Wednesday 1 July 2015

Makalah Upaya Pembinaan Pada Kader dan Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat,

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003, AKI adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB adalah 35 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di ASEAN. Untuk itu kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling diprioritaskan dalam penurunan AKI dan AKB.
Departemen kesehatan itu sendiri telah mengeluarkan beberapa program kesehatan untuk upaya itu. Salah satunya ialah dibentuk desa siaga yang didalamnya terdapat Poskesdes (Pos kesehatan Desa). Untuk tenaga yang ada dalam Poskesdes itu sendiri ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga masyarakat yaitu 2 orang kader.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat itu sendiri, departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk kader kesehatan agar kader-kader kesehatan didesa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkkan dan memperdayakan masayarakat agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat terutama pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) guna mencapai penurunan AKI dan AKB di Indonesia.
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan agar peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul “Upaya Pembinaan Pada Kader, Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat, Pendataan Sasaran, serta Pencatatan Kelahiran dan Kematian Bayi dan Ibu”

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja upaya pembinaan pada kader?
2.      Bagaimana upaya pembinaan peran serta masyarakat?
3.      Bagaimana cara pendataan sasaran?
4.      Apa itu pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui upaya pembinaan pada kader
2.      Untuk mengetahui upaya pembinaan peran serta masyarakat
3.      Untuk mengetahui pendataan sasaran
4.      Untuk mengetahui pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu





BAB II
PEMBAHASAN


A.    Upaya Pembinaan Pada Kader
a.       Pengertian Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupum masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO:1995).
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat. Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sederhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkakn mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat itu mungkin saja bekerja secara full-time atau part-time dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas.



b.      Peran Fungsi Kader
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat antara lain adalah
1.      Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2.      Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa.
3.      Upaya penyehatan lingkungan.
4.      Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak balita.
5.      Pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi).
Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa Negara, yaitu:
1.      Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penangan penyakit yang ringan.
2.      Melakukan pengobatan sederhana.
3.      Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
4.      Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
5.      Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi (program UPGK).
6.      Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
7.      Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
8.      Melakukan penyuntikan imunisasi (Kolumbia, Papua New Guinea dan Sudan).
9.      Pemberian motivasi KB.
10.  Membagikan alat-alat KB
11.  Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat secara umum
12.  Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan perujukan.
13.  Pemberian motivasi tentang perlunya follow up pada penyakit menular dan perlunya memastikan diagnosis
14.  Membantu kegiatan di klinik.
15.  Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit
16.  Membina kegiatan UKS secara teratur
17.  Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membntu pencatatan dan pelaporan.

c.       Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan  kader ini diberikan kepada para calon kader di desa yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksananya acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini ialah :
1.      Calon kader yang akan dilatih.
2.      Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
3.      Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.
4.      Adanya perlengkapan yang memadai.
5.      Pendanaan yang cukup.
6.      Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sektor. Camat otomatis bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihnya adalah tenaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, PKK dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi/demonstrasi, permainan peran, penugasan dan praktik lapangan. Jenis materi-materi yang disampaikan adalah :
1.      Pengantar tentang posyandu.
2.      Persiapan posyandu.
3.      Kesehatan ibu dan anak
4.      Keluarga berencana
5.      Imunisasi.
6.      Gizi.
7.      Penanggulangan diare.
8.      Pencatatan dan pelaporan.

d.      Syarat Untuk Menjadi Kader
Syarat untuk menjadi seorang kader harus mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup, yaitu :
1.      Bisa membaca
2.      Bisa menulis
3.      Bisa menghitung secara sederhana
4.      Mau menjadi seorang kader

e.       Strategi Untuk Menarik Minat Menjadi Kader
Untuk menarik minat Toma dan Toga menjadi kader, yang perlu kita lakukan, yaitu :
1.      Mengumpulkan Toma dan Toga dalam suatu pertemuan. Tujuannya agar kita lebih mudah dalam memberikan pengarahan tentang kader tersebut.
2.      Menjelaskan bahwa menjadi kader itu merupakan suatu tindakan yang sangat mulia, karena perannya sangat penting dimasyarakat.
3.      Menjelaskan bahwa kader merupakan suatu tugas tanpa pamrih, dimana seorang kader menjalankan tugasnya untuk kepentingan seluruh masyarakat yang ada di lingkungannya.

