Tuesday, 14 March 2017
Saturday, 11 March 2017
Perawatan Luka (Wound Care)
1. Definisi
Wound Care merupakan
perawatan pada luka dengan menerapkan teknik-teknik tertentu sesuai dengan
jenis luka.
2. Macam
Ä Open method
Merupakan teknik perawatan luka terbuka. Kekurangan pada
metode ini adalah paparan mikroorganisme eksternal yang dapat menyebabkan
infeksi pada luka.
Ä Closed method
Merupakan perawatan luka
tertutup dengan teknik dressing (mengganti balutan). Tujuan
dari teknik perawatan tertutup adalah:
Þ Menyerap drainage dan menghilangkan
jaringan mati atau debris
Þ
Melindungi luka dari
kontaminasi microbial eksternal
Þ
Memfasilitasi homeostasis saat
pembalutan
Þ Mengurangi mobilitas dan trauma pada luka
Þ Menjaga dari agen eksternal yang
mengganggu penyembuhan luka
3. Tipe balutan
Ä Dry
Dressing
Merupakan teknik perawatan
luka steril pada luka dengan drainage dan kerusakan jaringan minimal, serta
penyembuhan luka primer. Contoh pada luka post operasi.
Keuntungan: melindungi luka,
absorbsi drainase dan estetik bagi pasien serta memberikan tekanan (jika
diperlukan)
Ä Wet Dressing
Perawatan pada luka yang mengalami kerusakan jaringan
ekstensif dan penyembuhan luka sekunder. Contoh pada luka baker, ulser, dan
dekubitus.
Dibagi menjadi 2, yaitu:
·
Basah-Kering
ü Digunakan untuk luka yang tidak teratur
atau terinfeksi yang harus di debridement dan ditutup dengan penyembuhan
sekunder.
ü Kasa dibasahi dengan normal saline atau
larutan antimicrobial, ditutupkan pada luka yang menghilangkan rongga mati.
ü Kassa basah ditutup dengan kassa kering.
Jika telah kering, jaringan nekrotik akan terabsorbsi oleh kassa.
·
Basah-Basah
ü Digunakan pada luka terbuka yang bersih
atau permukaan yang sedang bergranulasi. Normal saline dan agen mikrobial dapat
digunakan untuk membasahi luka.
ü Memberikan lingkungan yang fisiologis,
yang dapat membantu proses penyembuhan lokal dan meningkatkan rasa nyaman pada
klien.
ü Kerugian: jaringan di sekitarnya menjadi lecet, risiko infeksi
semakin tinggi.
3. Hal-hal yang diperhatikan pada saat perawatan luka:
- Inspeksi luka terhadap adanya drainage, panjamg luka, keadaan luka, dan adanya tanda-tanda infeksi (RKTDF). Macam drainage antara lain:
ü Serous : serum dari pembuluh darah dan
membrane serous seperti peritoneum, pleura, dan meningen. Bentuk seperti gelembung blister.
ü Eksudat : material seperti
cairan dan sel dari pembukuh darah selama proses inflamasi yang tertumpuk dalam
jaringan atau permukaan jaringan.
ü Serousanguineous : biasanya terdapat pada luka post pembedahan
(serous dan eksudat)
ü Purulent : berisi leukosit, jaringan
debris , dan bakteri hidup maupun mati.
- Gunakan teknik pembalutan luka yang tepat. Tujuan dari pembalutan:
ü Support pada luka, contoh luka pada
fraktur
ü Immobilitas pada luka
ü Penerapan tekanan pada luka
ü Securing wound
ü Mengurangi nyeri
ü Retaining warmth
- Gunakan prinsip pencegahan pada luka.
The Center for
Diesase Control (CDC) prinsip yang harus diterapkan
dalam pencegahan luka:
ü Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan
luka
ü Menyentuh peralatan steril hanya sesudah
memakai sarung tangan steril atau menggunakan forceps
ü Gunakan teknik perawatan luka yang benar
dalam perawatan luka
ü Mengambil specimen drainage jika dicurigai
adanya infeksi
Pencegahan HIV
AIDS dalam perawatan luka:
ü Menggunakan sarung tangan jika menyentuh
darah atau cairan tubuh dan membrane mukosa
ü Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
atau ketika terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
ü Gunakan perlindungan untuk mencegah needles
injury atau benda-benda tajam
ü Jangan menggunakan teknik direk jika
menutup lesi dan dermatitis
ü Gunakan sarung tangan, masker, atau kaca
mata untuk mrnghindari percikan darah atau cairan tubuh
§ Lakukan irigasi luka jika diperlukan.
Irigasi luka merupakan tindakan mengalirkan cairan pada
luka dengan menerapkan prinsip steril. Tujuan dari irigasi luka adalah:
ü Membersihkan area yang luka
ü Penghangatan daerah luka yang dapat
mempercepat proses penyembuhan
ü Medikasi dengan menggunakan cairan antimicrobial
§ Gunakan tipe cairan yang sesuai dengan kondisi luka dan tujuan dari
perawatan luka.
