BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyebab
masalah tingginya AKI dan AKB di indonesia ada dua yaitu penyebab langsung dan
tidak langsung. Beberapa penyebab tidak langsung terbagi dalam tiga T yakni
terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat rujukan serta terlambat
memberi pertolongan di tempat rujukan. Untuk penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia. Perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup
pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama.Hanya sekitar 5%
kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya
penyakit jantung dan infeksi yang kronis. Demikian juga dengan ibu – ibu yang
termasuk dalam lima terlalu yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak,
terlalu sering, serta terlalu dekat jaraknya, ini berisiko tinggi terhadap
kematian.
Berdasarkan
hal diatas, maka peranan bidan adalah memberikan pelayanan asuhan manajemen
kehamilan dengan menerapkan pelayanan kebidanan yang bermutu tinggi. Seorang
ibu hamil membutuhkan membutuhkan informasi tentang kehamilannya, baik itu ibu
yang mengandung dan janin yang ada didalam kandungannyadan asuhan pelayanan
yang dilakukan merupakan prosedur rutin untuk membina suatu hubungan dalam
proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinan.
Antenatal
Care/ Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (pada beberapa kepustakaan
disebut sebagai Prenatal Care).
Pelayanan
antenatal merupakan pelayanan kesehatan
oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai
dengan standard minimal pelayanan antenatal. Karena
pentingnya hal tesebut maka dibuatlah kunjungan awal dan kunjungan ulang pada
asuhan antenatal demi kesejahteraan ibu dan janin. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul “
Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal dan Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kunjungan
awal?
2. Apa saja yang dikaji dalam melakukan
kunjungan awal?
3. Apa saja yang dimaksud dengan
kunjungan ulang?
4. Apa saja yang dikaji dalam melakukan
kunjungan ulang?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu kunjungan awal.
2. Untuk
mengetahui apa saja yang dikaji dalam melakukan kunjungan awal.
3. Untuk
mengetahui apa itu kunjungan ulang.
4. Untuk
mengetahui apa saja yang dikaji dalam melakukan kunjungan ulang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asuhan
Kehamilan Kehamilan Kunjungan Awal
Kunjungan
awal adalah suatu kunjungan yang dilakukan pertama kali saat ibu hamil.
a. Tujuan
Kunjungan
1. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
2. Mendeteksi masalah yang dapat diobati
3. Mencegah masalah dan penggunaan praktek tradisional yang
merugikan.
4. Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
5. mendorong perilaku yang sehat.
b. Pengkajian
Data Kesehatan Ibu Hamil
1. Riwayat
Kesehatan Social, Riwayat Kebidanan, Keluarga, Penyakit.
Riwayat kesehatan merupakan
identifikasi keluhan sekarang, penyakit umum yang pernah diderita, serta
penyakit yang dialami saat masa sebelum kehamilan maupun saat kehamilan.
a.
Sosial
1. Kumpulan
keluarga
Informasi tentang keluarga klien
harus mencakup asal keluarga, tempat lahir, orang-orang yang tinggal bersama
klien, individu yang dianggap “keluarga”, dan individu yang dapat diandalkan
dalam memperoleh dukungan,tentang status klien saat ini, dan klien tinggal
dengan siapa klien tinggal.hal ini menunjukan bahwa bidan menyadari tidak semua
wanita hamil terikat dan sanggup untuk sendiri menghadapi semua keadaan saat ia
hamil.
2. Situasi
tempat tinggal
Dapatkan informasi tentang tempat
tinggal klien, seberapa kali ia pindah, seperti apa rumahnya, jumlah individu,
keamanan lingkungan, dan jika diindikasikan, apakah tersedia cukup makanan
didalam rumah,dan keadaan lingkungan sekitar, diharapkan tetap bersih dan
terhindar dari berbagai sumber penyakit.
3. Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah
penting untuk mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk
mengkaji potensi kelainan premature dan pajanan terhadap bahaya lingkungan
kerja, yang dapat merusak janin.
4. Pendidikan,
minat, hobi, dan tujuan
Tanyakan pendidikan tertinggi yang
klien tamatkan juga minat, hobi, dan tujuan jangka panging. Informasi ini
membantu klinis memahami klien sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan
baca-tulisnya. Kadang-kadang bahaya potensial dari hobi, seperti melukis, memahat,
mengelas, membuat mebel, piloting, balap, menembak, membuat keramik, dan
berkebun akan diidentifikasi.
5. Pilihan
agama
Tanyakan pilihan agama klien dan
berbagai praktik terkait-agama yang harus diobservasi.Informasi ini dapat
menuntun ke suatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien,
tradisi keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin
tenaga kesehatan, dan pada beberapa kasus, penggunaan produk darah.
6. Hewan
peliharaan
Tanyakan jenis dan jumlah hewan peliharaan
ditempat tinggal klien.Hewan peliharaan yang berpotensi menimbulkan bahaya dan
penyakit harus didiskusikan.
7. Sumber dukungan dan perencanaan kehamilan
Tanyakan siapa yang dapat klien
andalkan untuk memberinya dukungan.Pada saat tertentu wanita mungkin menjawab
tidak seorangpun. Dengan demikian , kunjungan yang lebih lama dan lebih sering
serta berfokus pada upaya mencari dukungan emosional dan menjalin hubungan
dengan sumber komunitas yang tepat harus dijadwalkan jika memungkinkan dan
tanyakan pada klien apakah kehamilan ini direncanakan atau tidak.
8. Sumber
stress
Faktor-faktor yang umum menjadi
sumber steres pada wanita hamil ialah biaya, pemukiman, kenakalan anak, dan
masalah hubungan dengan pasangan atau anggota keluarga lain.pertanyaan, “
apakah sumber utama stress anda saat ini?” akan memb antu klinisi memahami
beberapa factor yang mempengaruhi kehidupan dan kehamilan klien.
9. Kebiasaan
yang meningkatkan kesehatan
Informasi tentang pola hidup sehat
klien akan bermanfaat untuk mengidentifikasi bidang pendidikan kesehatan yang
butuhkan, baik saat ini maupun pada masa pascapartum, seperti kebiasaan :
a.
Merokok
b.
Alkohol
c.
Obat terlarang dan obat
rekreasional
10. Keamanan
Tanyakan klien apakah biasa
mengenakan sabuk pengaman dan persenling, pelindung dan apakah ia terlibat
dalam kegiatan olahraga, jika ia melakukan kegiatan tersebut anjurkan pada
klien untuk selalu menjaga keselamatan dirinya dan mengurangi kegiatan yang
dapat mengancam keselamatan ibu dan janin.
b.
