BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena
merokok di kalangan remaja usia
sekolah bukan pemandangan asing lagi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi
remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen.
54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah
keseluruhan perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Jumlah perokok
usia remaja di Indonesia terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia menempati
peringkat lima di dunia sebagai jumlah perokok terbanyak di bawah China, AS,
Jepang, dan Rusia.
Sebayak
117.575 orang meninggal akibat rokok. Tercatat, tahun 2012 sebanyak 117.575
orang sedangkan catatan hingga oktober 2013 sebanyak 94.960 orang. Dirincikannya,
terkena penyakit hipertensi sebanyak 108.515 orang (2012) dan hingga oktober
2013 sebanyak 88.833 orang. Akibat jantung sebanyak 3.568 orang (2012). Dan
2.804 (2013). Terkena stroke sebanyak 2.665 orang (2012) dan 1.711 orang
(2013). Terkena penyakit paru-paru abstruksif kronis (PPOK) sebanyak 2.832
ditahun 2012 dan sebanyak 1.612 orang per 2013.
Merokok
merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi
masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena
berkaitan dengan banyak faktor yang saling memicu, sehingga seolah- olah sudah
menjadi lingkaran setan. Di tinjau dari segi kesehatan, merokok harus
dihentikan karena menyebabkan kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok harus dihentikan sebagai usaha
pencegahan sedini mungkin. Terlebih diketahui bahwa sebagian besar perokok
adalah remaja sehingga perlu adanya pencegahan dini yang dimulai dari pihak
sekolah.
Berkaitan
dengan fenomena di atas, maka perlu adanya penelitian mengenai perilaku merokok
pada remaja agar bisa menambah wawasan tentang perilaku merokok dan cara
menanggulanginya sehingga dapat mencegah timbulnya perilaku merokok pada
remaja.Oleh karena itu, penulis membuat
makalah dengan judul “Fenomena Merokok Pada Remaja SMP”
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi perilaku merokok?
2.
Apa saja faktor-faktor penyebab remaja SMP merokok?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi perilaku merokok.
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab remaja SMP merokok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Perilaku
Merokok
Prinsip perilaku
merokok pada umumnya adalah memasukkan bahan yang berasal dari dedaunan
(tembakau) yang mengandung zat tertentu (khususnya nikotin) sebagai tindakan
untuk memperoleh kenikmatan (Suharyono, 1993). Sedangkan tingkah laku merokok
adalah tingkah laku yang membahayakan kesehatan, baik bagi perokok sendiri
maupun bagi orang lain yang kebetulan menghisap rokok tersebut (Pribadi, 1990).
Pendapat lain
menurut Levy (1984) menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang
dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Medical Research
Council on Symptoms 1986 dalam Kurniawati (2000), mengungkapkan bahwa ”seseorang
dikatakan sebagai perokok adalah mereka yang merokok sedikitnya 1 batang
perhari sekurang-kurangnya selama 1 tahun. Sedangkan bukan perokok merupakan
orang yang tidak pernah merokok paling banyak 1 batang perhari selama 1 tahun”
(Komalasari dan Alvin, 2007). Secara kesimpulannya, definisi prilaku merokok
adalah memasukkan bahan yang berasal dari dedaunan (tembakau) yang mengandung
zat tertentu (khususnya nikotin) sebagai tindakan untuk memperoleh kenikmatan
B.
Faktor-faktor
Penyebab Remaja Merokok
Leventhal dan
Cleary (Cahyani, 1995) menyatakan bahwa seseorang akan berperilaku merokok
karena sebelumnya ia telah memiliki persepsi tertentu mengenai merokok.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang kompleks karena merupakan hasil
interaksi kognitif, lingkungan sosial, psikologis, conditioning dan fisiologis.
Sosial dalam artian perokok merokok karena adanya orang lain atau demi
pergaulan. Psikologis karena banyak perokok melakukan perilaku merokok karena
ingin mengurangi tegangan. Conditioning
karena adanya akibat yang menyenangkan setelah merokok, sehingga
ingin mengulang perilaku merokoknya dan fisiologis karena adanya bukti bahwa
merokok dapat menyebabkan tubuh tergantung pada nikotin (Prabandari, 1994).
Menurut
Laventhal & Cleary (dalam Oskamp, 1984), faktor psikologis seseorang
merokok pada umumnya faktor-faktor tersebut terbagi dalam lima bagian, yaitu:
a.