f.       Strategi Menjaga Eksistensi Kader
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat di bidang kesehatan. Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah :
1.       Refreshing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan  oleh bidan maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu.
2.       Adanya paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanankan pertemuan rutin tiap bulan bulan secara bergilir di setiap posyandu.
3.       Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4.       Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun.
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan/pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah yang dihadapinya. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah:
1.      Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
2.      Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3.      Penyuluhan gizi dan keluarga berencana
4.      Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5.      Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas gerakan sayang ibu.

B.     Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya :
1.      Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat
2.      Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah kesehatan yang di hadapinya
3.      Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan, seperti :
1.       Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak  dan keluarga berencana.
2.       Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
3.       Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat (Laluna A, 2008). Langkah pembinaan peran serta masyarakat antara lain
1.      Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.
2.      Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya.
3.      Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Faktor – faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat antara lain adalah
1.      Manfaat kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
2.      Adanya kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperan serta dan masyarakat melihat memangg ada hal – hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
3.      Memiliki keterampilan
Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperan serta.
4.      Rasa memiliki
Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuhkembangkan dengan baik maka peran serta akan dapat di lestarikan.

5.      Faktor tokoh masyarakat
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).

C.    Pendataan Sasaran
Salah satu bentuk pembinaan peran serta masyarakat adalah pendataan sasaran. Tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu :
1.      Pengumpulan data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS KIA. Data yang di catat per desa/ kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang di perlukan dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan. Proses pengumpulan data sasaran sebagai berikut :
a.       Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah
1)      Data sasaran:
a)      Jumlah seluruh ibu hamil
b)      Jumlah seluruh ibu bersalin
c)      Jumlah ibu nifas
d)     Jumlah seluruh bayi
e)      Jumlah seluruh anak balita
f)       Jumlah seluruh PUS
2)      Data pelayanan :
a)      Jumlah K1
b)      Jumlah K4
c)      Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
d)     Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
e)      Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur   6 – 48 jam
f)       Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap pada umur 0-28 hari (KN 1, KN 2, KN 3)
g)      Jumlah ibu hamil, ber sali n dan nifas dengan factor ri siko/ komplikasi yang dideteksi ol eh masyarakat
h)      Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
i)        Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
j)        Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 29 hari – 11 bulan sedikitnya 4 kali
k)      Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya 8 kali
l)        Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
m)    Jumlah peserta KB aktif
b.      Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran. Berdasarkan data tersebut, bidan di desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari
1)      Register kohort ibu
2)      Register kohort bayi
3)      Register kohort anak balita
4)      Register kohort KB
2.      Pencatatan data
a.       Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan. Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan, rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya ibu yang hamil, neonatus dan anak balita. Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya.
b.      Data Pelayanan
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di dalam kartu ibu, kohort Ibu, formulir MTBM, formulir MTBS, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan anak di desa/kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang belum diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain.
3.      Pengolahan data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua bidan desa dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator. Langkah Pengolahan Data yaitu:
a.       Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang tersedia.
Contoh Pembersihan data yaitu melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari Bidan didesa/kelurahan mengenai duplikasi nama, duplikasi alamat, catatan ibu langsung di K4 tanpa melewati K1.
b.      Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
Contoh Validasi yaitu mecocokkan apabila ternyata K4 & K1 lebih besar daripada jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar daripada ibu hamil
c.       Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.
Contoh Pengelompokan yaitu mengelompokkan ibu hamil anemi berdasarkan desa/kelurahan untuk persiapan intervensi, ibu hamil dengan KEK untuk persiapan intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : Narasi, Tabulasi, Grafik dan Peta.
1.      Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah kerja, misalnya dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi terkait.
2.      Tabulasi: dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk lampiran.
3.      Grafik: dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan keadaan antar waktu, antar tempat dan pelayanan.
4.      Peta: dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan gambaran geografis.
Puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk mengolah data KIA maka data dari kartu-kartu pelayanan bidan di desa/kelurahan, dimasukkan ke dalam computer sehingga proses pengolahan data oleh bidan di desa/kelurahan dan bidan coordinator Puskesmas akan terbantu dan lebih cepat.
4.      Pembuatan Grafik PWS KIA
PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan. Dengan demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu :
1)      Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1).
2)      Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4).
3)      Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
4)      Grafik cakupan kunjungan nifas (KF).
5)      Grafik deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat.
6)      Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK).
7)      Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1).
8)      Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL).
9)      Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK).
10)  Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy).
11)  Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal).
12)  Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS).
13)  Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).
Bagi bidan di desa akan sangat penting apabila dapat membuat grafik cakupan dari PWS KIA diatas di tingkat Poskesdes/Polindes yang diupdate setiap bulannya. Sedangkan untuk puskesmas, penyajian ke 13 cakupan dalam bentuk grafik maupun angka akan sangat berguna untuk keperluan analisa PWS lebih lanjut. Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :
a)      Penyiapan data
Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap indikator diperoleh dari catatan kartu ibu, buku KIA, register kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi serta kohort anak balita per desa/kelurahan, catatan posyandu, laporan dari perawat/bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.
b)      Penggambaran Grafik.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam menggambarkan grafik PWS KIA (dengan menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut :
1)      Menentukan target rata–rata per bulan untuk menggambarkan skala pada garis vertical (sumbu Y).
2)      Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir.
3)      Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan (sumbu X), sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
4)      Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei) untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
5)      Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu, maka digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah yang menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap/sama gambarkan dengan tanda (-).