Riwayat Kebidanan
1.
Riwayat menstruasi
Gambaran riwayat menstruasi klien
yang akurat biasanya membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran (estimated
date of delivery-EDD) yang sering disebut taksiran partus. Perhitungan
dilakukan dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari pertama haid terakhir (HPHT)
atau dengan mengurangi bulan dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun.
Rumus Naegele
(h+7 b-3 + x + 1mg) untuk siklus 28 + x hari.Informasi tambahan tentang siklus
menstruasi yang harus diperoleh mencakup frekuensi haid dan lama pendarahan.
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang
lalu, Kehamilan:Adakah ganguan seperti perdarahan, muntah yang sangat (sering),
toxaemia gravidarum.
Persalinan:
Spontan atau buatan, a’terme atau
premature, perdarahan, ditolong oleh siapa (bidan, dokter).
Nifas:
Adakah panas atau perdarahan,
bagaimana laktasi.
Anak:
Jenis kelamin, hidup atau tidak,
kalau meninggal umur berapa dan sebabnya meninggal, berat badan waktu lahir.
3. Riwayat
kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi diperlukan
karena kontrasepsi hormonal dapat mempengearuhi EDD, dan karena penggunaan
metode lain dapat membantu “menangalli kehamilan.ketika seorang wanita
menghabiskan pil berisi hormone dalam tablet kontrasepsi oral, periode
selanjutnya akan mengalami disebut “withdrawal bleed”. Dan terkadang ada kalanya
kehamilan terjadi ketika IUD masih terpasang.Apabila ini terjadi, lepas IUD
jika talinya tampak.Prosedur ini dapat dilakukan oleh perawat praktik selama
trimester I, tetapi lebih baik dirujuk kedokter bila kehamilan sudah berusia 13
minggu.Pelepasan IUD menurunkan resiko keguguran, sedangkan membiarkan IUD
terpasang meningkatkan aborsi septik pada pertengahan trimester.Riwayat
pengunaan IUD terdahulu meningkatkan resiko kehamilan ektopik.Dan tanyakan
kepada klien lamanya pemakaian alat kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang
digunakan.
4. Riwayat
obstetric
Informasi esensial tentang
kehamilan terdahulu mencakup bulan dan tahun kehamilan tersebut berakhir, usia
gestasi pada saat itu itu, tipe persalinan (spontan, forsep, ekstrasi vakum,
atau bedah sesar), lama persalinan (lebih baik dihitung dari kontraksi
pertama), berat lahir, jenis kelamin, dan komplikasi lain.ketika menggambarkan
kehamilan yang berakhir sebelum minggu ke 20, bedakan antara aborsi spontan,
elektif, terapeutik, dan kehamilan ektopik.
5. Riwayat
ginekologi
Riwayat penyakit atau kelainan
ginekologi serta pengobatannya dapat memberi keterangan penting, terutama
operasi yang pernah dialami.
6. Riwayat
seksual
Riwayat seksual adalah bagian dari
data dasar yang lengkap karena riwayat ini member informasi medis yang penting
sehingga klinis dapat lebih memahami klien dan mendapat kesempatan untuk :
a.
Mengidentifikasi
riwayat penganiayaan seksual
b. Menawarkan
informasi yang dapat mengurangi kecemasan dan menghilangkan
mitos
c. Menawarkan
anjuran-anjuran untuk memperbaiki fungsi seksual
d. Membuat
rujukan apabila tercatat disfungsi seksual atau masalahemosional.
c. Riwayat
Keluarga
Informasi tentang keluarga klien
penting untuk mengidentifikasi wanita yang beresiko menderita penyakit genetic
yang dapat memengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi yang
menderita penyakit genetik.
d.
Penyakit
1. Penyakit
Organik
Meskipun tidak setiap penyakit dan
gangguan akan mempengaruhi atau dipengaruhi kehamilan, penting juga menanyakan
setiap penyakit tersebut supaya diperoleh data yang lengkap. Wanita yang juga
memiliki riwayat kesehatan yang kronis atau lemah juga wanita yang menderita
penyakit, seperti hipertensi kronis, SLE, diabetes mellitus tergantung insulin,
penyakit jantung, paru-paru dan anemia, pemeriksaan kadar TSH (thyroid
stimulating hormone).
2. Human
Papilloma Virus (HPV)
HPV adalah
virus yang mudah menular dan sering menyebabkan kondiloma akuminata, kadang-kadang
disebut kutil venereal.Kutil ini biasanya ditemukan di seviks dan dinding
vagina, uretra, bokong, anus dan alat genetalia ekterna.Selama masa hamil,
pengobatan kutil venereal dilakukan setiap minggu dengan mengoleskan salep
teratogenik.
3. Penyakit
Radang Panggul
Klinis harus mengetahui riwayat PID
sedini mungkin pada masa kehamilan karena PID mingkatkan risiko kehamilan
ektopik tujuh kali lipat (Oregon health division, 1995).Setiap kram atau
perdarahan pada wanita yang memiliki riwayat penyakit ini perlu diperiksa
menggunakan ultrasonografi untuk memastikan bahwa kehamilan terjadi di uterus.
4.
Penyakit yang Menyertai
Kehamilan
a. Kehamilan
disertai penyakit jantung
Kehamilan yang desertai penyakit
jantung selalu saling mempengaruhikarena kehamilan memberatkan penyakit jantung
dan penyakit jantungdapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
dalamrahim.Keluhan utama yang dikemukakan :
1.
Cepat merasa lelah
2. Jantung
nya berdebar-debar
3. Sesak
nafas apalagi disertai terjadi sianosis(kebiruan)
4. Edema
tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda
5. Mengeluh
tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.
b. Hipertensi
Yang dimaksud hipertensi disertai
kehamilan adalah hipertensinyang telah ada atau sebelumnya kehamilan. Apabila
dalam kehamilan disertai dengan protenuria dan udem maka disebut pre-eklampsia
yang tidak murni atau superimposed pre-ek-lampsia. Penyebab utama hipertensi
pada kehamilan adalah hipertensi esensial dan penyakit ginjal.
c. Penyakit
paru-paru dan kehamilan
Sikap bidan dalam mengahadapi
kehamilan dengan penyakit tuberculosis paru sebaiknya adalah melakukan
konsultasi ke dokter untuk memastikan penyakitnya. Pada penyakit batuk
menahun/tuberculosis yang tenang bidan dapat melanjutkan pengawasan hamilsampai
persalinan setempat, sedangkan pada penyakit asma pada kehamilan, kadang-
kadang bertambah berat atau malah berkurang dalam batas yang wajar, penyakit
asma tidak banyak pengaruhnya terhadap kehamilan.