No.
|
Tipe Cairan
|
Efek
|
1.
|
Normal Salin
|
Menghilangkan jaringan
nekrotik
|
2.
|
Betadin 10%
|
Pada luka yang terinfeksi Staphylococcus atau bakteri aerobic
Dapat berefek membakar dan alergi
|
3.
|
Asam asetik 0,25%
|
Pada luka dengan infeksi pseudomonas
Bakteri gram positif dan negatif
|
4.
|
Hidrogen Peroksida (3%)
|
Tidak digunakan
Digunakan untuk jaringan mati
Menghambat pertumbuhan pseudomonas
|
Perubahan Fisik Menopause
a.
Pengertian
Seiring dengan peningkatan usia,
banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan, itu akan terhenti pada suatu
tahapan, sehingga berikutnya akan terjadi banyak perubahan yang terjadi pada
fungsi tubuh manusia. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada proses menua,
karena pada proses ini banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologis.
Perubahan tersebut banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi
suatu fase yaitu fase menopause.
Menopause merupakan sebuah kata yang
mempunyai banyak arti. “Men” dan “pauseis” adalah kata yunani yang pertama kali
digunakan untuk menggambarkan berhantinya haid. Webster’s Ninth New Collegiate
Dictionary mendefinisikan menopause sebagai periode behentinya haid secara
alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45-50 tahun (Kadus, 2004).
Menopause adalah berhentinya siklus
haid terutama karena ketidakmampuan sistem neurohumoral untuk mempertahankan
stimulasi periodiknya pada sistem endokrin (potter dan Perry, 2005).
Menopause merupakan sebuah kata yang
mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari
bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid.
Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi
karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung
telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50
tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono P,
2008).
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa menopause adalah masa berhentinya haid yang disebabkan oleh menurunnya
produksi hormon estrogen dan progestron di ovarium sehingga masa reproduksi
wanita menjadi berakhir.
b. Tahapan Periode Menopause
Menopause merupakan masa berhentinya haid. Menurut Manuaba (2005)
menopause di bagi dalam beberapa tahap atau periode yaitu sebagai berikut:
1)
Pre menopause (klimakterium)
Pada fase ini seorang wanita akan
mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan psikologi, terjadi
perubahan fisik berlangsung selama antara 4-5 tahun pada usia 48-55 tahun.
2)
Fase menopause
Terhentinya menstruasi, perubahan
dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun
pada usia 56-60 tahun.
3)
Pasca menopause (senium)
Terjadi pada usia diatas 65 tahun,
wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologi dan fisik, keluhan makin
berkurang.
Usia dari hari kehari akan terus
berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia tidak akan lepas
dari masa tua. Bertambahnya usia maka tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk
tubuh mengalami perubahan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa
menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan
secara perlahan-lahan ke masa nonproduktif yang disebabkan oleh berkurangnya
hormon estrogen dan progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Sehubungan
dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya hal itu diikuti dengan
berbagai gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologi yang
dapat mempengaruhi barbagai aspek kehidupan lansia tersebut.
c. Perubahan Fisik
Wanita Menopause
Ketika seseorang memasuki masa
menopause fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat
terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan
dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas
atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan
berdebar-debar. Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari
menopause yaitu:
1)
Perubahan organ reproduksi
Ovarium dan uterus lambat laun
mengecil dan endometrium mengalami atrofi. Walaupun demikian, uterus masih
tetap dapat bereaksi terhadap estrgen. Epitel vagina menipis dan mamae mulai
menjadi lembek. Proses ini berlangsung terus sampai masa senium.
2)
Perubahan Hormon
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan
berkurangnya kamampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Keadaan
ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi hipotalamus-hipofisis.
Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian, turunya produksi
steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik terhadap
hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua
gonadotropin ini, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.
3)
Perubahan vasomotorik
Perubahan ini dapat muncul sebagai
gejolak panas(hot flushes), keringat
banyak, rassa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, perubahan tekanan
darah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus.
4)
Perubahan emosi
Perubahan emosi sering muncul dalam
bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang, dan susah
tidur.
Konsep Diri
a. Pengertian
Konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuanya berinteraksi dengan orang
lain dan lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek
tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen(1998) dalam Abdul Muhith 2015).
Konsep diri
adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan
bagaimana orang lain memandangnya. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan
bagaiman kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual,
kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian dalam percakapan
sehari-hari. Dengan konsep diri ini, kita bisa membayangkan bagaimana kita
bercermin untuk mengetahui siapa sesungguhnya diri kita. (Keliat, B.A, 1994
dalam Abdul Muhith 2015).
