
|
12.4
|
13.4
|
14.5
|
15.8
|
16.9
|
18.4
|
20.0
|
36
|
12.4
|
13.4
|
14.4
|
15.6
|
16.9
|
18.4
|
20.0
|
Tabel 2.2
Standar IMT / U anak perempuan berumur
0-36 bulan
Umur (Bulan)
|
Indeks Massa Tubuh (IMT)
|
||||||
-3 SD
|
-2 SD
|
-1 SD
|
Median
|
1 SD
|
2 SD
|
3 SD
|
|
0
|
10.8
|
12.0
|
13.2
|
14.6
|
16.0
|
17.5
|
19.1
|
1
|
11.8
|
13.0
|
14.3
|
15.8
|
17.3
|
19.0
|
20.7
|
2
|
11.8
|
13.0
|
14.3
|
15.8
|
17.3
|
19.0
|
20.7
|
3
|
12.4
|
13.6
|
14.9
|
16.4
|
17.9
|
19.7
|
21.5
|
4
|
12.7
|
13.9
|
15.2
|
16.7
|
18.3
|
20.0
|
22.0
|
5
|
12.9
|
14.1
|
15.4
|
16.8
|
18.4
|
20.2
|
22.2
|
6
|
13.0
|
14.1
|
15.5
|
16.9
|
18.5
|
20.3
|
22.3
|
7
|
13.0
|
14.2
|
15.5
|
16.9
|
18.5
|
20.3
|
22.3
|
8
|
13.0
|
14.1
|
15.4
|
16.8
|
18.4
|
20.2
|
22.2
|
9
|
12.9
|
14.1
|
15.3
|
16.7
|
18.3
|
20.1
|
22.1
|
10
|
12.9
|
14.0
|
15.2
|
16.6
|
18.2
|
19.9
|
21.9
|
11
|
12.8
|
13.9
|
15.1
|
16.5
|
18.0
|
19.8
|
21.8
|
12
|
12.7
|
13.8
|
15.0
|
16.4
|
17.9
|
19.6
|
21.6
|
13
|
12.6
|
13.7
|
14.9
|
16.2
|
17.7
|
19.5
|
21.4
|
14
|
12.6
|
13.6
|
14.8
|
16.1
|
17.6
|
19.3
|
21.3
|
15
|
12.5
|
13.5
|
14.7
|
16.0
|
17.5
|
19.2
|
21.1
|
16
|
12.4
|
13.5
|
14.6
|
15.9
|
17.4
|
19.1
|
21.0
|
17
|
12.4
|
13.4
|
14.5
|
15.8
|
17.3
|
18.9
|
20.9
|
18
|
12.3
|
13.3
|
14.4
|
15.7
|
17.2
|
18.8
|
20.8
|
19
|
12.3
|
13.3
|
14.4
|
15.7
|
17.1
|
18.8
|
20.7
|
20
|
12.2
|
13.2
|
14.3
|
15.6
|
17.0
|
18.4
|
20.6
|
21
|
12.2
|
13.2
|
14.3
|
15.5
|
17.0
|
18.6
|
20.5
|
22
|
12.2
|
13.1
|
14.2
|
15.5
|
16.9
|
18.5
|
20.4
|
23
|
12.2
|
13.1
|
14.2
|
15.4
|
16.9
|
18.5
|
20.4
|
24
|
12.4
|
13.3
|
14.2
|
15.4
|
16.9
|
18.4
|
20.3
|
25
|
12.4
|
13.3
|
14.4
|
15.7
|
17.1
|
18.7
|
20.6
|
26
|
12.3
|
13.3
|
14.4
|
15.6
|
17.0
|
18.7
|
20.6
|
27
|
12.3
|
13.3
|
14.4
|
15.6
|
17.0
|
18.7
|
20.5
|
28
|
12.3
|
13.3
|
14.3
|
15.6
|
17.0
|
18.6
|
20.5
|
29
|
12.3
|
13.2
|
14.3
|
15.6
|
17.0
|
18.6
|
20.4
|
30
|
12.3
|
13.2
|
14.3
|
15.5
|
16.9
|
18.5
|
20.4
|
31
|
12.2
|
13.2
|
14.3
|
15.5
|
16.9
|
18.5
|
20.4
|
32
|
12.2
|
13.2
|
14.3
|
15.5
|
16.9
|
18.5
|
20.4
|
33
|
12.2
|
13.1
|
14.2
|
15.5
|
16.9
|
18.5
|
20.3
|
34
|
12.2
|
13.1
|
14.2
|
15.4
|
16.9
|
18.5
|
20.3
|
35
|
12.1
|
13.1
|
14.2
|
15.4
|
16.8
|
18.4
|
20.3
|
36
|
12.1
|
13.1
|
14.2
|
15.4
|
16.8
|
18.4
|
20.3
|
Tabel 2.3
Indikator Pertumbuhan
Z-score
|
Indikator Pertumbuhan
|
|||
TB/ U
|
BB/U
|
BB/TB
|
BMI/U
|
|
Di atas +3
|
|
|
Obese
(Kegemukan)
|
Obese
(Kegemukan)
|
Di atas +2
|
|
|
Overweight
(BB
Lebih)
|
Overweight
(BB
Lebih)
|
Di atas +1
|
|
|
Possible
risk of overweight
(Beresiko
BB lebih)
|
Possible
risk of overweight
(Beresiko
BB lebih)
|
Median (Nol)
|
|
|
|
|
Di bawah -1
|
|
|
|
|
Di bawah -2
|
Perawakan
Pendek
|
BB
kurang
|
Gizi
Kurang
|
Gizi
kurang
|
Di bawah -3
|
Perawakan
sangat pendek
|
BB
sangat kurang
|
Gizi
buruk
|
Gizi
buruk
|
(DR dr Damayanti Rusli Sjarif 2014)
3. Pola
Makan Sehat
Pola makan sehat
adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan
maksud tertentu, seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah
atau membantu kesembuhan penyakit (Adriany, 2013).
Anak usia 1-3
tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan orang tua. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia
prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relaif besar. Oleh karena
itu pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering
(Septiari, 2012).
Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pola makan antara lain faktor budaya, agama atau kepercayaan,
status sosial ekonomi, personal preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa
kenyang dan kesehatan (Adriany, 2013).
Pedoman pola
makan sehat untuk masyarakat secara umum yang sering digunakan adalah pedoman
empat sehat lima sempurna, makanan triguna, dan pedoman yang paling akhir
diperkenalkan adalah 13 pesan dasar gizi seimbang. Pengertian makanan triguna
adalah bahan makanan atau diet sehari-hari harus mengandung : 1) karbohidrat
dan lemak sebagai zat tenaga; 2) protein sebagai zat pembangun; 3) vitamin dan
mineral sebagai zat pengatur (Adriany, 2013).
Tabel 2.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
makan anak balita
Pengaruh terhadap Penerimaan Makanan
|
Status
gizi dan dehidrasi anak balita
Tingkat
kesehatan atau kesakitan balita
Pengalaman
terhadap makanan yang diberikan, seperti kebiasaan, rasa, tekstur
Besar
porsi, besar potongan makanan
Kemudahan
memegang makanan berdasarkan umur dan keterampilan motorik
Tingkat
kekenyangan
|
Pengaruh Orang Tua, Pengasuh, dan
Saudara
|
Ketersediaan
makanan
Pengetahuan
gizi
Kandungan
zat gizi makanan yang ditawarkan
Gaya
dan kecepatan makan
Harapan
dan model/ di manan, kapan, dan dengan siapa makanan dikonsumsi
Harapan
dan model/ jumlah makanan yang hendak dimakan
Model/
penggunaan makanan yang tidak bagus
|
Pengaruh Interaksi Orang Tua-Anak
|
Harapan
tentang kecepatan dan gaya makan anak balita
Menetapkan
kemungkinan tentang makanan apa dan berapa banyak hendaknya dimakan
Interaksi
lisan yang bersifat positif, netral, atau kritis selama waktu makan
Pembentukan
pola makan dan snack
|
Sumber : Worthington Roberts, B.S
dan S.R. Williams.2000. Nutrition throughout the Life Cycle, ed. 4, pg. 239.
McGraw-Hill Internasional Ed., Singapore.
Orangtua sebagai
dua orang yang paling mengenal buah hati diharapkan mampu memahami tentang
peranannya dalam pemberian makanan kepada anak. Selain itu orang tua seharusnya
juga mengetahui tentang prinsip dasar pemberian makan pada anak yang terdiri
dari :
a. Terjadwal
1) Jadwal
makan termasuk snack teratur dan terencana.
2) Lama
makan maksimum 30 menit.
3) Di antara waktu makan hanya boleh mengonsumsi
air putih.
b. Lingkungan
netral
1) Tidak dipaksa meskipun hanya makan 1-2 suap.
2) Jangan memberikan makanan sebagai hadiah.
3) Tidak sambil bermain atau nonton televisi.
c. Prosedur
makan
1) Porsi kecil
2) Jika
15 menit bayi menolak makan, mengemut, hentikan pemberian makan.
3) Bayi
distimulasi untuk makan sendiri.
4) Membersihkan
mulut anak hanya setelah makan selesai.
(DR
dr Damayanti Rusli Sjarif SpA(K)
Tabel 2.5
Contoh Jadwal Makan
06.00
|
ASI
|
08.00
|
Makan
Pagi (ASI/ MP ASI/ Makanan Keluarga)
|
10.00
|
Makanan
Selingan (Buah atau Biskuit)
|
12.00
|
Makan
Siang (ASI/ MP ASI/ Makanan Keluarga)
|
14.00
|
ASI
|
16.00
|
Makanan
Selingan (Buah atau Biskuit)
|
18.00
|
Makan
Malam (ASI/ MP ASI/ Makanan Keluarga)
|
20.00
|
ASI
|
22.00
|
ASI
|
02.00
|
ASI
|
(DR dr Damayanti Rusli Sjarif
SpA(K)
No comments:
Post a Comment