Pemeriksaan fisik pada kunjungan
awal prenatal difokuskan untuk mengidentifikasi kelainan yang sering mengontribusi
morbiditas dan mortalitas dan untuk mengidentifikasi gambaran tubuh yang
menunjukkan gannguan genetik. Pemeriksaan harus mencakup penetapan tinggi dan
berat badan, pengukuran tekanan drah (TD) dan nadi, dan pemeriksaan kulit,
kelenjar tiroid, jantung, paru, payudara, ekstremitas dan abdomen, serta
pemeriksaan pelvis.
2. Pemeriksaan
Fisik
a. Pemeriksaan
fisik umum
1. Tinggi
badan
2. Berat
badan
3. Tanda-tanda
vital: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi
b. Kepala
dan leher
1. Edema
di wajah
2. Ikterus
pada mata
3. Mulut
pucat
4. Leher
meliputi pembengkakan pada saluran limfe/pembesaran kelenjar tiroid
c. Tangan
dan kaki
1. Edema
pada jari tangan
2. Kuku
jari pucat
3. Varices
vena
4. Refleks
d. Payudara
1. Ukuran,
simetris
2. puting
payudara: masuk/menonjol
3. keluarnya
kolostrum atau cairan lain
4. retraksi,
dimpling
5. massa
6. nodul
axilla
e. Abdomen
1. Luka
bekas operasi
2. Tinggi
fundus uteri
3. Letak,
presentasi, posisi dan penurunan kepala (jika >36 minggu)
4. DJJ
(jika> 18 minggu)
f. Genital
luar
1. Varices
2. Perdarahan
3. Luka
4. Cairan
yang keluar
5. Pengeluaran
dari uretra dan skene
6. Kelenjar
bartholin : bengkak, massa, cairan yang keluar
g. Genital
dalam
1. Serviks
: cairan yang keluar, luka, kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup/membuka
2. Vagina
: cairan yang keluar, luka, darah
3. Ukuran
adneksa: bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, masssa (pada TW I)
4. Uterus:
ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan, massa (pada TW I)
3. Pemeriksaan
Panggul
a. Panggul
Luar :
1. Distansia
Spinarum
2. Distansia
Cristarum
3. Conjugata
Eksterna
4. Lingkar
Panggul
b. Panggul
Dalam :
1. Conjugata
Diagonalis
2. Promontorium,
Linea Innominata
3. Spina
Isiadika, Kelengkungan Sakrum, Dinding Samping Pelvis
4. Arkus
Pubis, Mobilitas Tulang Coccygeus
4. Pemeriksaan
Laboratorium
a. Pemeriksaan haemoglobin
b. Pemeriksaan protein urin
c. Pemeriksaan glukosa urin
d. Tes VDRL
Pemeriksaan Laboratorium merupakan pemeriksaan
untuk menunjangdiagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan
diagnosislainnya.Pemeriksaan laboratorium merupakan penelitian perubahan
yangtimbul pada penyakit dalam hal susunan kimia dan mekanisme biokimiatubuh
(perubahan ini bisa penyebab atau akibat).Pemeriksaanlaboratorium juga sebagai
ilmu terapan untuk menganalisa cairan tubuhdan jaringan guna membantu petugas
kesehatan dalam mendiagnosisdan mengobati pasien.Pada umumnya diagnosis
penyakit dibuat berdasarkan gejala penyakit(keluhan dan tanda), dan gejala ini
mengarahkan dokter padakemungkinan penyakit penyebab. Hasil pemeriksaan
laboratorium dapatmenunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit
yangmenyebabkan, misalnya dalam pemeriksaan biakan darah pada demamtifoid, jika
positif amat mendukung diagnosis, tapi bila negatif takmenyingkirkan diagnosis
demam tifoid jika secara klinis dan pemeriksaanlain (misalnya pemeriksan WIDAL)
menyokong.Dalam diagnosis penyakit kadang-kadang tidaklah mudah, terutamapada
permulaan penyakit, gejala klinis penyebabnya masih berupakemungkinan, meski
dokter biasanya dapat menetapkan kemungkinanyang paling tinggi.Karena itu, pada
tahap permulaan dokter tidak selaludapat menentukan diagnosis penyakit.
Diperlukan data-data tambahandari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lain.Menurut Henry dan Howanitz, para dokter memilih dan
mengevaluasiuji-uji laboratorium dalam perawatan pasien sekurang-kurangnya
satudari alasan-alasan berikut ini:
1.
Untuk
menunjang diagnosis klinis
2.
Untuk
menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis atau penyakit
3.
Untuk
digunakan sebagai pedoman terapi atau manajemen
4.
Untuk
digunakan sebagai panduan prognosis
5.
Untuk
mendeteksi suatu penyakit (uji saring)
5. Pengkajian
Emosional
a. Trimester
Pertama
Selama bulan pertama hingga ketiga,
suasana emosi ibu hamil biasanya gampang sekali berubah.Pergolakan emosi
menyebabkan anda sensitif, mudah menangis, gampang lelah, takut bila terjadi
keguguran, lebih merasakan “sakit” dari pada hamil.Perubahan emosi anda lebih
disebabkan adanya aktifitas hormonal yang meningkat pesat dan sebagai faktor
fisik.Misalnya kelelahan, mual, muntah, morning sickness atau perubahan bentuk
tubuh.
b. Trimester
kedua
Pada usia kehamilan ini, emosi anda
jauh lebih baik dan tidak banyak keluhan yang anda rasakan pada trimester
sebelumnya. Oleh karena itu, periode ini bisa disebut periode keemasan.Anda
mulai bisa menyesuaikan diri dengan perubahan hormonal kehamilan.Selain itu,
tidak banyak muncul keluhan keluhan fisik.Inilah yang membuat anda bisa
menjalani kehamilan dengan lebih enak dan tidak sedramatis sebeumnya.
c. Trimester
tiga
Memasuki trimester akhir ini,
kondisi perut anda akan semakin besar dan mengakibatkan anda susah bergerak,
cepat lelah, mudah lupa dan gampang cemas. Emosi kembali sukar untuk
dikendalikan, bahkan anda menjadi lebih sensitif. Tetapi seiring bertambahnya
usia kehamilan, anda menjadi lebih siap mental untuk mempersiapkan persalinan
dan kelahiran buah hati yang telah dilahirkan.
Tips Menghadapi Perubahan Emosi:
1.