Kebiasaan
Perilaku
merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif
yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan
perilakunya tanpa tujuan tertentu.
b.
Reaksi emosi yang positif
Merokok
digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang,
relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan kebanggaan diri
atau menunjukkan kedewasaan.
c.
Reaksi penurunan emosi
Merokok
digunakan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang
timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.
d.
Kecanduan atau ketagihan
Seseorang
merokok karena telah mengalami kecanduan. Kecanduan terjadi karena adanya
nikotin yang terkandung di dalam rokok. Awalnya hanya mencoba - coba rokok,
akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut karena kebutuhan tubuh akan
nikotin.
e.
Alasan sosial
Merokok
ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan
anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan image diri
seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan dari
teman-temannya.
Dimensi
|
Hal-hal yang Menentukan Faktor
Psikologis yang Mempengaruhi
Perilaku Merokok
|
||||
1. Kebiasaan
|
Rasa ingin
tahu
kenikmatan
rokok
kemudian
merokok
menjadi
kebiasaan.
|
Sudah sering merokok,
merokok
sudah
menjadi
kebiasaan.
|
Merokok
sebagai penghilang
rasa bosan
dan menjadi
kebutuhan
selesai
makan.
|
Ingin tahu
karena
sering
melihat
teman
merokok
yang
kemudian
menjadi
kebiasaan pada
diri
walaupun
disaat tidak
ada motif
untuk merokok
|
Merokok untuk
mengisi waktu tanpa ada motif lain
|
2. Reaksi
emosi yang positif
|
Merokok dapat
menahan
nafsu
makan dan
berat badan
berkurang.
Selain itu,
merokok
untuk
terlihat
menarik
|
Merokok untuk
memperoleh rasa
tenang dan
efek
relaksasi
|
Merokok karena
ingin
terlihat
menarik dan
berkeyakinan serta
membuat
perasaan
tenang
|
Menyukai
perilaku
merokok.
Merokok
juga
membuat lebih
berkeyakinan
|
Menyukai
rasa rokok
dan hal ini
lah alasan
mengapa
melanjutkan
untuk terus
mengkonsu
msi rokok,
& rokok
memberikan
perasaan
tenang
|
3. Reaksi
untuk penurunan emosi
|
Merokok mengurangi
rasa tegang
dan
menghilang
kan stress,
sehingga
terus
merokok
lagi supaya
stress tidak
berulang
|
Merokok mengurangi
beban pikiran
saat sedang
menghadapi
masalah & membantu
menghilangk
an stres serta
memberikan
efek
relaksasi. Selain
itu,
beranggapan
disaat cemas,
rokok bisa
menghilangk
an kecemasan
|
Dengan
merokok perasaan tenang
terutama
jika
stres
dan
memberi
tenaga
saat
kelelahan
|
Merokok dapat
mengembalikan
semangat
dan tenaga
untuk
belajar
terutama
saat
mengantuk
atau
kelelahan
|
Merokok
mengurangi beban
pikiran
dan membantu
memberi
konsentrasi
di
saat
mengantuk
|
4. Kecanduan
atau Ketagihan
|
Tidak
merokok tidak
menimbulkan
rasa tenang
|
Tidak dapat
menahan
keinginan
untuk
merokok.
|
beranggapan
merokok
merupakan
kebutuhan,
jika
tidak
merokok
disaat
keinginan
merokok
datang
akan merasa
stress dan
tegang
|
Sudah
ketagihan
merokok.
Hal ini menyebabkan
tidak
bisa berhenti
merokok
|
Setiap
waktu
sering
berkeinginan
untuk merokok.
Keinginan
untuk
merokok
datang
sendiri
tanpa memikirkan
untuk
merokok.
Selesai
merokok
merasa
suatu
nikmat
kepuasan
yang luar
biasa.
|
5. Alasan
Sosial
|
Teman
sepergaulan
banyak
yang
merokok.
Tiap kali
berkumpul
ke rumah
teman,
sering
ditawari
merokok
dan ada
perasaan
tidak enak
berada
diantara teman
yang
merokok
jika dia
tidak
merokok.
|
Karena sering
Stress,
teman-teman
sering menawari
merokok.