Konsep diri
dipelajari mulai kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu
mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri terdiri dari
berbagai komponen yaitu citra diri, ideal diri, harga diri, dan penampilan
peran, dan identitas peersonal. Respon individu terhadap konsep dirinya
berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaktif sampai
maladaktif. Stain (dalam Stuard and Sunden 1995) mengatakan bahwa konsep diri
memiliki peran penting dalam pembentukan pola kepribadian seseorang karena
konsep diri merupakan inti pola kepribadian, konsep ini mempengaruhi berbagai
sifat dalam diri seseorang.
b. Komponen
Konsep Diri
Konsep diri
mempunyai beberapa komponen, komponen tersebut ada lima yaitu:
1) Gambaran
Diri
Gambaran diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap
ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan
dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart & Sudeen,
1991).
Sejak lahir
individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain,
kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari
lingkungan (Keliat, 1994).
Gambaran diri (body image) berhubungan dengan
kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak penting pada
aspek psikologinya. Citra tubuh adalah sikap, persepsi keyakinan, dan
pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu:
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keteratasan, makna objek yang kontak secara
terus menerus dari masa lalu maupun sekarang. Gangguan citra tubuh adalah
perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk
struktur, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya
akan lebih rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga
diri (Keliat, 1994).
Perubahan tubuh yag
berhubungan dengan tumbuh kembang, dimana seseorang akan merasakan perubahan
pada dirinya seiring dengan pertumbuhan usia. Tidak jarang seseorang menanggapi
dengan repon positif dan negatif. Ketidak puasan juga dirasakan seseorang jika
didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. Umpan balik iterpersonal yang
negatif berarti ada anggapan yang tidak baik berupa celaan dan makian sehingga
dapat menjadikan seseorang menarik diri.
Gambaran diri
adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau
tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make
up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
a) Stresor
yang terjadi pada gambaran diri
(1) Perubahan
ukuran tubuh: penurunan atau kenaikan berat badan.
(2) Perubahan
bentuk tubuh: tindakan invasif (oprasi atau daerah pemasangan infus) atau
perubahan pada mamae yang semula kencang menjadi kendur dan lain sebagainya
(3) Perubahan
struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan alat
dalam tubuh.
(4) Perubahan
fungsi: beberapa penyakit yang dapat merubah sistem tubuh.
(5) Keterbatasan
gerak: makan serta kegiatan.
b) Tanda
dan gejala gangguan gambaran diri
(1) Menolak
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
(2) Tidak
menerima perubahan tubuh yang terjadi.
(3) Menolak
penjelasan perubahan tubuh.
(4) Preakupasi
dengan bagian tubuh yang hilang.
(5) Persepsi
negatif terhadap tubuh.
(6) Mengungkapkan
keputusan.
(7) Mengungkapkan
ketakutan.
2) Ideal
Diri
Ideal diri
adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan
standar, aspirasi, tujuan, atau penilaian personal tertentu (Stuart and
Sundeen,1995 dalam Abdul Muhith (2015)). Gangguan ideal diri adalah ideal diri
terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis, ideal diri yang samar dan
tidak jelas dan cenderung menuntut. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan
nilai-nilai yang ingin dicapai dalam hidup. Ideal diri akan mewujudkan
cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial dan kepada siapa ingin
dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi
orang yang penting dalam dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada
masa remaja, ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang
tua, guru, dan teman (Keliat, 1994 dalam Abdul Muhith, 2015).
3) Peran
Peran adalah
seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan
fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai berbagai
fungsi peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran adalah sikap
dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya dimasyarakat (Keliat, 1994 dalam Abdul Muhith). Peran yang diterapkan
adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
Posisi di
masyarakat dapat merupakan stessor terhadap peran terdiri dari konflik peran,
peran yang tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari:
a) Konflik
peran
Dialami jika
peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik
satu sama lain.
b) Peran
yang tidak jelas
Terjadi jika
individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang
diharapkan. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam masa transisi
merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi
dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
Peran berlebih
jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai istri, ibu,
perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi tidak ada waktu untuk
menyelesaikan. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan
peran harus dilakukan (stuart dan sundeen, 1991 dalam Abdul Muhith, 2015) :
(1) Kejelasan
perilaku dan pengetahuan yang sesuai peran.
(2) Konsistensi
respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
(3) Kesesuaian
dan keseimbangan.
(4) Keselarasan
budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
(5) Pemisahan
situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku peran.
4) Identitas
Identitas adalah
kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari obserfasi dan penelitian yang
merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan
yang utuh (stuart dan sundeen, 1995 dalam Abdul Muhith 2015).
Seseorang yang
mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul
dari perasaan berharga, kemampuan, dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri
dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa
kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri.
5) Harga
diri
Harga diri
adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1995).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga
diri yang tinggi.jikaa individu sering gagal, maka cenderrung harga diri rendah.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah
dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Biasanya harga diri sangat
rentan teganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sabagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya
percaya diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau
kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama) dan dapat
diekspresian secara langsung atau tidak langsung (keliat 1994, dalam Abdul Muhith
2015).
Subscribe to:
Posts (Atom)