BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia.
Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003, AKI
adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB adalah 35 untuk setiap
1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di ASEAN. Untuk itu
kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling diprioritaskan dalam penurunan
AKI dan AKB.
Departemen
kesehatan itu sendiri telah mengeluarkan beberapa program kesehatan untuk upaya
itu. Salah satunya ialah dibentuk desa siaga yang didalamnya terdapat Poskesdes
(Pos kesehatan Desa). Untuk tenaga yang ada dalam Poskesdes itu sendiri ialah
tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga masyarakat yaitu 2 orang kader.
Kader
merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat itu
sendiri, departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk kader kesehatan
agar kader-kader kesehatan didesa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang
lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkkan dan memperdayakan masayarakat
agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat terutama pada Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) guna mencapai penurunan AKI dan AKB di Indonesia.
Kesehatan
merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat
dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik
secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehatnya.
Kemandirian
masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya
peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar
dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong
peningkatan peran serta masyarakat.
Kemampuan
masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong dirinya sendiri
dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di lakukan oleh
bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan agar peran
serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam upaya
kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian dari
upaya kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan
judul “Upaya Pembinaan Pada Kader, Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat, Pendataan
Sasaran, serta Pencatatan Kelahiran dan Kematian Bayi dan Ibu”
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
saja upaya pembinaan pada kader?
2. Bagaimana
upaya pembinaan peran serta masyarakat?
3. Bagaimana
cara pendataan sasaran?
4. Apa
itu pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui upaya pembinaan pada kader
2. Untuk
mengetahui upaya pembinaan peran serta masyarakat
3. Untuk
mengetahui pendataan sasaran
4. Untuk
mengetahui pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Upaya
Pembinaan Pada Kader
a. Pengertian
Kader
Kader
kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupum
masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO:1995).
Kader
merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat.
Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan untuk kader yang
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca,
menulis dan menghitung secara sederhana.
Kader
kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta
pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Diharapkakn mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para
pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para
kader kesehatan masyarakat itu mungkin saja bekerja secara full-time atau
part-time dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang
atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas.
b. Peran
Fungsi Kader
Peran
dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat antara lain adalah
1. Perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Pengamatan
terhadap masalah kesehatan di desa.
3. Upaya
penyehatan lingkungan.
4. Peningkatan
kesehatan ibu, bayi dan anak balita.
5. Pemasyarakatan
keluarga sadar gizi (Kadarzi).
Kader
ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader
kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa Negara,
yaitu:
1. Pertolongan
pertama pada kecelakaan dan penangan penyakit yang ringan.
2. Melakukan
pengobatan sederhana.
3. Pemberian
motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
4. Pemberian
motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
5. Memberikan
motivasi dan peragaan tentang gizi (program UPGK).
6. Program
penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
7. Pemberian
motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
8. Melakukan
penyuntikan imunisasi (Kolumbia, Papua New Guinea dan Sudan).
9. Pemberian
motivasi KB.
10. Membagikan
alat-alat KB
11. Pemberian
motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat
secara umum
12. Pemberian
motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan perujukan.
13. Pemberian
motivasi tentang perlunya follow up pada penyakit menular dan perlunya
memastikan diagnosis
14. Membantu
kegiatan di klinik.
15. Merujuk
penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit
16. Membina
kegiatan UKS secara teratur
17. Mengumpulkan
data yang dibutuhkan oleh puskesmas membntu pencatatan dan pelaporan.
c. Pembentukan
Kader
Mekanisme
pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena kader
yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.
Pelatihan kader ini diberikan kepada
para calon kader di desa yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan
kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya
keputusan bersama untuk terlaksananya acara tersebut. Calon kader berdasarkan
kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari
pelatihan kader ini ialah :
1. Calon
kader yang akan dilatih.
2. Waktu
pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
3. Tempat
pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.
4. Adanya
perlengkapan yang memadai.
5. Pendanaan
yang cukup.
6. Adanya
tempat praktik (lahan praktik bagi kader).
Tim
pelatihan kader melibatkan dari beberapa sektor. Camat otomatis bertanggung
jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas.
Pelaksaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan.
Adapun pelatihnya adalah tenaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama,
PKK dan sector lain.