Menurut
Teman,
bisa hilang
stress jika
merokok.
|
Sewaktu di
sekolah
teman dekat
merokok,
karenanya
mencoba
merokok
setelah
ditawari oleh
teman.
|
Sering
ditawari
temannya
akhirnya
ikut
merokok
dan tidak
menolak
karena ingin
terlihat sama
dengan
teman
juga ada
perasaan
tidak enak
karena
sering
menolak
ajakan
teman.
|
Punya
banyak
teman
yang
merokok.
Karena
sering
melihat
mereka
merokok,
tertarik
untuk
merokok.
|
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
Brigham
(Cahyani, 1995) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi seseorang
untuk merokok, yaitu: (1) sikap dan kepercayaan terhadap merokok, (2) pengaruh
proses sosial, (3) proses konsep diri. Adanya kepuasan terhadap
kebutuhan-kebutuhan psikologis yang dapat dipenuhi melalui merokok merupakan
motivator kuat seseorang untuk terus merokok (D’Hondt dalam Cahyani, 1995). Menurut Grinder (Aritonang, 1997)
ketika para remaja ditanya mengapa mereka merokok, keingintahuan adalah jawaban
yang paling sering diberikan. Para remaja seringkali tertarik untuk turut serta
berbagi kenikmatan, karena melihat perilaku merokok pada orang tua, saudara
yang lebih tua, teman-teman dan public figure. Kemudian mereka merokok beberapa
batang rokok dan memutuskan apakah mereka akan meneruskan perilaku tersebut
atau tidak. Mereka memberikan alasan keputusannya meneruskan untuk merokok
dengan mengatakan bahwa mereka menyukai rasa dan bau dari rokok, merokok adalah
pengalaman yang menyenangkan, merokok untuk santai atau merokok memberikan satu
pekerjaan bagi tangan mereka. Merokok juga dijadikan satu alternatif pemecahan
untuk keluar dari masalah-masalah sehari-hari yang dirasakan sebagai sesuatu
yang berat dan menegangkan. Efek santai adalah suatu hal yang dicari dari rokok
ketika dalam keadaan tegang. Rokok menjadi teman yang baik menurut para
perokok, untuk berbagai ketegangan ataupun emosi-emosi negatif lainnya.
Epstein dan
Perkins (Suhariyono, 1993) mengatakan bahwa merokok mempengaruhi performansi
dalam pengaturan stress psikologis. Nikotin dapat berperan dalam meningkatkan
performansi dan sebagai simultan ketika menghadapi stress. Anak-anak muda mulai
merokok karena kemauan sendiri, melihat teman, dan diajari atau dipaksa merokok
oleh teman-temannya. Merokok pada anak-anak dengan kemauan sendiri disebabkan
ingin menunjukkan bahwa ia telah dewasa. Umumnya bermula pada perokok pasif
lantas menjadi perokok aktif. Semula hanya mencoba-coba kemudian menjadi
ketagihan akibat adanya nikotin di dalam rokok. Ada beberapa macam motivasi
orang untuk merokok, yaitu: ingin mengetahui rasa rokok, agar dapat diterima
dilingkungannya, sebagai ekspresi rasa bebas atau rasa permusuhan, untuk
mendapat pengalaman baru, untuk mendapat ketenangan dan untuk menghindar serta
melarikan diri dari suatu masalah yang sedang dihadapi. Menurut Smet (1994) ada
tiga tipe perokok yang diklasifikasi menurut banyaknya rokok yang dihisap:
a. Perokok
berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari
b. Perokok
sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
c. Perokok
ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat survey
yang akan memberikan data tentang faktor-faktor penyebab remaja SMP merokok.
B. Pemilihan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah
remaja-remaja SMP yang merokok di wilayah Trangkil, lebih tepatnya yaitu remaja
di SMP N 1 Trangkil dan SMP N 2 Trangkil yang merokok.
C. Metode Pengumpulan Data
1.
Data Primer
Data primer
diperoleh melalui angket atau quesioner yaitu tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada
orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.
2.
Data
Sekunder
Data
sekunder dari penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan dari sumber bacaan yang
relevan dan mendukung penelitian, kepustakaan yang dilakukan melalui buku-buku,
pendapat ahli dan internet.