Mengetahui perubahan
emosi yang anda rasakan adalah normal dan bisa membantu
2.
Berbagi pengalaman dan
perasaan dengan pasangan serta menjalani komunikasi yang lebih terbuka
3.
Makan maknan yang
bergizi sert berolahraga teratur juga bisa membantu anda untuk membentuk pola
pikir positif tentang kondisi anda
4.
Mengikuti kelas
kehamilan bersama dengan pasangan
5.
Berbagi pengalaman
dengan orang yang pernah mengalami kondisi serupa dengan anda
6.
Memperbanyak
pengetahuan dan informasi tentang kehamilan dari buku, internet, majalah atau
sumber lain.
c.
Pengkajian Fetal
1. Gerakan
Janin
Dapat
secara subjektif (ditanyakan kepada ibu), atau objektif (palpasi atau dengan
USG). Janin normal, tidak ada hipoksia, akan aktif bergerak. Normal gerakan janin
dirasakan oleh ibu sebanyak lebih dari 10 kali per hari (pada usia di atas 32
minggu). Dalam kehidupan janin intrauterin, sebagian besar oksigen hanya
dibutuhkan oleh otak dan jantung (refleks redistribusi).
Jika janin tidak bergerak, pikirkan kemungkinan diagnosis
banding : “tidur”, atau hipoksia. Waktu terbaik untuk mengamati gerakan janin
adalah pada malam hari saat ibu hamil berbaring santai. Atau, pagi hari ketika
bangun tidur bila usia kandungannya sudah masuk trisemester ketiga.
Jika merasakan janin bergerak minimal 10 kali/jam, baik
gerakan halus dan kuat, artinya bayi baik-baik saja. Namun, bila merasa bayi
tidak aktif seperti biasanya, kemungkinan besar ia sedang malas bergerak, dan
ibu hamil diminta harus coba bangkitkan semangat geraknya. Karena, bila janin
tidak merespon rangsangan ibu, dan kondisi ini sudah berlangsung lebih dari 1
hari segera beritahu dokter, untuk memantau kondisi janin. Mari, kenali gerakan
si bayi sesuai dengan usianya, supaya bisa ikut memantau perkembangannya.Minggu
ke-16 sampai 20. Di minggu ke-16 Anda mulai dapat merasakan gerakan janin
seperti tendangan dan tonjokan. Disebut sebagi fase quickening.
a. Minggu ke-21 sampai 24. Aktivitas
bayi makin meningkat. Dia banyak menendang dan jungkir balik, karena volume air
ketuban masih sering memungkinkan untuk bergerak leluasa.
b. Minggu ke-25 sampai 28. Bayi mulai
cegukan. Inilah yang menyebabkan ibu hamil merasakan sensai
seperti tersentak-sentak. Dia juga akan bergerak merespon suara
dari luar karena pendengarannya makin baik. Kadang-kadang janin ‘kaget’
mendengar suara keras.
c. Minggu ke-29 sampai 31. Gerakan bayi
makin kuat, teratur dan terkendali. Kadang ibu hamil sampai merasakan rahim
kontraksi.
d.
Minggu ke-32 sampai 24. inilah mas
apuncak aktivitas bayi. Dalam minggu-minggu ini, ibu hamil akan
merasakan peningkatan frekuensi dan tipe gerakan bayi, karena dia semakin besar
dan kuat.
2. DJJ
Detak jantung Janin
didengarkan dengan menggunakan stetoskop monoral
pada bulan ke 4-5 kehamilan. Dengan menggunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetric)
untuk mendengar DJJ dapat terdengar pada bulan 4-5. Walaupun dengan ultrasound
(doptone) sudah dapat didengar pada akhir bulan ke-3.
Frekuensinya
lebih cepat dari B.J orang dewasa ialah antara 120-140/menit. Karena badan anak
dalam kypose dan di depan dada terdapat lengan anak maka B.J. paling jelas
terdengar di punggung anak dekat pada kepala.
Pada
presentasi biasa (letak kepala) tempat ini kiri atau kanan di bawah pusat. Jika
bagian-bagian anak belum dapat ditentukan, maka B.J. harus dicari pada garis
tengah di atas sympisis.Yang dapat diketahui dari bunyi jantung janin adalah
a. Dari adanya
detak jantung janin:
1. tanda pasti
kehamilan
2. anak hidup
b. Dari tempat
bunyi jantung janin terdengar:
1. presentasi anak
2. positio
anak(kedudukan punggung)
3. sikap anak
(habitus)
4. adanya anak
kembar
Kalau
bunyi jantung terdengar kiri atau kanan
di bawah pusat,maka presentasinya kepala,kalau terdengar kiri kanan setinggi
atau di atas pusat,maka presentasinya bokong (letak sungsang).
Kalau bunyi
jantung terdengar sebelah kiri,maka punggung sebelah kiri,kalau terdengar
sebelah kanan maka punggung sebelah kanan.Kalau terdengar di pihak yang
berlawanan dengan bagiab-bagian kecil,sikap anak fleksi.kalau terdengar sepihak
dengan bagian-bagian kecil,sikap anak defleksi. Pada anak kembar bunyi jantung
terdengar pada 2 tempat dengan sama jelasnya dan dengan frekwensi yang
berbeda(perbedaan lebih dari 10/menit).
Dari sifat
bunyi jantung anak kita dapat mengetahui keadaan anak.anak yang dalam keadaan
sehat bunyi jantung nya teratur dan frekwensinya antara 120-140 permenit.
Kalau bunyi
jantung kurang dari 120/menit atau lebih dari 160/menit atau tidak teratur,
maka anak dalam keadaan asphyxia (kekurangan oksigen).
Cara menghitung
DJJ adalah dengan mendengarkan 3x5 detik dikalikan dengan 4. Contohnya :
5 detik
|
5 detik
|
5 detik
|
Kesimpulan
|
11
|
12
|
11
|
- 4 (11 + 12 +11) = 136/menit.
Teratur dan janin baik.
|
10
|
14
|
9
|
- 4 (10 + 14 + 9) = 132/m. Tak teratur dan janin asfiksia
|
8
|
7
|
8
|
- 4 (8 + 7 + 8) = 92/m. Tak teratur dan janin asfiksia
|
3. Non
Stress Test (NST)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menilai hubungan gambaran DJJ dan aktivitas janin. Cara pemeriksaan ini dikenal
juga dengan namaaktokardiografi, atau fetal activity acceleration determination
(FAD; FAAD). Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas,
dan timbulnya akselerasi yang menyertai gerakan janin.
a. Tehnik
pemeriksaan NST :
1. Pasien
berbaring dalam posisi semi-Fowler, atau sedikit miring ke kiri. Hal ini
berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan mencegah terjadinya
hipotensi.