Waktu
pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan adalah
ceramah, diskusi, simulasi/demonstrasi, permainan peran, penugasan dan praktik
lapangan. Jenis materi-materi yang disampaikan adalah :
1. Pengantar
tentang posyandu.
2. Persiapan
posyandu.
3. Kesehatan
ibu dan anak
4. Keluarga
berencana
5. Imunisasi.
6. Gizi.
7. Penanggulangan
diare.
8. Pencatatan
dan pelaporan.
d. Syarat
Untuk Menjadi Kader
Syarat
untuk menjadi seorang kader harus mempunyai latar belakang pendidikan yang
cukup, yaitu :
1. Bisa
membaca
2. Bisa
menulis
3. Bisa
menghitung secara sederhana
4. Mau
menjadi seorang kader
e. Strategi
Untuk Menarik Minat Menjadi Kader
Untuk
menarik minat Toma dan Toga menjadi kader, yang perlu kita lakukan, yaitu :
1. Mengumpulkan
Toma dan Toga dalam suatu pertemuan. Tujuannya agar kita lebih mudah dalam
memberikan pengarahan tentang kader tersebut.
2. Menjelaskan
bahwa menjadi kader itu merupakan suatu tindakan yang sangat mulia, karena
perannya sangat penting dimasyarakat.
3. Menjelaskan
bahwa kader merupakan suatu tugas tanpa pamrih, dimana seorang kader
menjalankan tugasnya untuk kepentingan seluruh masyarakat yang ada di
lingkungannya.
f. Strategi
Menjaga Eksistensi Kader
Setelah
kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar mereka dapat selalu
eksis membantu masyarakat di bidang kesehatan. Beberapa upaya yang dapat
dilaksanakan adalah :
1. Refreshing
kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan maupun petugas lintas sector yang
mengikuti kegiatan posyandu.
2. Adanya
paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanankan pertemuan rutin tiap bulan
bulan secara bergilir di setiap posyandu.
3. Revitalisasi
kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader diundang
dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4. Pemberian
rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas untuk kader dan
keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun.
Para
kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan/pelatihan dalam
rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah yang dihadapinya. Salah satu
tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat adalah melaksanakan
pembinaan kader. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader
adalah:
1. Pemberitahuan
ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
2. Pengenalan
tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan
gizi dan keluarga berencana
4. Pencatatan
kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi
tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas gerakan sayang
ibu.
B.
Upaya
Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga,
lembaga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada
umumnya :
1.
Mengambil
tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat
2.
Mengembangkan
kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mereka sendiri
dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah kesehatan yang di
hadapinya
3.
Menjadi
perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam perkembangan kegiatan
masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi
dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka
sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat,
baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang
sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah
terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
ibu, anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan, seperti :
1.
Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan
masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana.
2.
Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan,
perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana.
3.
Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah
tujuan program peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian
dan kerja sama dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai,
yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan
masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam proses
pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat
(Laluna A, 2008). Langkah pembinaan peran serta masyarakat antara lain
1.
Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui
dialog untuk mendapatkan dukungan.
2.
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah
kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang
dimilikinya.
3.
Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader
yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Faktor – faktor yang mempengaruhi peran serta
masyarakat antara lain adalah
1.
Manfaat kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi
masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
2.
Adanya kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau
ajakan untuk berperan serta dan masyarakat melihat memangg ada hal – hal yang
berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
3.
Memiliki
keterampilan
Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan
tertentu dan orang mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut
maka orang tertarik untuk berperan serta.
4.
Rasa memiliki
Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal
kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa
ditumbuhkembangkan dengan baik maka peran serta akan dapat di lestarikan.
5.
Faktor tokoh
masyarakat
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh –
tokoh masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).
C.
Pendataan
Sasaran
Salah satu bentuk pembinaan peran serta masyarakat adalah pendataan
sasaran. Tahap-tahap dalam
pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan
pokok dari PWS KIA. Data yang di catat per desa/ kelurahan dan kemudian
dikumpulkan di tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi.
Data yang di perlukan dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan.
