a. Pengertian
Kontrasepsi suntik yang berisi hormon
progesteron. Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntikkan Intra Muskular (Saiffudin,2006).
b. Mekanisme
kerja
1) Primer
: mencegah ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak
terjadi sentakan LH (LH surge). Respon kelenjar hypophyse terhadap
gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberikan
memberikan kesan proses terjadi di hipotalamus daripada di kelenjar hypophyse.
Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung
pada kelenjar hypophyse. Penggunakan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan
keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakai DMPA, endometrium menjadi
dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma
menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi
sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan sedikit
sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut
akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang
terakhir.
2) Sekunder
:
a) Lendir
serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa.
b) Membuat
endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang telah
dibuahi.
c) Mungkin
mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopi (Hartanto,2004).
c. Efektifitas
DMPA mempunyai efektivitas tinggi,
dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (Sulistyawati, 2013).
d. Indikasi
1) Usia
reproduksi
2) Telah
memiliki anak
3) Menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi
4) Setelah
melahirkan dan yang menyusui
5) Setelah
abortus atau keguguran
6) Menyusui
dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
7) Telah
memiliki banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
8) Perokok
9) Tekanan
darah <180/110 mmHg dengan masalah gangguan pembekuan darah atau dengan
anemia bulan sabit.
10) Tidak
dapat menggunakan kontrasepsi yang mengguanakan estrogen
11) Sering
lupa menggunakan pil kontrasepsi
12) Mendekati
usia menoupause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi
e. Kontraindikasi
1) Hamil
atau curiga hamil (resiko cacat pada 7
janin per 100.000 kelahiran).
2) Memiliki
riwayat perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3) Tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore.
4) Menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5) Menderita
diabetes melitus disertai komplikasi.
f. Cara
pemakaian
1) Kontrasepsi
suntikan DMPA diberikan setiap tiga bulan dengan cara disuntik intramuskular
dalam di daerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja secara efektif. Suntikan
diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk tiga
injeksi berikutnya diberikan setiap delapan minggu. Mulai dengan injeksi kelima
diberikan setiap 12 minggu.
2) Bersihkan
kulityang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropil
alkohol 69-90%, biarkan kulit kering sebelum disuntik, lalu setelah kering baru
disuntik.
3) Kocok
dengan baik dan hindari terjadinya gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak
perlu didinginkan. Apabila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan
menghangatkannya (Sulistyawati,2013).
g. Keuntungan
1) Sangat
efektif
2) Pencegahan
kehamilan jangka panjang
3) Tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak
mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah
5) Tidak
memiliki pengaruh terhadap produksi ASI
6) Efek
samping sedikit
7) Klien
tidak perlu menyimpan obat suntik
8) Dapat
digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 athun sampai perimenopause
9) Membantu
mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
10) Menurunkan
kejadian tumor jinak payudara
11) Mencegah
beberapa penyebab penyakit radang panggul
12) Menurunkan
krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
(Sulistyawati,2013).
h. Keterbatasan
1) Sering
ditemukan gangguan haid seperti berikut.
a) Siklus
haid yang memendek atau memanjang
b) Perdarahan
yang banyak atau sedikit
c) Perdarahan
tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
d) Tidak
haid sama sekali
2) Klien
sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntik)
3) Tidak
dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan sebelumnya
4) Sering
menimbulkan efek samping masalah berat badan
5) Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B,
atau infeksi virus HIV
6) Terlambatnya
kembali kesuburan setelah penghentian penggunaan
7) Terlambatnya
kembali kesuburan bukan karena kerusakan/ kelainan pada organ genetalia, tetapi
karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)
8) Terjadi
perubahan pada lipid serum dengan penggunaan jangka panjang
9) Gangguan
jangka panjangnya yaitu dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas)
10) Pada
gangguan jangka panjang juga dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, gugup, atau jerawat
i.
Efek Samping
1) Gangguan
haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu
2) Berat
badan yang bertambah
3) Sakit
kepala
4) Pada
sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggi dari
kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol
a) Gangguan
haid
(1) Amenore
(a) Tidak
perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup konseling saja
(b) Apabila
klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan dilanjutkan.
Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain
(2) Perdarahan
(a) Perdarahan
ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya
(b) Apabila
perdarahan terus berlanjut atau setelah tidak haid namun kemudian terjadi
perdarahan, maka perlu di cari penyebab perdarahan tersebut. Obatilah penyebab
perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai. Bila tidak ditemukan penyebab
terjadinya perdarahan, tanyakan apakah klien masih ingin melanjutkan suntikan.,
jika tidak suntikan jangan dilanjutkan, dan cari kontrasepsi jenis lain
(c) Apabila
ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan seksual, klien
perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus dilanjutkan
(d) Perdarahan
banyak atau memanjang (lebih dari delapan hari atau dua kali lebih banyak dari
perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid normal). Jelaskan pada
perdarahan yang banyak atau memanjang tersebut biasa ditemukan pada bulan
pertama setelah disuntik
(e) Apabila
gangguan tersebut menetap perlu dicari penyebabnya dan bila ditemukan kelainan
ginekologis klien perlu diobati atau rujukan
(f) Apabila
perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak dapat
menerima perdarahan yang terjadi, suntikan tidak dilanjutkan lagi dan pilih
jenis kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi preparat besi atau
makanan yang banyak mengandung zat besi (Sulistyawati,2013).
b) Berat
badan yang bertambah
(1) Umumnya
pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg
sampai 5 kg dalam tahun pertama
(2) Penyebab
pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya
lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh
(3) Hipotesa
para ahli : DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya
c) Sakit
kepala
Insiden sakit kepala pada akseptor DMPA
terjadi <1-17% akseptor.
d) Efek
pada sistem kardiovaskuler
Tampaknya hampir tidak ada efek pada
tekanan darah atau sistem pembekuan darah maupun sistem fibrinolitik. Tidak
ditemukan bukti-bukti bahwa DMPA menambah resiko timbulnya bekuan darah atau
gangguan sirkulasi lain.
