Suatu
hari, menjelang salat Jum’at dalam barisan pasukan Islam di Kota
Konstantinopel. Tidak ada yang berdiri untuk menjadi imam, dan tak ada yang
berani menawarkan diri.
Lalu
seorang pemuda tegak berdiri, meminta kepada seluruh yang hadir untuk berdiri.
Tak lama, dia pun bertanya: “Siapakah
diantara kalian yang sejak remaja, sejak akil balig hingga hari ini pernah
meninggalkan salat wajib lima waktu, silahkan duduk!”
Tak
ada seorang pun pasukan Islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Itu berarti,
tentara islam yang saat itu berkumpul, tak seorangpun yang pernah melalaikan
dan meninggalkan salat fardhu.
Pemuda
itu kembali bertanya: “ Siapa di antara
kalian yang sejak balig, dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan salat sunah
rawatib? Kalau ada yang pernah sekali saja silahkan duduk!”
Maka
sebagian dari pasukan segera duduk. Ksrena memang ada yang pernah meninggalkan
salat sunah rawatib. Disini pun terlihat kualitas karakter pasukan Muslim.
Mereka jujur.
Lalu
dengan mengedarkan pandangannya, pemuda tersebut kembali berseru: “ Siapa di antara kalian yang sejak masa balig
sampai hari ini pernah meninggalkan salat tahajud? Yang pernah meninggalkan
atau kosong satu malam saja, silakan duduk!”
Apa
yang terjadi? Semua yang hadir dengan cepat
duduk. Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Dialah pemuda itu,
Muhammad Al Fatih, yang kemudian berhasil menakhlukkan benteng Byzantium
Konstantinopel.
“
Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan
Islam. Pemimpin yang menakhlukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan
yang berada dibawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R. Ahmad bin
Hanbal Al-Musnad 4/335)
Muhammad Al Fatih yang paling pantas menjadi
imam Salat Jum’at hari itu. Sebelum menakhlukkan Konstantinopel, Dia adalah
penguasa Manisa, sebuah wilayah yang sekarang ada dibawah pemerintahan Turki.
Kota ini dibangun oleh Yunani 3000 tahun yang lalu. Pada Masa Imperium Romawi.
Pada abad 8 H, kota ini juga menjadi salah satu ibukota penting. Di masa
kesultanan Turki Utsmani, kota ini dikenal dengan kota para Sultan.
No comments:
Post a Comment