a. Definisi
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan
sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar
dari penyakit (Dep. Kes, 2005). Imunisasi Dasar Lengkap adalah Suatu kekebalan
yang harus di berikan pada bayi usia 0-12 bulan meliputi imunisasi HB, BCG, Polio,
DPT, dan campak.
Istilah kekebalan biasanya dihubungkan dengan
perlindungan terhadap suatu penyakit tertentu. Imunitas atau kekebalan terdiri
atas imunitas pasif, yaitu tubuh tidak membentuk imunitas, tetapi menerima
imunitas, sedangkan pada imunitas aktif tubuh membentuk kekebalan sendiri
(Supartini, 2004).
Macam-macam kekebalan tubuh manusia (Depkes RI ,
2002 ) yaitu:
1) Kekebalan
pasif
Kekebalan pasif adalah Kekebalan yang
diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolak sehingga prosesnya cepat
tetapi tidak bertahan lama. Kekebalan pasif dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Kekebalan
pasif alamiah
Kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir
dari bayinya,kekebalan ini berlangsung lama (± 6 bulan segera setelah bayi
lahir). Misalnya: Difteri, Morbili dan tetanus.
b) Kekebalan
pasif buatan
Kekebalan yang diperoleh / diproses setelah
mendapatkan suntikan zat penolak. Misalnya: ATS (Anti Tetanus Serum )
2) Kekebalan
aktif
Kekebalan
aktif dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Kekebalan
aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri
setelah sembuh dari suatu penyakit. Contoh: Penyakit campak setelah sembuh
tidak akan terserang campak lagi karena tubuhnya terbuat dari zat penolak
terhadap penyakit.
b) Kekebalan
aktif buatan
Dimana kekebalan didapat
setelah mendapatkan vaksin (Imunisasi). Contoh:
Anak yang di imunisasi BCG, POLIO, DPT, Campak
b. Tujuan
Imunisasi
1) Tujuan
Umum
Turunnya angka
kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I).
2) Tujuan
Khusus
a) Tercapainya
target Universal Child Imunization (UCI) yaitu cakupan imuniasi lengkap
minimal 80 % secara merata pada bayi di 100% kelurahan.
b) Tercapainya
eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) yaitu insiden dibawah 1 per 1000
kelahiran hidup dalam satu tahun.
c. Syarat
Pemberian Imunisasi
Menurut Depkes
RI (2002) dalam pemberian
imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu :
1) Diberikan
pada bayi / anak yang sehat
2) Vaksin yang diberikan harus baik , disimpan di lemari es
3) Pemberian imunisasi haris denagan teknik yang benar
4) Mengetahui jadwal pemberian imunisasi denagan melihat
umur dan jenis imunisasi yang telah diterima.
5) Meneliti jenis vaksin yang di berikan
6) Memberi
dosis yang akan diberikan
d. Penyimpanan
Vaksin Imunisasi
1) Semua vaksin disimpan pada suhu +2˚C - +8˚C.
2) Bagian bawah lemari es di letakan kotak dingin cair (cool
pack) sebagai penahan dingin dan kesetabilan suhu.
3) Penempatan vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakan dekat
evaporator.
4) Penempatan Vaksin FS (DPT, TT, DT, Hept. B, DPT/HB)
diletakan lebih jauh dari evaporator.
5) Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau sayu
jari tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik.
6) Letakan satu buah termometer Muller dibagian tengah
lemari es dan letakan 1 buah freeze tag di antara vaksin B dan DPT
7) Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak
terkena sinar ultra violet.
8) Pelarut Vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar,
pelarut tidak boleh beku.
e. Jenis
Imunisasi Dasar Lengkap
Jenis imunisasi ini mencakup vaksinasi
terhadap 7 penyakit utama, yaitu vaksin BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis
B harus menjadi perhatian dan kewajiban orang tua untuk memberi kesempatan
kepada anaknya mendapat imunisasi lengkap, sehingga sasaran pemerintah agar
setiap anak mendapat imunisai dasar terhadap 7 penyakit utama yang dapat
dicegah dengan imunisasi dapat dicapai.
1) Imunisasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin)
a) Pengertian
Imunisasi BCG adalah pemberian vaksin BCG mengandung kuman
BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah
dilemahkan. (Atikah, 2009).
b) Manfaat
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus
Calmette-Guerin) yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah dilemahkan.