D. Analisis Data
Analisa yang
digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi, dimana tabel-tabel
ini nantinya untuk mengetahui faktor- faktor penyebab remaja merokok. Dengan
perhitungan rumus, penentuan besarnya prosentase sebagai berikut: (Budiarto,
2003)
|
Keterangan:
P
= Prosentase (%)
X = Jumlah Skor Total
N = Jumlah Skor Tertinggi
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
a. Distribusi
frekuensi faktor kebiasaan yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja SMP
Faktor
|
Tingkat
|
Frekuensi
(n
46)
|
Persentase
|
Kebiasaan
|
Tinggi
|
13
|
28,26%
|
Rendah
|
33
|
71,74%
|
Tabel 4.1 distribusi frekuensi
faktor kebiasaan
b. Distribusi
frekuensi faktor reaksi emosi yang positif yang menyebabkan perilaku merokok
pada remaja SMP
Faktor
|
Tingkat
|
Frekuensi
(n
46)
|
Persentase
|
Reaksi
Emosi Yang Positif
|
Tinggi
|
9
|
19,57
%
|
Rendah
|
37
|
80,43%
|
Tabel 4.2 distribusi frekuensi
faktor reaksi emosi yang positif
c. Distribusi
frekuensi faktor reaksi penurunan emosi yang menyebabkan perilaku merokok pada
remaja SMP
Faktor
|
Tingkat
|
Frekuensi
(n
46)
|
Persentase
|
Reaksi
Penurunan Emosi
|
Tinggi
|
10
|
21,74%
|
Rendah
|
36
|
78,26%
|
Tabel 4.3 distribusi frekuensi
faktor reaksi penurunan emosi
d. Distribusi
frekuensi faktor kecanduan atau ketagihan yang menyebabkan perilaku merokok
pada remaja SMP
Faktor
|
Tingkat
|
Frekuensi
(n
46)
|
Persentase
|
Kecanduan
atau Ketagihan
|
Tinggi
|
8
|
17,4%
|
Rendah
|
38
|
82,6%
|
Tabel 4.4 distribusi frekuensi
faktor kecanduan atau ketagihan
e. Distribusi
frekuensi faktor alasan sosial yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja
SMP
Faktor
|
Tingkat
|
Frekuensi
(n
46)
|
Persentase
|
Alasan
Sosial
|
Tinggi
|
15
|
32,6%
|
Rendah
|
31
|
67,4%
|
Tabel 4.5 distribusi frekuensi
faktor alasan sosial
B.
Pembahasan
a. Faktor Kebiasaan
Dari hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 46 sampel murid SMP di wilayah Trangkil tentang faktor-faktor yang
menyebabkan remaja SMP merokok, menunjukkan bahwa remaja SMP yang merokok
karena tingkat faktor kebiasaan tinggi sebanyak 13 responden (28,26%),
sedangkan 33 responden (71,74%) merokok karena tingkat faktor kebiasaan yang
rendah.
Kebiasaan yang melatarbelakangi
perilaku merokok adalah perilaku
merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif
ataupun positif. Seseorang merokok hanya
untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok
yang pertama kali dicoba. Mereka menggunakan
rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan.
b. Faktor Reaksi Emosi yang Positif
Dari hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 46 sampel murid SMP di wilayah Trangkil tentang faktor-faktor yang
menyebabkan remaja SMP merokok, menunjukkan bahwa remaja SMP yang merokok
karena tingkat faktor reaksi emosi yang positif tinggi sebanyak 9 responden
(19,57%), sedangkan 37 responden (80,43%) merokok karena tingkat faktor reaksi
emosi yang positif rendah.
Salah satu penyebab remaja merokok
adalah untuk menimbulkan reaksi emosi yang positif. Dalam reaksi emosi yang
positif, perilaku merokok digunakan untuk
menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Selain itu, perilaku
merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat,
misalnya merokok setelah minum kopi
atau makan.
c. Faktor Reaksi Penurunan Emosi
Dari hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 46 sampel murid SMP di wilayah Trangkil tentang faktor-faktor yang
menyebabkan remaja SMP merokok, menunjukkan bahwa remaja SMP yang merokok
karena tingkat faktor penurunan emosi yang tinggi sebanyak 10 responden
(21,74%), sedangkan 36 responden (78,26%) merokok karena tingkat faktor
penurunan emosi yang rendah.
Reaksi penurunan emosi merupakan
penyebab lain dari perilaku merokok pada remaja. Dalam reaksi penurunan emosi, merokok
dilakukan untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya. Misalnya merokok
bila marah, cemas, stress, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari
perasaan yang lebih tidak enak.
d. Faktor Kecanduan atau Ketagihan
Dari
hasil penelitian yang dilakukan terhadap 46 sampel murid SMP di wilayah
Trangkil tentang faktor-faktor yang menyebabkan remaja SMP merokok, menunjukkan
bahwa remaja SMP yang merokok karena tingkat faktor kecanduan atau ketagihan
yang tinggi sebanyak 8 responden (17,4%), sedangkan 38 responden (82,6%)
merokok karena tingkat faktor kecanduan atau ketagihan yang rendah.