Perubahan dalam metabolisme lemak,
terutama penurunan HDL kolesterol, dicurigai dapat menambah besar resiko
timbulnya penyakit kardiovaskuler. HDL kolesterol yang rendah menyebabkan
timbulnya aterosclerosis. Sedangkan terhadap trigliserida dan kolesterol total
tidak ditemukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan.
j.
Efek metabolik
1) DMPA
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, tetapi tidak ditemukan terjadinya
diabetes pada akseptor
2) WHO
tidak menganggap diabetes sebagai kontraindikasi untuk pemakaian kontrasepsi
suntikan, hanya disarankan untuk melakukan pemantauan glukosa tolerans
3) Tidak
ditemukan efek pada fungsi hepar. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa
kontrasepsi suntikan, dapat dipakai dengan aman pada wanita dengan riwayat
ikterus atau penyakit hepar
4) Kontrasepsi
suntikan tidak mempengaruhi metabolisme protein atau vitamin
k. Efek
pada sistem reproduksi
1) Kembalinya
kesuburan/fertilitas
Suntikan DMPA 150 mg dianggap tidak
efektif lagi sebagai kontrasepsi setelah 90 hari, tetapi pada kebanyakan
akseptor, DMPA mencegah kehamilan untuk jangka waktu yang lebih lama.
Rata-rata, mantan akseptor suntikan DMPA memerlukan 1,5-3 bulan lebih lama untuk
kembali hamil dibandingkan Pil oral dan IUD. Lama masa tidak subur/infertil
mungkin tergantung pada kecepatan metabolisme DMPA dan juga pada berat badan
akseptor.
Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa
kontrasepsi suntikan mengganggu fertilitas secara permanen.Lebih 50% mantan
akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan, dan kira-kira 85% setelah
1 tahun.Lebih 60% mantan akseptor sudah hamil dalam waktu 1 tahun, dan lebih
dari 90% dalam waktu 2 tahun.
Obat-obat untuk merangsang ovulasi
seperti Chlomiphene sitrat, dapat mengembalikan kesuburan pada wanita yang
mengalami amenore berkepanjangan setelah memakai DMPA.
Akseptor yang memakai kontrasepsi
suntikan untuk waktu yang lama, dapat menjadi hamil sama cepatnya dengan
akseptor yang hanya ikut beberapa kali suntikan, yang menunjukkan bahwa tidak
terjadi efek komulatif dari obatnya.
2) Efek
pada fetus/janin
Tidak ditemukan bertambahnya kelainan
kongenital atau prematuritas pada wanitahamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA
maupun wanita yang hamil setelah efek kontrasepsi DMPA berakhir.
Juga tidak ditemukan perbedaan dalam
insiden IUFD, kehamilan kembar, sex ratio atau berat badan bayi pada wanita
mantan DMPA dibandingkan wanita yang tidak ber-KB.
Pada tahun 1950-an dan awal 1960-an
progestin dosis tinggi diberikan pada wanita hamil dengan abortus habitualis
atau abortus yang mengancam. Ternyata pengobatan pengobatan ini sama sekali
tidak terbukti efektif., dan sekarang tidak di anjurkan lagi.
Beberapa progestin, terutama yang
berasal dari testosteron, kadang-kadang dapat menyebabkan maskulinisasi dari
genetalia eksterna (klitoris membesar dan/atau perlekatan fusi labia) bayi
perempuan.
3) Laktasi
Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap
laktasi, malah memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA
tidak merubah komposisi dari ASI.
Juga tidak ditemukan efek immunologik
(perubahan konsentrasi immunoglobulin) pada ASI mantan akseptor DMPA. Memang
ditemukan sejumlah kecil hormon di dalam ASI, tetapi ini tidak mempunyai efek
pada bayinya misalnya berat badan serta perkembangan bayi tidak terganggu.
l.
Efek non kontraseptif
Kontrasepsi suntikan juga mempunyai efek
non kontraseptif yang menguntungkan, yaitu :
1) DMPA
telah diakui sebagai terapi untuk karsinoma endometrium (primer maupun
metastatik)
2) Pada
wanita yang sedang menyusui, DMPA dapat menambah jumlah ASI
3) Kadar
Hb sering bertambah, sehingga dapat menolong mencegah anemia, baik pada DMPA
4) Pada
penderita penyakit sickle cell (suatu penyakit genetik di Afrika), DMPA
mengurangi rasa sakit dan terdapat lebih sedikit sel darah merah abnormal
5) DMPA
juga memberi proteksi terhadap beberapa macam infeksi traktus genetalia/PID
6) DMPA
juga mencegah vulvo vaginal candidiasis
7) DMPA
mengurangi resiko karsinoma ovarium dan karsinoma endometrium
8) DMPA
diperbolehkan di Amerika Serikat untuk dipakai pada karsinoma ginjal (sebagai
pengobatan paliatif)
9) DMPA
kadang-kadang digunakan untuk mengobati pubertas praecox
10) DMPA
dalam dosis sangat tinggi digunakan untuk mengurangi kadar testoterone pada
pria dengan kelakuan seksual yang abnormal (Hartanto, 2004).