(Atikah, 2009).
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah
penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria
bernama Mycobacterium tuberculosis complex. Pada manusia, TBC terutama
menyerang sistem pernafasan (TB paru), meskipun organ tubuh lainnya juga dapat
terserang (penyebaran atau ekstraparu TBC). Mycobacterium tuberculosis biasanya
ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka
menderita sakit paru-paru dan terdapat bakteria didahaknya. Kondisi lingkungan
yang gelap dan lembab juga mendukung terjadinya penularan. Penularan penyakit
TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang
mengandung bakteri tuberkulosis. Bakteri ini dapat menyerang berbagai organ
tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening,
tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput selaput otak (yang terberat). Infeksi primer terjadi saat seseorang terjangkit bakteri
TB untuk pertama kalinya. Bakteri ini sangat kecil ukurannya sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berkembang.
Komplikasi pada
penderitaan TBC, sering terjadi pada penderita stadium lanjut. Berikut,
beberapa komplikasi yang bisa dialami:
(1) Hemomtasis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipofolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
(2) Lobus yang tidak berfungsi akibat retraksi bronchial.
(3) Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan
fibrosis (pembentukan jaringan ikat) pada proses pemulihan atau retraksi pada
paru.
(4) Pneumotorak spontan (adanya udara di dalam rongga
pleura): kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
(5) Penyebaran infeksi ke organ lainnya seperti otak,
tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
(6) Insufiensi kardio pulmoner.
Menurut Nufareni (2003), Imunisasi BCG tidak
mencegah infeksi TB tetapi mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB
atau TB miliar. Faktor-faktor yang mempangaruhi efektifitas BCG terhadap TB
adalah perbedaan vaksin BCG, lingkungan, faktor genetik, status gizi dan faktor
lain seperti paparan sinar ultraviolet terhadap vaksin.
c) Waktu
Pemberian
Imunisasi BCG sebaiknya
dilakukan ketika bayi berumur 0-2 bulan. Hasil yang memuaskan terlihat
apabila diberikan menjelang umur 2 bulan. BCG disuntikkan dilengan kanan atas.(Depkes RI, 2005)
d) Syarat
Pemberian
Syarat pemberian imunisasi BCG yaitu tidak
boleh diberikan pada anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun
,seperti eksim, furunkolis, dan sebagainya. Imunisasi tidak boleh di berikan
pada orang atau anak yang sedang menderita TBC. (Atikah,2009)
e) Cara
Pemberian
Pemberian imunisasi BCG dilakukan secara
Intra Cutan (IC) dengan dosis 0.05 cc menggunakan jarum pendek yang sangat
halus (10 mm,ukuran 26). Sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai
berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Hasil yang memuaskan terlihat apabila diberikan
menjelang umur 2 bulan. BCG
disuntikkan dilengan kanan atas. (Depkes RI, 2005).
f) Efek
samping
Biasanya setelah suntikan BCG setelah 2
minggu akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis
tengah 10 mm akan sembuh sendiri dengan meninggalkan jaringan parut dengan
garis tengah 3-7 mm. (Atikah,2009).
g) Kontra
Indikasi
Kontraindikasi imunisasi BCG sebagai
berikut :
(1) Seorang
anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun ,seperti eksim,
furunkolis, dan sebagainya.
(2) Imunisasi
tidak boleh di berikan pada orang atau anak yang sedang menderita TBC. (Atikah,2009)
h) Tempat
Pemberian
Pemberian imunisasi BCG dapat dilakukan di :
(1) Puskesmas
(a)
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
(b) UKS (Usaha Kesehatan Masyarakat)
(c) Posyandu
(d) Balai Pengobatan
(2) Non Puskesmas, meliputi :
(a) Rumah Sakit
(b) Rumah Sakit Bersalin
(c) Rumah Bersalin
(d) Dokter Praktek Anak
(e) Dokter Umum Praktek
(f) Dokter Spesialis Kebidanan
(g) Bidan Praktek
(h) Balai Kesehatan Masyarakat
i) Upaya
Penanganan Paska Imunisasi
Penanganan apabila terjadi
bengkak atau demam setelah diberikan imunisasi BCG yaitu dengan mengompres
bagian yang bengkak dengan air hangat, dan tidak boleh dipegang-pegang. Bila
anak terjadi panas beri obat penurun panas atau bahwa ke pelayanan kesehatan
2) Imunisasi
DPT ( Difteri, Pertusis dan Tetanus)
a) Vaksin
dan jenis vaksin
Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus
yang dilemahkan serta kuman Bordetella Pertusi yang dimatikan. Vaksin ini dapat mencegah penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus. Vaksin DPT dilakukan pada usia 3 bulan dan diulang pada usia 1,5 tahun
dan 5 tahun. Setelah disuntik bayi kan demam, nyeri dan bekas suntikan akan
bengkak selama 1-2 hari.(Atikah,2009).