Ketagihan
atau kecanduan terjadi jika seseorang menjadi pecandu atau ketergantungan pada
rokok. Remaja yang sudah kecanduan merokok pada umumnya tidak dapat menahan
keinginan untuk merokok. Mereka cenderung sensitif terhadap efek dari nikotin.
Selain itu, keinginan untuk merokok kembali timbul agar mereka tidak menjadi
stress.
e. Faktor Alasan Sosial
Dari hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 46 sampel murid SMP di wilayah Trangkil tentang faktor-faktor yang
menyebabkan remaja SMP merokok, menunjukkan bahwa remaja SMP yang merokok
karena tingkat faktor alasan sosial yang tinggi sebanyak 15 responden (32,6%),
sedangkan 31 responden (67,4%) merokok karena tingkat faktor alasan sosial yang
rendah.
Alasan sosial mengungkapkan bahwa
semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya
adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Teman sebaya memberi pengaruh yang sangat penting dalam
pembentukan perilaku sepanjang usia remaja. Saat remaja mencari identitas diri
mereka secara terpisah dari orang tua, mereka seringkali mencoba
identitas-identitas baru dengan turut berpartisipasi dalam perilaku teman
sebaya yang berbeda dari dirinya. Teman sebaya berperan dalam menentukan
perilaku merokok seseorang karena adanya kebutuhan untuk diterima, agar
terlihat sama, dan usaha untuk
menghindari penolakan kelompok teman sebaya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan remaja merokok yaitu faktor kebiasaan, faktor reaksi emosi yang
positif, faktor reaksi penurunan emosi,
faktor kecanduan atau ketagihan, dan faktor alasan sosial.
B.
Saran
1.
Bagi Tenaga Kesehatan
Sebaiknya
tenaga kesehatan meningkatkan sosialisasi
kepada masyarakat mengenai dampak negatif merokok, terutama kepada para remaja yang memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi untuk mencoba hal yang belum ia lakukan seperti merokok.
2.
Bagi pemerintah
Sebaiknya
pemerintah lebih tegas dalam menjalankan peraturan larangan merokok.
3.
Bagi masyarakat
Sebaiknya
masyarakat tidak memandang remeh kesehatan dan mulai menyadari bahwa tingkah
laku mereka dapat menjadi contoh bagi generasi muda mereka, dan menyadari bahwa
perilaku merokok mereka merupakan contoh bagi anak-anak kecil dan remaja di
sekeliling mereka.
LAMPIRAN
ANGKET
FENOMENA MEROKOK PADA REMAJA
Nama:
Usia:
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Pada
usia berapa anda mulai merokok?
.................................................................................................................................................
2. Apa
alasan anda saat pertama kali merokok?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Pilihlah dengan memberi centang pada
pilihan dibawah ini!
A. Faktor
Kebiasaan
Apa penyebab anda merokok?
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
B. Faktor
Reaksi emosi yang positif
Apa penyebab anda merokok ?
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
C. Faktor
Reaksi Penurunan Emosi
Apa penyebab anda merokok ?
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
D. Faktor
Kecanduan atau ketagihan
Apa penyebab anda merokok ?
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
E. Faktor
Alasan Sosial
Apa penyebab anda merokok ?