2. Sebelum
pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi, dan frekuensi
pernafasan ibu. Kemudian selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap
10-15 menit (hasilnya dicatat pada kertas KTG).
3. Aktivitas
gerakan janin diperhatikan dengan cara:
a.
Menanyakan kepada
pasien.
b. Melakukan
palpasi abdomen.
c. Melihat
gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas KTG).
4. Bila
dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin, dilakukan
perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau bagian janin
lainnya, atau dengan memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel,
atau dengan menggunakan alat khusus untuk keperluan tersebut).
5. Perhatikan
frekuensi dasar DJJ (normal antara 120 – 160 dpm).
6. Setiap
terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG. Perhatikan apakah
terjadi akselerasi DJJ (sediktinya 15 dpm).
7. Perhatikan
variabilitas DJJ (normal antara 5 – 25 dpm).
8. Lama
pemeriksaan sedikitnya 20 menit.
b. Interpretasi
NST
1. Reaktif:
a. Terdapat
gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan akselerasi
sedikitnya 15 dpm.
b. Frekuensi
dasar djj di luar gerakan janin antara 120 – 160 dpm.
c. Variabilitas
djj antara 5 – 25 dpm.
2. Non-reaktif:
a. Tidak
terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi pada
gerakan janin.
b. Frekuensi
dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).
c. Variabilitas
djj kurang dari 2 dpm.
3. Meragukan:
a. Gerakan
janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi yang kurang
dari 15 dpm.
b. Frekuensi
dasar djj abnormal.
c. Variabilitas
djj antara 2 – 5 dpm.
Hasil
NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik sampai 1
minggu kemudian (spesifisitas 95% – 99%).Hasil NST yang non-reaktif disertai
dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal, nilai Apgar rendah, adanya
deselerasi lambat intrapartum), dengan sensitivitas sebesar 20%.Hasil NST yang
meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam.Oleh karena rendahnya nilai
sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-reaktif sebaiknya dievaluasi
lebih lanjut dengan contraction stress test (CST), selama tidak ada
kontraindikasi.
4. Amniosentesis
Amniosintesis adalah metode untuk
mendapatkan cairan amnion dengan memasukkan trocar halu dan kanula yang steril
ke dalam cavitas amnii melewati dinding abdomen dan dinding uterus.Sel-sel
fetus dilepaskan kedalam amnion dan dapat dikaji untuk penentuan jenis kelamin
dan kesehatan fetus.Untuk alasan yang sudah jelas, maka letak plasenta harus
ditetapkan sebelum amniosentesis. Kajian-kajian
berikutnya akan dilakukan pada specimen cairan yang di aspirasi antara umur
kehamilan 14 sampai 18 minggu. Hasil analisis biasanya baru diperoleh setelah
paling cepat 3 minggu.Dan uji dagnostik yang lebih baru telah dirancang untuk
menghindari hasil yang terlalu lama ini.
d.
Menentukan Diagnosa
1. Menetapkan
Normalitas Kehamilan
adalah kehamilan
dimana ibu dalam keadaan sehat, tidak ada riwayat obstetrik buruk, ukuran
uterus sama/sesuai usia kehamilan serta hasil pemeriksaan fisik dan
laboratorium normal.
2. Membedakan
Antara Ketidaknyamanan dalam Kehamilan dan Kemungkinan Komplikasi
Tidak semua wanita
mengalami ketidaknyamanan akibat kehamilan yang disebutkan dibawah ini, akan
tetapi tidak sedikit juga wanita yang mengalami ketidaknyamanan tersebut. Cara
meringankan ketidaknyamanan bisa membuat perbedaan yang signifikan dalam cara
wanita tersebut memandang pengalaman kehamilannya. Dasar fisiologis, psikologis
dan anatomis untuk masing-masing ketidaknyamanan tersebut diberikan untuk
merangsang pemikiran selanjutnya tentang cara-cara meringankannya. Cara-cara
meringankan tersebut didasarkan pada penyebab dari ketidaknyamanan tersebut
serta diarahkan ke penatalaksanaan symptomatik.
3. Mengidentifikasi
Tanda dan Gejala Penyimpangan dari Keadaan Normal
Deteksi dini terhadap komplikasi
kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan
-penyimpangan yang terjadi Upaya yang dapat dilakukan ibu dalam deteksi dini
terhadap komplikasi selama kehamilan ibu secara dini.
Kehamilan:
a.
Memeriksakan kehamilan
sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
b.
Imunisasi TT 2x.
c.
Bila ditemukan
kelainan-kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih seringdan lebih
intensif.
d.
Makan makanan yang
bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
4. Mengidentifikasi
Kemungkinan Kebutuhan Belajar
Pada setiap
kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan kepada ibu bagaimana mengenali
tanda-tanda bahaya ini, dan menganjurkan untuk
datang ke klinik dengan segara jika ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut.
dari beberapa pengalaman, akan lebih baik memberikan
pendidikan kepada ibu dan anggota keluarga khususnya pembuat keputusan utama, sehingga si ibu akan didampingi untuk mendapatkan asuhan. Enam tanda-tanda bahaya
selama periode antenatal adalah:
1)
Perdarahan vagina
2)
Sakit kepala yang
hebat, menetap yang tidak hilang
3)
Perubahan visual
secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
4)
Nyeri abdomen yang
hebat
5)
Bengkak pada muka
atau tangan
6)
Bayi kurang
bergerak seperti biasa
e.
Mengembangkan
Perencanaan Asuhan yang Komprehensif
1. Menetapkan
Kebutuhan Test Laboratorium
Tujuan test
laboratorium adalah untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi dalam kehamilan.
Macam test laboratorium dalam asuhan kehamilan yang merupakan kompetensi bidan
adalah:
a. Tes hemoglobin darah (Hb)
Tujuan: untuk
mengetahui kadar Hb pada ibu hamil dan untuk mendeteksi anemia gravidarum.
b. Tes urin protein
Tujuan: untuk
mengetahui kadar protein dalam urin dan untuk mendeteksi pre eklamsia dalam
kehamilan.
c. Tes glukosa urin
Tujuan: untuk
mengetahui kadar glukosa dalam urin dan untuk mendeteksi diabetes mellitus
gravidarum
2. Menetapkan
Kebutuhan Belajar
Penuntun belajar digunakan untuk
melatih keterampilan dalam pencapaianelemen-elemen kompetensi oleh mahasiswa
secara individual.Mulai dari latihandi laboratorium keterampilan sampai saat
melaksanakan praktik klinik kebidanan.Bimbingan keterampilan untuk mencapai
kompetensi di laboratoriumketerampilan asuhan kebidanan baru bisa dilaksanakan
atau diikuti oleh seorangmahasiswa bila mahasiswa tersebut telah mengikuti
perkuliahan seluruh materikuliah asuhan kehamilan (mata kuliah asuhan ibu I).