b) Cara
Imunisasi
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui
injeksi Intramuskular. Suntikan diberikan
di paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian vaksin
DPT diberikan tiga kali mulai bayi berumur 2 bulan sampai 11 bulan dengan
interval 4 minggu.(Depkes RI,2005).
c) Efek
samping
Reaksi
yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri di
tempat suntikan selama 1-2 hari.(Atikah,2009).
d) Kontra
indikasi
Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak
yang sakit parah dan menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh
diberikan pada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk
rejan dalam tahap awal pada penyakit gangguan kekebalan. Bila suntikan DPT
pertama terjadi reaksi yang berta maka sebaiknya suntukan berikut jangan
diberikan DPT lagi melainkan DT saja. Sakit batuk, filek dan demam atau diare
yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak (Atikah, 2009)
3) Imunisasi
Polio
a) Vaksin
dan jenis Vaksin
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah
poliomyelitis. Pemberian vaksin volio dapat di kombinasikan dengan vaksin DPT.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
(1) Inactivated
Polio Vaccine (IPV=Vaksin Salk), mengandung virus polio yang sudah dimatikan
dan diberikan melalui suntikan.
(2) Oral
Polio Vaccine (OPV= Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan di berikan dalam bentuk pil atau cairan. ( Atikah, 2009)
b) Cara
Imunisasi
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang
diberikan melalui mulut. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau
berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6 minggu. Vaksin ini diberikan
sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan sendok yang
menggunakan larutan gula. Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes( dopper) yang baru.(Depkes RI ,
2005)
c) Efek
samping
Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek
samping. Bila ada, mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak seperti pada
penyakit polio sebenarnya (Atikah, 2009)
d) Kontra
Indikasi
Pada anak-anak dengan diare berat
(kemungkinan terjadi diare lebih parah) atau yang sedang sakit parah, imunisasi
polio sebaiknya ditangguhkan. Demikian pula pada anak yang mengalami gangguan
kekebalan tidak diberikan imunisasi polio (Atikah,2009).
4) Imunisasi
Campak ( Morbilli )
a) Vaksin
dan jenis vaksin
Vaksin campak mengandung virus campak hidup
yang telah dilemahkan. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam
bentuk kemasan kering dikombinasikan dengan vaksin gondong/bengok (mumps) dan
rubella (campak Jerman). Di Amerika Serikat kemasan terakhir terkenal dengan
nama vaksin MMR (Measles Mumps Rubella vaccine) (Atikah,2009).
b) Cara
Imunisasi
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu
kali, dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 cc. Sebelum di
suntikan vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut.Kemudian
disuntikan lengan kiri atas secara subkutan (Depkes RI, 2005).
c) Efek
samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam
ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi (Atikah, 2009).
d) Kontra
Indikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan
pada orang yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukimia,dan limfoma (Atikah, 2009).
5) Imunisasi
Vaksin Hepatitis B
a) Vaksin
dan jenis vaksin
Jenis vaksin ini baru dikembangkan setelah
diteliti bahwa virus hepatitis B mempunyai kaitan erat dengan terjadinya
penyakit lever. Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang dinamakan
HBsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit
(Atikah, 2009).
b) Cara
Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara
pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan
1 dan 2, dan lima
bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah
imunisasi dasar. Cara pemberian imunisasi dasar disesuaikan dengan rekomendasi
pabrik pembuatnya. Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus
hepatitis B, harus dilakukan imunisasi pasif memakai imunoglobulin khusus anti
hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah kelahiran (Atikah, 2009).
c) Efek
Imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa
nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas
atau pembengkakan. Reaksi ini kan
menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam
ringan (Atikah, 2009).
d) Kontra
Indikasi
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita
penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan
membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan kepada janin selama
dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir
(Atikah, 2009).
No comments:
Post a Comment