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/win7_/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
Nomor Faktor
kebiasaan
Resp 1 2 Rendah
Resp 2 0 Rendah
Resp 3 1 Rendah
Resp 4 1 Rendah
Resp 5 1 Rendah
Resp 6 1 Rendah
Resp 7 2 Rendah
Resp 8 4 Tinggi
Resp 9 2 Rendah
Resp 10 2 Rendah
Resp 11 2 Rendah
Resp 12 1 Rendah
Resp 13 2 Rendah
Resp 14 1 Rendah
Resp 15 3 Tinggi
Resp 16 2 Rendah
Resp 17 1 Rendah
Resp 18 1 Rendah
Resp 19 2 Rendah
Resp 20 2 Rendah
Resp 21 5 Tinggi
Resp 22 3 Tinggi
Resp 23 1 Rendah
Faktor reaksi emosi yang positif
Resp 1 2
Rendah
Resp 2 0
Rendah
Resp 3 0
Rendah
Resp 4 1
Rendah
Resp 5 0
Rendah
Resp 6 1
Rendah
Resp 7 1
Rendah
Resp 8 2
Rendah
Resp 9 1
Rendah
Resp 10 2
Rendah
Resp 11 2
Rendah
Resp 12 1
Rendah
Resp 13 1
Rendah
Resp 14 1
Rendah
Resp 15 3
Tinggi
Resp 16 1
Rendah
Resp 17 1
Rendah
Resp 18 1
Rendah
Resp 19 1
Rendah
Resp 20 2
Rendah
Resp 21 0
Rendah
Resp 22 2
Rendah
Resp 23 0
Rendah
Faktor penurunan emosi
Resp 1 2 Rendah
Resp 2 0 Rendah
Resp 3 1 Rendah
Resp 4 1 Rendah
Resp 5 0 Rendah
Resp 6 1 Rendah
Resp 7 0 Rendah
Resp 8 2 Rendah
Resp 9 3 Tinggi
Resp 10 3 Tinggi
Resp 11 4 Tinggi
Resp 12 1 Rendah
Resp 13 2 Rendah
Resp 14 1 Rendah
Resp 15 2 Rendah
Resp 16 1 Rendah
Resp 17 1 Rendah
Resp 18 1 Rendah
Resp 19 1 Rendah
Resp 20 1 Rendah
Resp 21 2 Rendah
Resp 22 3 Tinggi
Resp 23 0 Rendah
Faktor kecanduan atau ketagihan
Resp 1 1
Rendah
Resp 2 0
Rendah
Resp 3 0
Rendah
Resp 4 0
Rendah
Resp 5 0
Rendah
Resp 6 0
Rendah
Resp 7 0
Rendah
Resp 8 2
Rendah
Resp 9 2
Rendah
Resp 10 2
Rendah
Resp 11 3
Tinggi
Resp 12 1
Rendah
Resp 13 2
Rendah
Resp 14 1
Rendah
Resp 15 3
Tinggi
Resp 16 1
Rendah
Resp 17 1
Rendah
Resp 18 1
Rendah
Resp 19 1
Rendah
Resp 20 1
Rendah
Resp 21 4
Tinggi
Resp 22 2
Rendah
Resp 23 0
Rendah
Faktor alasan sosial
Resp 1 3 Tinggi
Resp 2 1 Rendah
Resp 3 1 Rendah
Resp 4 0 Rendah
Resp 5 1 Rendah
Resp 6 1 Rendah
Resp 7 1 Rendah
Resp 8 4 Tinggi
Resp 9 2 Rendah
Resp 10 2 Rendah
Resp 11 3 Tinggi
Resp 12 1 Rendah
Resp 13 1
Rendah
Resp 14 1
Rendah
Resp 15 4
Tinggi
Resp 16 1
Rendah
Resp 17 1
Rendah
Resp 18 1
Rendah
Resp 19 1
Rendah
Resp 20 2
Rendah
Resp 21 1
Rendah
Resp 22 2
Rendah
Resp 23 0
Rendah
Nomor Faktor
kebiasaan
Resp 24 1
Rendah
Resp 25 2
Rendah
Resp 26 1
Rendah
Resp 27 1
Rendah
Resp 28 2
Rendah
Resp 29 2
Rendah
Resp 30 5
Tinggi
Resp 31 1
Rendah
Resp 32 1
Rendah
Resp 33 1
Rendah
Resp 34 5
Tinggi
Resp
35 3 Tinggi
Resp 36 5
Tinggi
Resp 37 0
Rendah
Resp 38 0
Rendah
Resp 39 3
Tinggi
Resp 40 1
Rendah
Resp 41 5
Tinggi
Resp 42 1
Rendah
Resp 43 1
Rendah
Resp
44 5 Tinggi
Resp 45 5
Tinggi
Resp 46 5Tinggi
Faktor reaksi emosi yang positif
Resp 24 0 Rendah
Resp 25 0 Rendah
Resp 26 0 Rendah
Resp 27 0 Rendah
Resp 28 2 Rendah
Resp 29 2 Rendah
Resp
30 5
Tinggi
Resp 31 1 Rendah
Resp 32 1 Rendah
Resp 33 1 Rendah
Resp 34 4 Tinggi
Resp 35 3 Tinggi
Resp 36 5 Tinggi
Resp 37 0 Rendah
Resp 38 0 Rendah
Resp 39 1 Rendah
