Friday 20 March 2015

Makalah Tugas Tambahan Bidan di Komunitas



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bagian dari kebidanan yang berupa serangkaian ilmu dan keterampilan untuk memberikan pelayanan kebidanan pada ibu dan anak balita yang berada di dalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai mahluk social yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik social, budaya dan lingkungan sekitarnya.
Setiap petugas kesehatan yang bekerja dimasyarakat perlu memahami masyarakat yang di layaninya, baik keadaan budaya maupun tradisi setempat sangat menetukan pendekatan yang di tempuh. Pendekatan yang akan digunakan oleh bidan harus memperhatikan strategi pelayanan kebidanan dan tugas dan tanggung jawab bidan agar masyarakat mau membuka hatinya untuk bekerja sama dengan bidan sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu di masyarakat.

B.       Rumusan Masalah
Apa saja tugas tambahan bidan di komunitas?

C.      Tujuan
Untuk mengetahui tugas tambahan bidan di komunitas.



BAB II
TINJAUAN TEORI


A.      Upaya Perbaikan Kesehatan Lingkungan
Peran bidan kini tidak lagi terbatas pada penanganan kesehatan reproduksi ibu saja, tetapi ia harus mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat pedesaan untuk terlibat di kesehatan komunitasnya.
Masyarakat pedesaan harus diposisikan sebagai mitra dalam kegiatan pengawasan kebutuhan gizi, kesehatan lingkungan, penyakit menular dan penanganan akibat bencana. Minimal satu tenaga bidan akan ditempatkan di setiap desa di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Desa Siaga. Sehingga, dibutuhkan sekitar 69.957 bidan untuk desa dengan jumlah yang sama. Bidan akan menjadi salah satu komponen Desa Siaga untuk ditempatkan di pos-pos kesehatan desa. Setiap bidan diharapkan akan memiliki dua orang kader untuk mendampinginya di pos kesehatan desa. Sementara itu, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Harni Koesno mengatakan bahwa saat ini ada 30.236 desa yang memiliki bidan. Ini berarti 43,22 persen dari total desa yang membutuhkan bidan.

B.       Mengelola dan Memberikan Obat–obatan Sederhana Sesuai dengan Kewenangannya
Pemanfaatan teknologi dan obat-obatan sudah sejak lama digunakan dalam dunia kebidanan. Penyediaan dan penyerahan obat-obatan:
1.      Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
2.      Bidan diperkenankan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk keperluan darurat.


C.      Surveilance (Pengamatan) Penyakit yang Timbul di Masyarakat
Surveilance adalah suatu kegiatan pengamatan terus menerus terhadap kejadian kesakitan dan faktor lain yang memberikan kontribusi yang menyebabkan seseorang menjadi sakit dan upaya tindakan yang diperlukan, dengan kegiatan mencakup:
1.    Mendiagnosis secara klinis atau laboratories
2.    Mengidentifikasi penyebab terjadinya sakit atau faktor risiko terjadinya sakit
3.    Pencatatan hasil anamnesa klinis dan identifikasi kasus menurut variable orang, tempat, dan waktu.
4.    Analisis hasil identifikasi kasus
5.    Tindakan penanganan kasus
6.    Melakukan tindakan observasi di rumah kasus dan sekitar kasus dengan konsep wilayah satu kelompok Rukun Tetangga (RT) atau satu wilayah Posyandu.
7.    Analisis hasil identifikasi kasus dan hasil observasi lapangan di wilayah kasus.
Surveilance merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.



D.      Menggunakan Tehnologi Tepat Guna Kebidanan
Dalam peranannya bidan mampu memberikan pelayanan kepada klien secara tepat baik secara manual maupun dengan memanfaatkan teknologi kebidanan yang memadai guna menunjang kelancaran serta keakuratan dalam pelayanan. Berbagai macam teknologi yang sudah kita kenal sering digunakan baik mulai dari awal proses kehamilan sampai proses persalinan. Penggunaan teknologi tepat guna dalam kebidanan antara lain:
1.    Fetal Doppler
Adalah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi, yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik,  alat ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesejahteraan janin.
2.    Staturmeter
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini sangat sederhana karena hanya ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika akan digunakan hanya perlu untuk menariknya sampai ke bagian kepala teratas, sehingga dapat diketahui tinggi badan orang tersebut.
3.    Alat Pengukur Panjang Bayi
Adalah merupakan peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan dan petugas posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari waktu ke waktu, terbuat dari kayu dengan mistar yang mudah dibaca.
4.    Reflek Hammer / Reflek Patela
Hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk mengetahui respon syaraf  dari anggota tubuh biasanya kaki.
5.        Umbilical Cord Clem Nylon
Adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi sesaat setelah bayi dilahirkan.





BAB III
CONTOH KONKRIT

A.    Contoh Konkrit
Bidan M adalah bidan desa yang ditempatkan di Desa A. Di Desa A terdapat 6 balita yang mengalami gizi buruk. Oleh karena itu, Bidan M melakukan surveilans untuk mengetahui penyebab gizi buruk pada balita. Bidan M mendatangi tempat para balita yang mengalami gizi buruk tersebut dan melakukan wawancara dan observasi.
Dari hasil penelitian, faktor pengetahuan, perilaku, kondisi kesehatan (penyakit), dan ekonomi masyarakat dalam batas yang baik tetapi masih terdapat kejadian gizi buruk di Desa A, sehingga Bidan M menyimpulkan bahwa ada faktor lain yang belum teridentifikasi namun mempengaruhi gizi buruk.
Untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada balita lainnya, Bidan M melakukan penyuluhan tentang gizi balita kepada para ibu pada saat ada kegiatan posyandu. Selain itu, Bidan M juga mengajak masyarakat di Desa A untuk memanfaatkan lahan atau pekarangannya yang kosong untuk ditanami agar dapat menambah asupan gizi dan menambah pendapatan masyarakat.
B.     Analisis Kasus
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa Bidan M telah melaksanakan tugas tambahan bidan di komunitas antara lain:
1.      Surveilans penyakit yang timbul di masyarakat,
Dari kasus diatas, Bidan M melakukan surveilans terhadap kejadian gizi buruk pada balita di Desa A. Bidan M mendatangi tempat para balita yang mengalami gizi buruk tersebut dan melakukan wawancara dan observasi. Untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada balita lainnya, Bidan M juga melakukan penyuluhan tentang gizi balita kepada para ibu pada saat ada kegiatan posyandu.
2.      Upaya perbaikan kesehatan lingkungan
Berdasarkan kasus di atas, Bidan M mengajak masyarakat di Desa A untuk memanfaatkan lahan atau pekarangannya yang kosong untuk ditanami agar dapat menambah asupan gizi dan menambah pendapatan masyarakat. Dengan kata lain, Bidan M mencoba memberdayakan masyarakat di Desa A untuk terlibat di kesehatan komunitasnya.














BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tugas tambahan bidan antara lain:
1.      Upaya perbaikan kesehatan lingkungan.
2.      Mengelola dan memberikan obat–obatan sederhana sesuai dengan kewenangannya.
3.      Surveilance penyakit yang timbul di masyarakat.
4.      Menggunakan tehnologi tepat guna kebidanan.

B.       Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa kebidanan mengetahui tugas tambahan bidan di komunitas agar kita dapat melaksanakannya saat berada di komunitas.
.








DAFTAR PUSTAKA


Depkes RI. 2000. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

Meilani Niken, Setiyawati Nanik dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yoygakarta: Fitramaya.

Soekidjo, Notoatmodjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Yuilifah Rita, Yuswanto Tri Johan. 2012. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.


2 comments: