BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bagian
dari kebidanan yang berupa serangkaian ilmu dan keterampilan untuk memberikan
pelayanan kebidanan pada ibu dan anak balita yang berada di dalam keluarga dan
masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai mahluk social yang memiliki
budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik social, budaya
dan lingkungan sekitarnya.
Setiap petugas kesehatan yang bekerja dimasyarakat
perlu memahami masyarakat yang di layaninya, baik keadaan budaya maupun tradisi
setempat sangat menetukan pendekatan yang di tempuh. Pendekatan yang akan
digunakan oleh bidan harus memperhatikan strategi pelayanan kebidanan dan tugas
dan tanggung jawab bidan agar masyarakat mau membuka hatinya untuk bekerja sama
dengan bidan sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu di masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
Apa saja tugas tambahan
bidan di komunitas?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui tugas tambahan
bidan di komunitas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Upaya
Perbaikan Kesehatan Lingkungan
Peran
bidan kini tidak lagi terbatas pada penanganan kesehatan reproduksi ibu saja,
tetapi ia harus mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat pedesaan untuk
terlibat di kesehatan komunitasnya.
Masyarakat
pedesaan harus diposisikan sebagai mitra dalam kegiatan pengawasan kebutuhan
gizi, kesehatan lingkungan, penyakit menular dan penanganan akibat bencana.
Minimal satu tenaga bidan akan ditempatkan di setiap desa di Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan Desa Siaga. Sehingga, dibutuhkan sekitar 69.957 bidan untuk
desa dengan jumlah yang sama. Bidan akan menjadi salah satu komponen Desa Siaga
untuk ditempatkan di pos-pos kesehatan desa. Setiap bidan diharapkan akan
memiliki dua orang kader untuk mendampinginya di pos kesehatan desa. Sementara
itu, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Harni Koesno mengatakan bahwa saat ini
ada 30.236 desa yang memiliki bidan. Ini berarti 43,22 persen dari total desa
yang membutuhkan bidan.
B.
Mengelola
dan Memberikan Obat–obatan Sederhana Sesuai dengan Kewenangannya
Pemanfaatan
teknologi dan obat-obatan sudah sejak lama digunakan dalam dunia kebidanan. Penyediaan
dan penyerahan obat-obatan:
1. Bidan
harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
2. Bidan
diperkenankan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk keperluan darurat.
C.
Surveilance
(Pengamatan) Penyakit yang Timbul di Masyarakat
Surveilance
adalah suatu kegiatan pengamatan terus menerus terhadap kejadian kesakitan dan
faktor lain yang memberikan kontribusi yang menyebabkan seseorang menjadi sakit
dan upaya tindakan yang diperlukan, dengan kegiatan mencakup:
1. Mendiagnosis
secara klinis atau laboratories
2. Mengidentifikasi
penyebab terjadinya sakit atau faktor risiko terjadinya sakit
3. Pencatatan
hasil anamnesa klinis dan identifikasi kasus menurut variable orang, tempat,
dan waktu.
4. Analisis
hasil identifikasi kasus
5. Tindakan
penanganan kasus
6. Melakukan
tindakan observasi di rumah kasus dan sekitar kasus dengan konsep wilayah satu
kelompok Rukun Tetangga (RT) atau satu wilayah Posyandu.
7. Analisis
hasil identifikasi kasus dan hasil observasi lapangan di wilayah kasus.
Surveilance
merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta
faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau
perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa
gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar
HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah
masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu
dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi
resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
D.
Menggunakan
Tehnologi Tepat Guna Kebidanan
Dalam
peranannya bidan mampu memberikan pelayanan kepada klien secara tepat baik
secara manual maupun dengan memanfaatkan teknologi kebidanan yang memadai guna
menunjang kelancaran serta keakuratan dalam pelayanan. Berbagai macam teknologi
yang sudah kita kenal sering digunakan baik mulai dari awal proses kehamilan
sampai proses persalinan. Penggunaan teknologi tepat guna dalam kebidanan
antara lain:
1. Fetal
Doppler
Adalah merupakan alat
yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi, yang menggunakan prinsip
pantulan gelombang elektromagnetik, alat
ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesejahteraan janin.
2. Staturmeter
Adalah alat yang
digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini sangat sederhana karena hanya
ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika akan digunakan hanya perlu untuk
menariknya sampai ke bagian kepala teratas, sehingga dapat diketahui tinggi
badan orang tersebut.
3. Alat
Pengukur Panjang Bayi
Adalah merupakan
peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan dan petugas posyandu, untuk
mengetahui perkembangan tinggi bayi dari waktu ke waktu, terbuat dari kayu
dengan mistar yang mudah dibaca.
4. Reflek
Hammer / Reflek Patela
Hammer yang dilapisi
dengan karet yang digunakan untuk mengetahui respon syaraf dari anggota tubuh biasanya kaki.
5.
Umbilical Cord Clem Nylon
Adalah merupakan alat
yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi sesaat setelah bayi dilahirkan.
BAB III
CONTOH KONKRIT
A.
Contoh
Konkrit
Bidan M adalah bidan desa yang
ditempatkan di Desa A. Di Desa A terdapat 6 balita yang mengalami gizi buruk.
Oleh karena itu, Bidan M melakukan surveilans untuk mengetahui penyebab gizi
buruk pada balita. Bidan M mendatangi tempat para balita yang mengalami gizi
buruk tersebut dan melakukan wawancara dan observasi.
Dari hasil penelitian, faktor
pengetahuan, perilaku, kondisi kesehatan (penyakit), dan ekonomi masyarakat
dalam batas yang baik tetapi masih terdapat kejadian gizi buruk di Desa A,
sehingga Bidan M menyimpulkan bahwa ada faktor lain yang belum teridentifikasi
namun mempengaruhi gizi buruk.
Untuk mencegah terjadinya gizi buruk
pada balita lainnya, Bidan M melakukan penyuluhan tentang gizi balita kepada
para ibu pada saat ada kegiatan posyandu. Selain itu, Bidan M juga mengajak
masyarakat di Desa A untuk memanfaatkan lahan atau pekarangannya yang kosong
untuk ditanami agar dapat menambah asupan gizi dan menambah pendapatan
masyarakat.
B.
Analisis
Kasus
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa
Bidan M telah melaksanakan tugas tambahan bidan di komunitas antara lain:
1. Surveilans
penyakit yang timbul di masyarakat,
Dari kasus diatas, Bidan M melakukan
surveilans terhadap kejadian gizi buruk pada balita di Desa A. Bidan M
mendatangi tempat para balita yang mengalami gizi buruk tersebut dan melakukan
wawancara dan observasi. Untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada balita
lainnya, Bidan M juga melakukan penyuluhan tentang gizi balita kepada para ibu
pada saat ada kegiatan posyandu.
2. Upaya
perbaikan kesehatan lingkungan
Berdasarkan kasus di atas, Bidan M
mengajak masyarakat di Desa A untuk memanfaatkan lahan atau pekarangannya yang
kosong untuk ditanami agar dapat menambah asupan gizi dan menambah pendapatan
masyarakat. Dengan kata lain, Bidan M mencoba memberdayakan masyarakat di Desa
A untuk terlibat di kesehatan komunitasnya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tugas tambahan bidan antara lain:
1. Upaya
perbaikan kesehatan lingkungan.
2. Mengelola
dan memberikan obat–obatan sederhana sesuai dengan kewenangannya.
3. Surveilance
penyakit yang timbul di masyarakat.
4. Menggunakan
tehnologi tepat guna kebidanan.
B.
Saran
Sebaiknya kita
sebagai mahasiswa kebidanan mengetahui tugas tambahan bidan di komunitas agar
kita dapat melaksanakannya saat berada di komunitas.
.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes
RI. 2000. Standar Pelayanan Kebidanan.
Jakarta.
Meilani
Niken, Setiyawati Nanik dkk. 2009. Kebidanan
Komunitas. Yoygakarta: Fitramaya.
Soekidjo,
Notoatmodjo. 1997. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Yuilifah
Rita, Yuswanto Tri Johan. 2012. Asuhan
Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Makasih
ReplyDeleteMakasih
ReplyDelete