Proses pengumpulan data sasaran sebagai berikut :
a. Jenis
data
Data yang diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah
1) Data
sasaran:
a) Jumlah
seluruh ibu hamil
b) Jumlah
seluruh ibu bersalin
c) Jumlah
ibu nifas
d) Jumlah
seluruh bayi
e) Jumlah
seluruh anak balita
f) Jumlah
seluruh PUS
2) Data
pelayanan :
a) Jumlah
K1
b) Jumlah
K4
c) Jumlah
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
d) Jumlah
ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
e) Jumlah
neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 6 – 48 jam
f) Jumlah
neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap pada umur 0-28 hari (KN
1, KN 2, KN 3)
g) Jumlah
ibu hamil, ber sali n dan nifas dengan factor ri siko/ komplikasi yang
dideteksi ol eh masyarakat
h) Jumlah
kasus komplikasi obstetri yang ditangani
i)
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang
ditangani
j)
Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan
kesehatan pada umur 29 hari – 11 bulan sedikitnya 4 kali
k) Jumlah
anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya 8
kali
l)
Jumlah anak balita sakit yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
m) Jumlah
peserta KB aktif
b. Sumber
data
Data
sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran. Berdasarkan data tersebut, bidan
di desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan
pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada
umumnya berasal dari
1) Register
kohort ibu
2) Register
kohort bayi
3) Register
kohort anak balita
4) Register
kohort KB
2. Pencatatan data
a.
Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan. Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun
bersalin/bayi, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan, rumah
serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya
ibu yang hamil, neonatus dan anak balita. Data sasaran diperoleh bidan di
desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran
tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan
rumahnya.
b.
Data Pelayanan
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di dalam kartu
ibu, kohort Ibu, formulir MTBM, formulir MTBS, kartu bayi, kohort bayi, kohort
anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan harus dilakukan segera setelah
bidan melakukan pelayanan. Pencatatan tersebut diperlukan untuk memantau secara
intensif dan terus menerus kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para
ibu, bayi dan anak di desa/kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat ibu
yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi
yang belum diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain.
3. Pengolahan data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang
tercantum dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA.
Bidan Koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua
bidan desa dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA
bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/kelurahan dan per kecamatan
tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap
Bidan Koordinator. Langkah Pengolahan Data yaitu:
a. Pembersihan
data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang tersedia.
Contoh Pembersihan data
yaitu melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari Bidan didesa/kelurahan
mengenai duplikasi nama, duplikasi alamat, catatan ibu langsung di K4 tanpa
melewati K1.
b. Validasi
: melihat kebenaran dan ketepatan data.
Contoh Validasi yaitu mecocokkan
apabila ternyata K4 & K1 lebih besar daripada jumlah ibu hamil, jumlah ibu
bersalin lebih besar daripada ibu hamil
c. Pengelompokan
: sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.
Contoh Pengelompokan
yaitu mengelompokkan ibu hamil anemi berdasarkan desa/kelurahan untuk persiapan
intervensi, ibu hamil dengan KEK untuk persiapan intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk :
Narasi, Tabulasi, Grafik dan Peta.
1. Narasi
: dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah kerja, misalnya
dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi terkait.
2. Tabulasi:
dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk lampiran.
3. Grafik:
dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan keadaan antar waktu, antar
tempat dan pelayanan.
4. Peta:
dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan gambaran geografis.
Puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk
mengolah data KIA maka data dari kartu-kartu pelayanan bidan di desa/kelurahan,
dimasukkan ke dalam computer sehingga proses pengolahan data oleh bidan di
desa/kelurahan dan bidan coordinator Puskesmas akan terbantu dan lebih cepat.
4. Pembuatan Grafik PWS KIA
PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap
indikator yang dipakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan
dalam tiap bulan. Dengan demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu :
1) Grafik
cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1).
2) Grafik
cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4).
3) Grafik
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
4) Grafik
cakupan kunjungan nifas (KF).
5) Grafik
deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat.
6) Grafik
penanganan komplikasi obsetrik (PK).
7) Grafik
cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1).
8) Grafik
cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL).
9) Grafik
penanganan komplikasi neonatal (NK).
10) Grafik
cakupan kunjungan bayi (KBy).
11) Grafik
cakupan pelayanan anak balita (KBal).
12) Grafik
cakupan pelayanan anak balita sakit (BS).
13) Grafik
cakupan pelayanan KB (CPR).