Resp 40 1 Rendah
Resp 41 5 Tinggi
Resp 42 1 Rendah
Resp 43 1 Rendah
Resp 44 5 Tinggi
Resp 45 5 Tinggi
Resp 46 5 Tinggi
Faktor penurunan emosi
Resp 24 0
Rendah
Resp 25 0
Rendah
Resp 26 1
Rendah
Resp 27 0
Rendah
Resp 28 2
Rendah
Resp 29 0
Rendah
Resp 30 5
Tinggi
Resp 31 1
Rendah
Resp 32 1
Rendah
Resp 33 1
Rendah
Resp 34 5
Tinggi
Resp 35 2
Rendah
Resp 36 5
Tinggi
Resp 37 0
Rendah
Resp 38 0
Rendah
Resp 39 1
Rendah
Resp 40 1
Rendah
Resp 41 5
Tinggi
Resp 42 1
Rendah
Resp 43 1
Rendah
Resp 44 4
Tinggi
Resp 45 5
Tinggi
Resp 46 2
Rendah
Faktor kecanduan atau ketagihan
Resp 24 0
Rendah
Resp 25 0
Rendah
Resp 26 0
Rendah
Resp 27 0
Rendah
Resp 28 1
Rendah
Resp 29 0
Rendah
Resp 30 5
Tinggi
Resp 31 1
Rendah
Resp 32 0
Rendah
Resp 33 0
Rendah
Resp 34 1
Rendah
Resp 35 4
Tinggi
Resp 36 5
Tinggi
Resp 37 1
Rendah
Resp 38 0
Rendah
Resp 39 2
Rendah
Resp 40 1
Rendah
Resp 41 5
Tinggi
Resp 42 1
Rendah
Resp 43 1
Rendah
Resp 44 0
Rendah
Resp 45 5
Tinggi
Resp 46 0
Rendah
Faktor alasan sosial
Resp 24 0
Rendah
Resp 25 0
Rendah
Resp 26 3
Tinggi
Resp 27 0
Rendah
Resp 28 2
Rendah
Resp 29 0
Rendah
Resp 30 3
Tinggi
Resp 31 1
Rendah
Resp 32 2
Rendah
Resp 33 2
Rendah
Resp 34 5
Tinggi
Resp 35 4
Tinggi
Resp 36 5
Tinggi
Resp 37 5
Tinggi
Resp 38 4
Tinggi
Resp 39 4
Tinggi
Resp 40 1
Rendah
Resp 41 5
Tinggi
Resp 42 2
Rendah
Resp 43 1
Rendah
Resp
44 5 Tinggi
Resp 45 5
Tinggi
Resp 46 0
Rendah
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori.
2006. Psikologi Remaja perkembangan
peserta didik. Jakarta:Bumi Aksara.
Amalia,
Adisti. (2009). Skripsi Gambaran
Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki. Medan: USU.
Aritonang,
MER. (1997). Skripsi Fenomena Wanita Merokok. Yogyakarta: UGM.
Atkinson,
dkk. (1997). Pengantar Psikologi. Diterjemahkan Dr. Widjaja Kusuma.
Batam: Interaksara.
Cahyani,
B. (1995). Skripsi Hubungan antara Persepsi terhadap Merokok dan Kepercayaan
Diri dengn Perilaku Merokok pada Siswa STM Muhammadiyah
Pakem Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: UGM.
Dharmayati. 2011. Jumlah Perokok Remaja Meningkat. Online:
www.yudiblablabla-pergaulanremaja.blogspot.com. (diakses pada tanggal 8 Desember
2011 pukul 08.58 WIB).
Hakim, M. Arif. Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah, Mengatasi, dan Melawan.
Bandung: Nuansa.
Mahanani, Fauzan A. 2011. Hubungan Antara Sikap Terhadap Merokok
Dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja. Online:
www.fauzan.smkdarunnajah.sch.id. (diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pukul
08.58 WIB).
Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Medan: USU
Repository.
Nurul Aini. 2013. Faktor-Faktor
Psikologis Yang Menentukan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Kedokteran Di
Universitas Hasanuddin.
Wicaksono, Adi. 2011. Jumlah Perokok
di Indonesia Terbanyak Kelima di Dunia. Online: www.news.okezone.com. (diakses
pada tanggal 8 Desember 2011 pukul 08.58 WIB).
|