Dalam perkuliahan tersebutmahasiswa mendapat teori tentang teori tentang
fisiologi kehamilan, pertumbuhankehamilan dari bulan ke bulan, kebutuhan fisik
dan psikologis ibu selamakehamilan, perubahan fisik dan psikologis ibu selama
hamil, perubahan fisik dan psikologis ibu dalam masa kehamilan, teori tentang
pendekatan dalam asuhankehamilan (Manajemen Varney) dan dokumentasi asuhan
kehamilan. Dalam perkuliahan juga dilakukan demonstrasi dan simulasi
keterampilan yangmendukung kompetensi yang akan dilatih atau dipelajari.
3. Menetapkan
Kebutuhan untuk Komplikasi Ringan
Dalam menetapkan
kebutuhan untuk pengobatan komplikasi ringan dalam kehamilan harus berdasarkan
Kep Menkes No 900 tahun 2002 tentang registrasi dan kewenangan praktik bidan
dan standar pelayanan kebidanan (SPK). Di antaranya yaitu penanganan abortus
iminens, pre eklamsia, Hyperemesis gravidarum dan anemia dalam kehamilan.
4. Menetapkan
Kebutuhan Konsultasi atau Rujukan pada Tenaga Profesional lainnya
Apabila terjadi
komplikasi dalam kehamilan bidan perlu menetapkan kebutuhan konsultasi atau
rujukan dengan tenaga professional lainnya untuk mencegah terjadinya komplikasi
lebih lanjut.
5. Menetapkan
Kebutuhan untuk Konseling Spesifik atau Anticipatory Guidence
Dalam menetapkan
kebutuhan untuk konseling spesifik, harus di sesuaikan dengan permasalahan yang
dihadapi oleh ibu hamil berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan penunjang yang telah di lakukan oleh bidan. Beberapa kebutuhan
konseling yang perlu diberikan pada setiap ibu hamil pada kunjungan awal adalah
pendidikan kesehatan tentang:
a. Tanda bahaya dalam kehamilan
b. Gizi pada ibu hamil
c. Persiapan persalinan
d. Imunisasi TT
e. Olahraga
f. Istirahat
g. Kebersihan
h. Pemberian ASI
i.
Aktifitas seksual
j.
Kegiatan
sehari-hari dan pekerjaan
k. Obat-obatan dan merokok
l.
Body mekanik
m. Pakaian dan sepatu
6. Menetapkan
Kebutuhan Konseling HIV/PMS
Untuk menetapkan
kebutuhan konseling HIV/PMS hanya diberikan pada ibu hamil dengan riwayat
maupun resiko HIV/PMS.
7. Menetapkan
Jadwal Kunjungan Sesuai dengan Perkembangan Kehamilan
Menurut standar WHO
bahwa dalam kehamilan, minimal kunjungan ANC adalah 4 kali selama kehamilan
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Kunjungan I :
dilakukan sebelum minggu ke-14 (pada trimester I)
b. Kunjungan II :
dilakukan sebelum minggu ke 28 (pada trimester II)
c. Kunjungan III : dilakukan antara minggu 28-36 (pada
trimester III)
d. Kunjungan IV :
dilakukan setelah minggu ke-36 (pada trimester III)
f.
Mengevaluasi Penemuan
Masalah yang Terjadi, Aspek-aspek yang Menonjol pada Wanita Hamil
1. Oleh karena telah banyak dilakukan pengkajian mengenai
riwayat ibu dan pemeriksaan lengka selama kunjungan antenatal pertama, maka
kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi - komplikasi,
mempersiapkan kelahiran, kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang terfokus dan
pembelajaran
2. Pada tahap ini bidan menginventarisasi beberapa masalah
yang terjadi beserta aspek - aspek yang menonjol yang membutuhkan penanganan
dan pemberian KIE
g.
Anamnesa Kunjungan Awal
1.
Tahap
preinteraksi
a.
Menyambut klien dengan ramah
b.
Perawat mengenalkan diri
c.
Mempersilakan klien duduk dan
komunikatif
d.
Perawat tanggap terhadap reaksi
klien
e.
Perawat sabar terhadap reaksi
klien
2.
Tahap
interaksi
a.
Mengkaji riwayat kehamilan
sekarang
b.
Riwayat haid
1.
HPHT
2.
Gerakan janin dirasakan kapan
3.
Tanda-tanda bahaya atau
penyulit yang dialami
4.
Keluhan utama
5.
Obat yang dikonsumsi/termasu
jamu
6.
Kekhawatiran khusus
c.
Mengkaji riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu
1.
Jumlah kehamilan
2.
Jumlah anak yang lahir hidup
3.
Jumlah kelahiran prematur
4.
Jumlah keguguran
5.
Riwayat persalinan dengan
tindakan (SC/Forcep/Vacum)
6.
Riwayat perdarahan pada
persalinan atau pasca persalinan
d.
Riwayat kesehatan/penyakit yang
diderita Semarang dan lalu
1.
Penyakit jantung
2.
Hipertensi
3.
Malaria
4.
Penyakit kelamin
5.
Diabetes dan lain-lain
e.
Menanyakan riwayat perkawinan
f.
Menanyakan respon klien dan
keluarga terhadap kehamilannya
g.
Menanyakan riwayat KB
h.
Menanyakan pola nutrisi dan
eliminasi
i.
Menanyakan pola aktifitas dan
istirahat
j.
Menanyakan kebiasaan merokok,
minuman keras, konsumsi obat terlarang
k.
Dokumentasi
3.
Penampilan
a.
Perawat menanyakan secara
sistematis
b.
Menggunakan bahasa yang muda
dimengerti
c.
Memberikan perhatian pada
setiap jawaban
d.
Penuh percaya diri dan tidak
ragu-ragu
h.
Praktik Pemeriksaan
1. Fisik
dan Leopold
a. Fisik
1. Tinggi Badan Tubuh yang
pendek dapat menjadi indikator gannguan genetik. Karena tinggi yang pasti
sering kali tidak diketahui dan tinggi badan berubah seiring peningkatan usia
wanita, tinggi badan harus diukur pada saat kunjungan awal.