D.    Pencatatan Kelahiran dan Kematian Bayi dan Ibu
a.       Pengertian
Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas, puskesmas pembantu dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan atau incidental (Depkes RI, 1998 ).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu (15 – 49 tahun) per 100.000 perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik resiko kematian ibu hamil dan baru saja hamil, serta proporsi perempuan menjadi hamil pada tahun tersebut ( Depkes RI, 1998 ). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi sebelum mencapai umur tepat satu tahun per 1000 kelahiran hidup (BPS, 2003)
b.      Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2007 (SDKI 2007). AKI di Indonesia sebesar 228 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Target yang ingin dicapai sesuai tujuan MDGs pada tahun 2015 AKI turun menjadi 102 kematian / 100.000 kelahiran hidup.
c.       Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia (13%),  aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain (15%). Sedangkan AKB berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan 27,6%,  diare 9,4%,  sistem pencernaan 4,3%,  tetanus 3,4%,  syaraf 3,2%,  dan gejala tidak jelas 4,1%.











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995)
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan/pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah yang dihadapinya. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah:
1.      Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
2.      Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3.      Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4.      Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5.      Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas gerakan sayang ibu.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Langkah pembinaan peran serta masyarakat yaitu
1.      Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.
2.      Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya.
3.      Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu :
1.      Pengumpulan data
2.      Pencatatan data
3.      Pengolahan data
4.      Pembuatan Grafik PWS KIA

B.     Saran
Kita sebaiknya mengetahui upaya pembinaan kader dan pembinaan peran serta masyarakat agar nantinya kita bisa melakukan mitra dengan kader (masyarakat) dalam menjalankan tugas kita sebagai petugas kesehatan.













DAFTAR PUSTAKA

Karwati, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta: Trans Info Media.

Meilani, Niken, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.

Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan. 2006. Perspektif Gender dan HAM  dalam Asuhan   Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan pendidikan kesehatan Perempuan.

Runjati. 2010. Asuhan kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Yulifah, Rita dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Winda, Cheri.2011. Makalah Pergerakan Peran Serta. Diunduh 5 Juni 2012, tersedia dari http://www.anakciremai.com/2011/08/makalah-pergerakan-peran-serta.html

Amythie.2012. Pembinaan Kader. Diunduh 12 Juni 2012, tersedia dari http://amythie.blogspot.com/2012/04/pembinaan-kader.html






No comments:

Post a Comment