Bagi bidan di desa akan sangat penting apabila dapat
membuat grafik cakupan dari PWS KIA diatas di tingkat Poskesdes/Polindes yang
diupdate setiap bulannya. Sedangkan untuk puskesmas, penyajian ke 13 cakupan
dalam bentuk grafik maupun angka akan sangat berguna untuk keperluan analisa
PWS lebih lanjut. Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :
a) Penyiapan
data
Data yang diperlukan
untuk membuat grafik dari tiap indikator diperoleh dari catatan kartu ibu, buku
KIA, register kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi serta kohort anak balita per
desa/kelurahan, catatan posyandu, laporan dari perawat/bidan/dokter praktik
swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.
b) Penggambaran
Grafik.
Langkah – langkah yang
dilakukan dalam menggambarkan grafik PWS KIA (dengan menggunakan contoh
indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut :
1) Menentukan
target rata–rata per bulan untuk menggambarkan skala pada garis vertical (sumbu
Y).
2) Hasil
perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan sampai dengan
bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara berurutan sesuai
peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan,
sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir.
3) Nama
desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan (sumbu X),
sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing desa/kelurahan yang dituliskan
pada butir b diatas.
4) Hasil
perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei) untuk tiap
desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
5) Gambar
anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila pencapaian cakupan bulan
ini lebih besar dari bulan lalu, maka digambar anak panah yang menunjuk ke
atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan
lalu, digambarkan anak panah yang menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan
yang tetap/sama gambarkan dengan tanda (-).
D.
Pencatatan
Kelahiran dan Kematian Bayi dan Ibu
a. Pengertian
Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam
maupun di luar gedung puskesmas, puskesmas pembantu dan bidan di desa harus di
catat. Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42
minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi
kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh
kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan atau
incidental (Depkes RI, 1998 ).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu
(15 – 49 tahun) per 100.000 perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik
resiko kematian ibu hamil dan baru saja hamil, serta proporsi perempuan menjadi
hamil pada tahun tersebut ( Depkes RI, 1998 ). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
jumlah kematian bayi sebelum mencapai umur tepat satu tahun per 1000 kelahiran
hidup (BPS, 2003)
b. Tingginya
AKI dan AKB di Indonesia
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya
angka kematian ibu dan kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2007
(SDKI 2007). AKI di Indonesia sebesar 228 kematian / 100.000 kelahiran hidup.
Target yang ingin dicapai sesuai tujuan MDGs pada tahun 2015 AKI turun menjadi
102 kematian / 100.000 kelahiran hidup.
c. Penyebab
Kematian Ibu dan Bayi
Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan
(42%), eklampsia (13%), aborsi (11%),
infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain (15%). Sedangkan AKB berdasarkan
BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup, dengan penyebab gangguan
perinatal 34,7%, sistem pernapasan 27,6%,
diare 9,4%, sistem pencernaan
4,3%, tetanus 3,4%, syaraf 3,2%,
dan gejala tidak jelas 4,1%.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kader
kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat
pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995)
Para
kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan/pelatihan dalam
rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah yang dihadapinya. Adapun
hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah:
1. Pemberitahuan
ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
2. Pengenalan
tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan
gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan
kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi
tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas gerakan sayang
ibu.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan
masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang
sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Langkah pembinaan peran serta masyarakat yaitu
1.
Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui
dialog untuk mendapatkan dukungan.
2.
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah
kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya.
3.
Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader
yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Tahap-tahap
dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu :
1. Pengumpulan
data
2. Pencatatan
data
3. Pengolahan
data
4. Pembuatan
Grafik PWS KIA
B.
Saran
Kita
sebaiknya mengetahui upaya pembinaan kader dan pembinaan peran serta masyarakat
agar nantinya kita bisa melakukan mitra dengan kader (masyarakat) dalam
menjalankan tugas kita sebagai petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Karwati,
dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta: Trans Info Media.
Meilani,
Niken, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.
Yayasan
Pendidikan Kesehatan Perempuan. 2006. Perspektif Gender dan HAM dalam Asuhan
Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan pendidikan kesehatan Perempuan.
Runjati.
2010. Asuhan kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Yulifah,
Rita dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Winda,
Cheri.2011. Makalah Pergerakan Peran Serta. Diunduh 5 Juni 2012, tersedia dari http://www.anakciremai.com/2011/08/makalah-pergerakan-peran-serta.html
Amythie.2012.
Pembinaan Kader. Diunduh 12 Juni 2012, tersedia dari http://amythie.blogspot.com/2012/04/pembinaan-kader.html
No comments:
Post a Comment