2. Berat Badan
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk
membuat rekomendasi penambahan berat badan pada wanita hamil dan untuk
membatasi kelebihan atau kekurangan berat.
3. Tekanan
Darah
Penentuan tekanan darah (TD) sangat penting pada masa
hamil karena peningkatan TD dapat membahayakan kehidupan ibu dan bayi.
4.
Nadi
Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama hamil,
tetapi jarang melebihi 100 denyut permenit (dpm). Curigai hipotiroidisme jika denyut
naadi lebih dari 100 dpm. Periksa adanya eksoflatmia dan hiperrefleksia yang
menyertai.
5. Refleks
Terutama reflex lutut. Reflex lutut negative pada
hypovitaminose dan penyakit urat saraf.
6. Pemeriksaan
Kulit
Perubahan kulit yang sering terjadi pada masa hamil
mencakup hiperpigmentasi pada wajah (kloasma), pada areola dan putting susu,
stria gravidarum, spider nevi, serta linea nigra. Periksa warna kulit, adanya
ruam, massa, lesi, jaringan parut, tanda penganiayaan fisik, dan bukti
penyalahgunaan obat. Beri perhatian khusus untuk melihat suatu ruam di telapak
tangan dan telapak kaki yang merupakan tanda sifilis. Jaringat parut
menunjukkan pernah dilakukan prosedur bedah atau, pada kasus yang jarang,
menunjukkan praktik seksual yang berkaitan dengan ritual sadomasokistik.
7. Pemeriksaan
kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid sedikit membesar selama masa hamil
akibat hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularitas. Namun, perubahan
anatomi ini tidak menyebabkan tiromegali yang signifikan dan setiap pembesaran
yang signifikan perlu diteliti. Hipotiroidisme sulit dideteksi selama masa
hamil karena banyak gejala hipotiroidisme, yakni keletihan, penambahan berat,
dan kostipasi, yang menyerupai gejala-gejala kehamilan.
8. Pemeriksaan
Paru
Pemerikasaan paru harus mencakup observasi sesak
nafas, napas dangkal, napas cepat, pernapasan yang tidak teratur, mengi, batuk,
dan dispnea. Pemeriksaan paru biasanya merupakan tindakan yang sangat membantu
dalam menegakkan diagnosis bronchitis atau pneumonia.
9. Pemeriksaan
Jantung
Pada akhir kehamilan, 45% volume darah wanita hamil
lebih tinggi dari pada volume darah wanita tidak hamil (Pritchard, 1965).
Peningkatan volume darah ini menyebabkan uterus membesar dan melindungi ibu
ketika darah keluara saat melahirkan. Pada wanita tidak hamil, murmur jantung
sistolik bermakna. Pada wanita hamil yang asimptomatik, murmur derajat 1/6 atau
2/6 umumnya dianggap ringan. Apabila murmur sistolik lebih dari 2/6 atau
terdengar bunyi murmur lain, lakukan ekokardiogram jika tersedia dana yang
cukup.
10. Pemeriksaan
Payudara
Payudara harus diperiksa umtuk mendeteksi setiap massa
yang mungkin ganas dan setiap kondisi yang dapat mengganggu proses menyusui.
Pastikan anda memeriksa putting dengan cermat, terutama jika klien berkeinginan
menyusui bayinya. Tes “protaklitas” harus menjadi bagian pemeriksaan payudara
pada wanita yang sebelumnya tidak mampu menyusui dengan baik.
b.
Leopold
1.
Leopold I
a.
Kaki penderita dibengkokkan pada
lutut dan lipat paha,
b.
Pemeriksa berdiri sebelah kanan
penderita, dan melihat kearah muka penderita
c.
Rahim dibawa ke tengah
d.
Tingginya fundus uteri ditentukan.
e.
Tentukan bagiian apa dari anak yang
terdapat dalam fundus.
f.
Sifat kepala ialah keras, bundar dan
melenting. Sifat bokong lunak, kurang bundar dan kurang melenting. Pada letak
lintang fundus uteri kosong. Pemeriksaan tuanya kehamilan dari tingginya fundus
uteri.
2.
Leopold II
a.
Kedua tangan pindah ke samping
b.
Tentukan dimana punggung anak.
Punggung anak terdapat di fihak yang memberikan rintanggan yang terbesar,
carilah bagian-bagian kecil yang biasanya terletak bertentangan dengan fihak
yang member rintangan yang terbesar.
c.
Kadang-kadang di samping terdapat
kepala atau bokong ialah pada letak lintang.
3.
Leopold III
a.
Dipergunakan satu tangan saja
b.
Bagian bawah ditentukan antara ibu
jari dan jari lainnya
c.
Cobalah bapakah bagian bawah masih
dapat diigoyangkan. Leopold III untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh Pintu
atas panggul.
4.
Leoplod IV
a.
Pemeriksa berubah sikapnya ialah
melihat kea rah kaki penderita.
b.
Dengan kedua tangan ditentukan apa
yang menjadi bagian bawah.
c.
Ditentukan apakah bagian bawah sudah
masuk kedalam pintu atas panggul, dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
ronggga panggul.
d.
Jika kita rapatkan kedua tangan pada
permukaan dari bagian terbawah dari krpala yang masih teraba dari luar.
2. Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Protein urine: Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penipisan rutin protein urine merupakan cara efektif
mendeteksi pre eklamsi
b. Glukosa :
ibu hamil harus diperiksa terhadap kemungkinan diabetes
3. HB
Sahli
Jenis pemeriksaan
Hb yakni dengan cara sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil
yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb
adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.
4. Urine
Reduksi
Dilakukan
pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi penyakit gula/
Diabetes melitus atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan suami. Bila
hasil pemeriksaan urine reduksi positif perlu diikuti pemeriksaan gula darah
untuk memastikan adanya Diabetes Mellitus Gestasional ( DMG ). Diabetes
Mellitus Gestasional pada ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa
preeklamsia, polihidramnion, bayi besar ( Saefudin,2000 ).
5. Protein
Urine
Pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui adanya protein dalam ibu hamil. Adapun pemeriksaannya
dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah
tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan urine protein ini untuk mendeteksi ibu hamil
kearah preeklamsia.
B.
Asuhan
Kehamilan Kehamilan Kunjungan Ulang
Kunjungan
ulang adalah setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan
antenatal pertama sampai memasuki persalinan.
a. Mengevaluasi
Data Dasar
Pada tahap ini
bidan melakukan evaluasi data dasar yang dipertimbangkan dalam menegakkan
diagnosis pada kunjungan yang pertama.Evaluasi
tersebut dapat dicermati pada tabel berikut ini:
Data Dasar
|
Pertimbangan
|
Amenore
|
Diagnosis kehamilan
|
Tanggal menstruasi
terakhir
|
Diagnosis kehamilan
|
Keluhan yang
disampaikan
pasien
|
Pemberian konseling
|
Hasil pemeriksaan
fisik
- Kenaikan BB
- Tes urin kehamilan ( tes HCG ) positif
- Cloasma gravidarum
- Perubahan pada payudara
- Linea nigra
- Tanda Chadwick
- Tanda hegar
|
Diagnosis kehamilan
|
b. Mengevaluasi
Keefektifan Manajemen atau Asuhan
Bidan melakukan penilaian mengenai
efektifitas asuhan yang sudah dilaksanakan pada kunjungan sebelumnya.Kegiatan ini bertujuan
agar hal yang kurang efektif yang dilakukan pada asuhan sebelumnya tidak
terulang lagi serta mmemastikan aspek mana yang efektif agar tetap
dipertahankan.Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh bidan adalah :
1. Menanyakan
kembali kepada pasien mengenai apa yang sudah dilakukan pada kunjungan
sebelumnya
2. Melakukan
pemeriksaan fisik terutama hal - hal yang berfokus pada pemantauan kesehatan
ibu dan janin
Beberapa hal yang perlu ditanyakan
kepada pasien antara lain sebagai berikut :
1. Kesan
pasien secara keseluruhan mengenai proses pemberian asuhan pada kunjungan sebelumnya
2. Hal
- hal yang membuat pasie kurang merasa nyaman
3. Peningkatan
pengetahuan pasien mengenai perawatan kehamilan hasil dari proses KIE yang lalu
4. Berkurangnya
ketidaknyamanan yang dirasakan pada kunjungan yang lalu setelah dilakukan
penatalaksanaan
c. Pengkajian
Data Fokus
1. Riwayat
untuk Deteksi Komplikasi dan Ketidaknyamanan
a.
Riwayat
1.
Menayakan bagaimana
perasaan pasien sejak kunjungan terakhirnya
2.
Menanyakan apakah
pasien mempunyai pertanyaan atau kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan
terakhir
3.
Gerakan janin dalam
24 jam terakhir
b.
Deteksi
ketidaknyamanan
1.
Menanyakan keluhan
- keluhan yang biasa dialami oleh ibu hamil
2.
Menanyakan
kemungkinan tanda - tanda bahaya yang dialami oleh ibu
2. Pemeriksaan
Fisik
Pada tiap kunjungan
ulang antenatal pemeriksaan fisik berikutdilakukan untuk mendeteksi tiap
tanda-tanda keluhan ibu dan evaluasi pada janin :
a.
Janin :
1.
Denyut jantung
janin. Normal DJJ 120-160 kali per menit. Apabila kurang dari 120 x atau
menitdisebut bradikardi, sedang lebih dari 160 x per menit disebut tathicardi.
2.
Ukuran janin
3.
Dengan cara Mc.
Donald untuk mengetahui TFU dengan pita ukur kemudian dilakukan penghitungan
tafsiran berat janin dengan rumus( TFU dalam cm ) – n x 155 = gram. Bila kepala
diatas atau pada ishiadica maka n = 12. Bila kepala dibawah spina ishiadica
maka n = 11
4.
Letak dan
presentasi
Letak dan
presentasi dapat diketahui dengan menggunakan palpasi. Salah satu cara palpasi
yang sering digunakan adalah menurut Leopold.
a.
Leopold I : Untuk
mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada pada bagian fundus
b.
Leopold II : Untuk
mengetahui letak janin memanjang atau melintang dan bagian janin yang teraba
disebelah kiri atau kanan
c.
Leopold III : Untuk
menentukan bagian janin yang ada dibawah (presentasi)
d.
Leopold IV : Untuk menentukan apakah bagian bawah
janin sudah masuk panggul
b.
Aktivitas/ gerakan
janin
Dikenal adanya
gerakan 10, yang artinya dalam waktu 12 jam normal gerakan janin minimal 10
kali.
c.
Ibu
1.
Tekanan darah
2.
Berat badan
3.
Tanda-tanda bahaya
4.
TFU
5.
Umur kehamilan
6.
Pemeriksaan vagina
3. Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Darah = Hb
b.
Urine = Protein dan
glukosa
d. Mengembangkan
Rencana Sesuai dengan Kebutuhan dan Perkembangan Kehamilan
1. Jelaskan
mengenai ketidaknyamanan normal yang dialaminya
2. Sesuai
dengan usia kehamilan ajarkan ibu tentang materi pendidikan kesehatan pada ibu
3. Diskusikan
mengenai rencana persiapan kelahiran dan jika terjadi kegawatdaruratan
4. Ajari
ibu untuk mengenal tanda - tanda bahaya, pastikan untuk memahami apa yang
dilakukan jika menemukan tanda bahaya
5. Buat
kesepakatan untuk kunjungan berikutnya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kunjungan awal
adalah suatu kunjungan yang dilakukan pertama kali saat ibu hamil. Hal-hal yang ada dalam kunjungan awal antara lain
tujuan kunjungan, pengkajian data kesehatan ibu hamil, pengkajian fetal,
menentukan diagnosa, mengembangkan perencanaan asuhan yang komprehensif, mengevaluasi
penemuan masalah yang terjadi, aspek-aspek yang menonjol pada wanita hamil,
anamnesa kunjungan awal dan praktik pemeriksaan.
Kunjungan ulang adalah
setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan antenatal
pertama sampai memasuki persalinan. Hal-hal yang ada dalam kunjungan akhir antara lain
mengevaluasi data dasar, mengevaluasi keefektifan manejemen/ asuhan, pengkajian
data fokus, menembangkan rencana sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
kehamilan.
B.
Saran
Sebaiknya kunjungan
atau pemeriksaan selama masa hamil dilakukan secara rutin dan ibu hamil harus
berkonsultasi segera apabila terjadi sesuatu keluhan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba.
2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Penerbit EGC, Jakarta.
Mochtar,
Rustam. 2001. Sinopsis Obstetri. Penerbit : EGC,
Jakarta.
Pantrikawati,
Ika dan Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I
(Kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika.
Verrallas,
Sylvia. 2003. Anatomi dan Fisiologi
Terapan dalam Kebidanan edisi 3. Jakarta:
EGC.
Vicky
C. 2006.Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Kelahiran. Jakarta: EGC.
W, Hanifa, Abdul, dkk. 1989. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta; PT Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
No comments:
Post a Comment